Rukun dan Syarat Bai’ Murabahah

Dalam setiap perniagaan tidak selamanya berjalan sesuai dengan syariat- syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulullah. Oleh karena itu, setiap perniagaan harus berhati-hati dan semaksimal mungkin untuk menjauhi kecurangan atau praktek riba. Dalam Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah ayat 275 ... ةﺮﻘﺒﻟا : ٧۵ Artinya : …“Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”… QS. Al-Baqarah2 : 275. Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT telah menghalalkan jual beli, karena jual beli mendapatkan harta seseorang dengan jalan sukarela diantara mereka, dan Allah SWT telah mengharamkan riba karena hal itu berarti melipat gandakan pembayaran uang salah satu orang diantara mereka. Ayat di atas merupakan teguran dan perintah untuk semaksimal mungkin menjauhi praktek riba, sehingga tidak saling merugikan dalam perniagaan.

2. Rukun dan Syarat Bai’ Murabahah

a. Rukun Bai’ Murabahah Bai’ Murabahah adalah suatu transaksi jual beli, dengan demikian rukun- rukunnya sama dengan rukun jual beli, adalah sebagai berikut : 1 Pihak yang berakad dalam jual beli yaitu : penjual dan pembeli. 2 Objek yang diakadkan, meliputi barang yang diperjual belikan dan harga barang yang diperjual belikan. 3 Akad atau sighot yaitu : ijab dan qobul. 5 Adapun ketentuan rukun Bai’ Murabahah adalah sesuai dengan rukun jual beli di atas yaitu : 1 Pihak yang berakad menurut ulama fiqh sepakat, bahwa orang yang melakukan akad murabahah harus memenuhi syarat sebagai berikut : a Cakap hukum dan baligh berakal sehat dan dapat membedakan baik-buruk sehingga jual beli dengan orang gila tidak sah, sedangkan dengan anak kecil dianggap sah apabila seijin orang tua atau walinya. b Orang yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. 6 2 Orang jual beli harus memenuhi : a Barang yang diperjual belikan adalah barang yang halal b Barang yang diperjual belikan harus bisa diambil manfaatnya atau memiliki nilai. c Barang tersebut dimiliki oleh penjual.bukan milik orang lain. d Barang tersebut dapat diserah terimakan tanpa syarat. e Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan diindentifikasikan oleh penjual. f Barang tersebut diketahui kuantitasnya dengan jelas. 5 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Banker Indonesia. Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta : Djambatan, 2003. h.77. 6 Hasan Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004. h.119. g Barang tersebut dapat diketahui kualitasnya dengan jelas. h Harga barang tersebut jelas. i Barang tersebut diakadkan secara fisik dan ditangan penjual. 7 3 Ketentuan yang terkait dengan ijab qabul Perkara utama dalam bai’ Murabahah adalah kerelaan diantara penjual dan penbeli. Kerelaaan ini dapat terlihat saat akad berlangsung, maka ijab qabul harus diucapkan secara jelas karena transaksi ini mengikat kedua belah pihak. Adapun syarat-syarat ijab qabul adalah sebagai berikut : a Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad. b Antara ijab dan qabul serah terima harus selaras baik dalam spesifiksi barang maupun haraga yang disepakati. c Tidak menggantungkan klausul yang bersifat keabsahan transaksi pad ش hal atau kejadian yang akan datang. d Tidak membatasi waktu, misalnya : “saya jual barang ini kepada anda dalam jangka waktu 12 bulan, setelah itu maka jadi milik saya kembali”. 8 7 Sri Nurharyati dan Washilah. Akuntamsi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat, 2008. h.166. 8 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Banker Indonesia. Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta : Djambatan, 2003. h.18. b. Syarat Bai’ Murabahah Dalam Bai’ Murabahah juga dibutuhkan beberapa syarat untuk melengkapi rukun bai’ murabahah diatas, diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : 1 Mengetahui harga pertama harga pembelian. 2 Mengetahui besarnya keuntungan . 3 Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan sejenis, seperti benda-benda yang dapat ditakar dan ditimbang. 4 Sistem Bai’ Murabahah dalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan riba tersebut terhadap harga pertama. 5 Transaksi pertama harus sah secara syara’. 9 Skema Jual-Beli Akad Murabahah PENJUAL SUPLIER BARANG PEMBELI 1.Negoisasi Persyaratan 2.Akad jual beli 5. Serah Terima Barang 6. Bayar Tunai 3. Beli barang 4. Kirim barang 9 Wiroso. Jual Beli Murabahah. h.18. Berdasarkan Skema Bai’ Murabahah diatas, sang penjual melakukan pembelian barang setelah ada negoisasi atau pemesanan barang dari pembeli. Untuk menunjukkan keseriusan pembeli, penjual boleh meminta “hamish ghadiya ” 10 artinya uang tanda jadi ketika terjadinya ijab qabul. Jika di kemudian hari pembeli membatalkan pesanannya, maka uang muka tersebut dapat digunakan untuk menutupi kerugian sang penjual. Apabila kerugian tersebut lebih besar dari uang muka, maka penjual dapat meminta kekurangan itu kepada sang pemesan dan sebaliknya terdapat kerugian yang lebih kecil maka sang penjual wajib mengembalikan sisanya kepada sang pemesan.

B. Deskripsi Umum Tentang Fatwa Dewan Syariah Nasional