Berdasarkan Skema Bai’ Murabahah diatas, sang penjual melakukan pembelian barang setelah ada negoisasi atau pemesanan barang dari pembeli.
Untuk menunjukkan keseriusan pembeli, penjual boleh meminta “hamish ghadiya
”
10
artinya uang tanda jadi ketika terjadinya ijab qabul. Jika di kemudian hari pembeli membatalkan pesanannya, maka uang muka tersebut dapat digunakan
untuk menutupi kerugian sang penjual. Apabila kerugian tersebut lebih besar dari uang muka, maka penjual dapat meminta kekurangan itu kepada sang pemesan dan
sebaliknya terdapat kerugian yang lebih kecil maka sang penjual wajib mengembalikan sisanya kepada sang pemesan.
B. Deskripsi Umum Tentang Fatwa Dewan Syariah Nasional
1. Pengertian Fatwa
Secara etimiologi fatwa berasal dari bahasa arab yaitu ءﺎﺘﻓﻻا
yang yang merupakan mufrod tunggal dan memiliki arti pendapat resmi atau fatwa.
11
Menurut bahasa Indonesia fatwa berarti “jawaban” atau keputusan yang diberikan oleh ahli hukum islam atau mufti.
12
Di dalam Al-quran terdapat bentuk kata yang menggambarkan aktivitas konsultasi hukum, jadi kata fatwa disini dapat diartikan
sebagai mengerjakan sesuatu dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut.
10
Hamish ghadiyah adalah uang tanda jadi ketika terjadinya ijab qabul. Lihat juga buku Adi Warma Azhwar Karim, bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta : IIIT Indonesia, 2003.
h.163.
11
Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Progresif, 1997. h.1034.
12
Mufti adalah orang pemberi fatwa tentang suatu masalah. Lihat di buku Muhammad Ali. Kamus Indonesia Modern.
Jakarta : Pustaka Amani. h.96.
Firman Allah dalam QS. An-Nisa’: 176
⌧ ⌧
☺ ⌧
⌧ ☯
⌧ ☯
⌧ .
ءﺎﺴﻨﻟا :
٧٦
Artinya : “Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah
13
. Katakanlah: Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah yaitu: jika seorang meninggal dunia,
dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan
saudaranya yang laki-laki mempusakai seluruh harta saudara perempuan, jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka
bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka ahli waris itu terdiri dari Saudara-saudara laki dan
perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan hukum ini kepadamu, supaya
kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. QS. An- Nisaa’4: 176.
Penggunaan kata “ístifta’” pada ayat tersebut merupakan sebuah penjelasan
singkat terhadap terminology yang berkaitan dengan aktivitas pemberian keputusan hukum menerangkan hukum suatu masalah atau perkara. Terdapat beberapa
pengertian tentang fatwa yang dikemukakan oleh :
13
Kalalah artinya seseorang yang telah meninggal dunia dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan
a. Menurut M. Hasbi Ash-Shidiqie memberikan maksud bahwa fatwa adalah
sebagai jawaban atas pertanyaan yang tidak begitu jelas hukumnya.
14
b. Menurut Yusuf Qardhawi memberikan maksud bahwa fatwa adalah
menerangkan atau menjelaskan hukum syara’ dari suatu persoalan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh yang meminta fatwa, baik
individu, maupun kolektif atau lembaga.
15
c. Dalam ilmu Ushul Fiqh, fatwa berarti pendapat yang dikemukakan oleh
seorang mujtahid atau faqih sebagai jawaban atas pertanyaan yang diminta atau diajukan oleh peminta fatwa dalam suatu kasus yang sifatnya tidak
mengikat. Pihak yang meminta fatwa tersebut bisa pihak pribadi, lembaga atau kelompok masyarakat.
16
d. Menurut Zamakhsyari, fatwa adalah penjelasan hokum syara’ tentang
suatu permasalahan atas pertanyaan seseorang atau kelompok.
17
e. Menurut As-Syatibi, fatwa dalam arti al-iftaa berarti keterangan-
keterangan tentang hukun syara’ yang tidak mengikat untuk diikuti.
18
Beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa fatwa merupakan suatu pendapat atau jawaban yang diberikan oleh seorang
mujtahid, mufti atau ahli hukum islam terhadap suatu pertanyaan atau permasalahan
14
M. Hasbi Ash-Shidiqie. Peradilan dan Hukum Acara Islam.Semarang : PT. Pustaka Rizki, 2001. h.86.
15
Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam.Jakarta : Elsas, 2008. h.20.
16
Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta : PT. Ikctiar Baru Van Hoeve, 1996. h.32.
17
Ma’ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. Jakarta : Elsas Jakarta, Juli 2008. h.20.
18
Ibid., h.20.
penting menyangkut masalah hukum islam yang diminta oleh pihak pribadi atau lembaga atau kelompok masyarakat.
Terkadang terjadi kerancuan dalam membedakan antara fatwa dengan ijtihad. Ijtihad menurut Al-Amidi dan An-Nabhani adalah mencurahkan seluruh
kemampuan untuk menggali hukum-hukum syariat dari dalil-dalil dzanni hingga batas tidak ada lagi kemampuan melakukan usaha lebih dari apa yang telah
dicurahkan. Sedangkan ifta’ hanya dilakukan ketika ada kejadian secara nyata, lalu ulama ahli fiqh berusaha mengetahui hukumnya. Dengan demikian, fatwa lebih
spesifik dibandingkan dengan ijtihad.
19
Seorang mustafti bisa saja mengajukan pertanyaan kepada seorang mufti mengenai hukum suatu permasalahan yang dihadapinya. Apabila mufti
menjawabnya dengan perkataan, hukum masalah ini halal atau haram, disertai dalil- dalilnya secara terperinci, maka itulah fatwa. Fatwa dapat berbentuk perkataan
ataupun tulisan.
2. Dasar-Dasar Penetapan Fatwa