Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan. Dengan kata-kata
syara’ pada pengertian tersebut di atas, yang dimaksud ialah bahwa sesuatu perbuatan baru dianggap jarimah apabila dilarang oleh syara’, juga berbuat atau
tidak berbuat tidak dianggap sebagai jarimah, kecuali apabila diancamkan hukuman kepadanya.
Sebagaimana disebutkan di atas, pengertian jarimah ialah larangan- larangan syara’ yang diancamkan hukuman had atau hukuman ta’zir. Larangan
tersebut adakalanya berupa perbuatan yang dicegah, atau meninggalkan yang disuruh.
5. Unsur-unsur Tindak Pidana
Menurut Hukum Pidana Positif
Di dalam hukum pidana potitif perbuatan yang dapat dipidana dikenal adanya dua unsur yang melekat, yaitu Criminal Act unsur yang melekat pada
perbuatannya dan Criminal Responsibility atau Criminal Liability unsur yang melekat pada orang yang melakukan tindak pidana yang dalam istilah hukum
disebut sebagai pertanggungjawaban dalam hukum pidana.
29
Membicarakan mengenai unsur-unsur tindak pidana, dapat dibedakan setidaknya dari dua sudut pandang, yakni
30
: a.
Unsur tindak pidana menurut beberapa teoritis
29
Anny Isfandyarie dan Fachrizal Afandi, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter Buku ke II
, Jakarta, Prestasi Pustaka, 2006, Cet I, h. 26
30
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h. 78
b. Unsur rumusan tindak pidana dalam undang-undang
1. Unsur tindak pidana menurut beberapa teoritis Unsur tindak pidana menurut beberapa teoritis adalah unsur-unsur apa
yang ada dalam tindak pidana melihat bagaimana bunyi rumusan-rumusan berdasarkan para ahli hukum. Beberapa contoh menurut pendapat atau teori
para ahli hukum ialah:
Menurut Moeljatno, unsur-unsur tindak pidana adalah: a.
Perbuatan; b.
Yang dilarang oleh aturan hukum; c.
Ancaman pidana bagi yang melanggar larangan. Menurut Jonkers, unsur-unsur tindak pidana adalah:
a. Perbuatan yang;
b. Melawan hukum yang berhubungan dengan;
c. Kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat;
d. Dipertanggungjawabkan.
2. Unsur rumusan tindak pidana dalam undang-undang Unsur rumusan tindak pidana dalam undang-undang adalah unsur-unsur
lain baik sekitar atau mengenai objek kejahatan maupun perbuatan secara khusus untuk rumusan tertentu dalam pasal-pasal peraturan perundang-
undangan. Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu, maka dapat diketahui adanya delapan unsur tindak pidana, yaitu:
1. Unsur tingkah laku
2. Unsur melawan hukum
3. Unsur kesalahan
4. Unsur akibat konstitutif
5. Unsur akibat keadaan yang menyertainya
6. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana
7. Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana
8. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana.
Menurut Lamintang bahwa setiap tindak pidana yang terdapat dalam kitab undang-undang hukum pidana itu pada umumnya dapat dijabarkan dan dibagi
menjadi dua macam unsur, yakni unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif.
31
Unsur-unsur subjektif, adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, termasuk kedalamnya yaitu segala
sesuatu yang terkandung dalam hatinya. Sedangkan unsur-unsur objektif, itu ialah unsur-unsur yang berhubungan
dengan keadaan-keadaan, yaitu di mana keadaan tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.
Menurut Hukum Pidana Islam
Setiap perintah dan larangan yang datang dari syara’ itu hanya ditunjukan kepada orang yang berakal sehat dan dapat memahami pembebanan
ﻜ
, taklif,
31
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana, h. 193
sebab pembebanan itu merupakan panggilan بﺎﻄ
, khitab, dan orang yang tidak
dapat memahami seperti hewan dan benda-benda mati tidak mungkin menjadi objek panggilan tersebut.
Dari pembicaraan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tiap-tiap jarimah harus mempunnyai unsur-unsur umum yang harus dipenuhi, yaitu
32
: 1.
Secara yuridis normatif, di satu aspek harus didasari oleh suatu dalil yang menentukan larangan terhadap perilaku tertentu dan diancam dengan
hukuman.
33
Nash yang melarang perbuatan dan mengancamkan hukuman tersebut dapat disebut juga dengan “unsur formal”
ﻰ ﺮ آر , rukun syari’
. 2.
Secara yuridis normatif mempunyai unsur materil, yaitu sikap yang dapat dinilai sebagai suatu pelanggaran terhadap sesuatu yang diperintahkan
oleh Allah atau adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan-perbuatan nyata atau pun sikap tidak berbuat, dan unsur
ini biasa disebut “unsur materil” ىدﺎ
آر, rukun maddi. 3.
Pembuat adalah orang mukallaf, yaitu kesanggupan seseorang untuk menerima sesuatu yang secara nyata mempunyai nilai yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan unsur ini bias disebut “unsur moral” دأ آر
, rukun adabi. Ketiga unsur tersebut harus terdapat pada sesuatu perbuatan untuk
digolongkan kepada suatu “jarimah”. Di samping unsur umum pada tiap-tiap jarimah
juga terdapat unsur-unsur khusus untuk dapat dikenakan hukuman,
32
Ahmad hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, h. 6
33
Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2007, cet ke I, h. 22
seperti unsur “pengambilan dengan diam-diam” bagi jarimah pencurian. Perbedaan antara unsur-unsur umum dengan unsur-unsur khusus ialah kalau
untuk unsur-unsur umum satu macamnya pada semua jarimah, maka unsur-unsur khusus dapat berbeda-beda bilangan dan macamnya menurut perbedaan jarimah.
6. Pembagian Tindak Pidana