Sanksi Pidana Pembajakan Menurut Hukum Pidana Islam

5 Pasal 8e: Dengan sengaja dan melawan hukum, menghancurkan atau tidak dapat dipakainya pesawat udara yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain. 6 Pasal 8f: Dengan sengaja dan melawan hukum mencelakakan, menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai atau merusak pesawat udara. 7 Pasal 8g: Karena kealpaannya menyebabkan pesawat udara celaka, hnacur, tidak dapat dipakai atau rusak. 8 Pasal 8i: Dalam pesawat udara dengan perbuatan yang melawan hukum, merampas atau mempertahankan rampasan atau menguasai pesawat udara dalam penerbangan. 9 Pasal 8k: Melakukan bersama-sama sebagai kelanjutan pemufakatan jahat , dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu , mengakibatkan luka berat seseorang, mengakibatkan kerusakan pada pesawat udara sehingga dapat membahayakan penerbangan nya, dilakukan dengan maksud untuk merampas kemerdekaan atau meneruskan merampas kemerdekaan seseorang.

F. Sanksi Pidana Pembajakan Menurut Hukum Pidana Islam

Mengenai sanksi pidana yang dijatuhkan atas pelaku tidak pidana al- hirabah , maka para fuqaha sependapat bahwa hukumannya tersebut berkaitan dengan hak Allah dan hak Adami manusia. Disepakati pula bahwa hak Allah tersebut adalah hukuman mati, hukuman salib, potong tangan dan kakinya secara bersilang, dan hukuman pengasingan, sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah dalam surat al-Maidah ayat: 33. 63 Atau untuk masing-masing perbuatan diterapkan hukuman tertentu yang sesuai dengan bentuk kejahatannya. 64 Mengenai pendapat para ulama yang mengharuskan suatu hukuman diperinci dan disesuaikan dengan setiap tindak kejahatan yang dikerjakan dalam al-hirabah, terbagi menjadi: 65 1 Bila tindakan al-hirabah itu hanya terbatas pada pengacauan perjalanan saja. Maka, pelaku di buang dari negeri tempat kediamannya ke negeri lainnya. 66 2 Bila tindakan al-hirabah hanya merampas harta tanpa membunuh. Maka, hukuman yang diberikan adalah dipotong tangan kanan dan kaki kiri. Karena kejahatan ini ruang lingkupnya telah melebihi kejahatan mencuri. 3 Bila tindakan al-hirabah itu membunuh tanpa merampas harta. Maka, hukumannya adalah dibunuh. 4 Bila tindakan al-hirabah itu membunuh dan merampas harta. Maka, hukumannya adalah disalib sampai mati. Atas dasar itu, hukuman bagi orang yang melakukan tindak hirabah adalah 1 dibunuh, 2 disalib, 3 dipotong tangan dan kakinya bersilangan, 4 63 Sebagian ulama berpendapat, bahwa maksud penyaliban adalah disalib sampai mati kerena lapar. Ulama yang lainnya mengatakan bahwa maksud penyaliban adalah dihukum mati dan disalib bersama-sama. Sebagian lagi berpendapat, dihukum mati terlebih dahulu baru kemudian setelah itu di salib. Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 671 64 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 99 65 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,terj., h. 186 66 Adapun hukuman pengasingan tetap berlangsung sampai benar-benar terlihat bahwa pelaku telah bertaubat kepada Allah. M. Amin Suma, dkk, Pidana Islam Di Indonesia: peluang, prospek, dan tantangan, h. 173 dibuang dari negeri tempat kediamannya deportasi. ‘Ulama berbeda pendapat mengenai mengenai pengertian lafadz ‘au’ atau pada ayat itu. Apakah kata ‘au’ pada ayat di atas bermakna takhyiir pilihan, atau tanwi’ perincian. Pendapat yang menyatakan bahwa “au” pada ayat tersebut adalah takhyiir didasarkan pada argumentasi: “Bahwa secara bahasa huruf “au” pada ayat tersebut berfaidah pada takhyiir, sebab, mereka tidak menjumpai nash-nash lain yang merincinya.” Pendapat ini diikuti oleh Abu Tsaur, Malik, Said bin Musayyab, ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, Muhajid, al-Dlahak, dan Nakha’iy. Berdasarkan penafsiran ini, seorang hakim bisa memilih salah satu sanksi dari empat sanksi tersebut diatas bagi muharibiin. Pendapat kedua menyatakan, bahwa, lafadz ‘au’ pada ayat tersebut berfaedah kepada tanwi’ al-hukum perincian hukum. Mereka mengetengahkan riwayat dari Ibnu ‘Abbas yang terdapat dalam musnad Syafi’i, mengenai muharibiin , “Jika mereka membunuh dan merampas harta benda, maka dibunuh dan disalib, jika mereka membunuh namun tidak merampas harta, mereka dibunuh dan tidak disalib, jika mereka merampas harta namun tidak membunuh, maka, tangan dan kakinya dipotong bersilangan, jika mereka melakukan teror dan tidak merampas harta, dibuang dari negerinya.” Pendapat kedua adalah pendapat yang lebih tepat. Pendapat ini dipegang oleh Imam Syaifi’i, Abu Hanifah, dan Imam Ahmad dalam satu riwayat. Perompak dan penyamun di jalan sering melakukan dua atau lebih tindak kejahatan. Tindakan atas dua kejahatan atau lebih tidak bisa dijatuhi sanksi dengan jalan memilih takhyiir salah satu dari sanksi hirabah, namun harus dirinci sesuai dengan tindak kejahatan yang mereka lakukan. Allah SWT telah berfirman: ☺ ⌧ ⌧ ☺ Artinya: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa.” Qs. asy-Syuura : 40. Maka, cara menjatuhkan sanksi bagi muharibiin adalah dengan merinci terlebih dahulu tindak kejahatan mereka, sebagaimana riwayat dari Ibnu ‘Abbas yakni: “Jika mereka membunuh dan merampas harta benda, maka dibunuh dan disalib. Jika mereka membunuh namun tidak merampas harta, mereka dibunuh dan tidak disalib. Jika mereka merampas harta namun tidak membunuh, maka tangan dan kakinya dipotong bersilangan. Jika mereka melakukan teror dan tidak merampas harta, maka dibuang dari negerinya.” Penyaliban bagi muharibiin dilakukan setelah dilakukan pembunuhan. Artinya, setelah mereka dibunuh baru disalib, agar masyarakat mengetahui bahwa ia telah mati. Inilah sanksi bagi muharibiin. Mereka dijatuhi sanksi sesuai dengan kejahatan yang mereka lakukan. Kejahatan yang menyebabkan mereka dikenai hukuman had, bagi muharibiin, terbatas pada tiga hal, yakni membunuh, merampas harta, dan membuat teror di jalan. Jika mereka tidak melakukan tiga pelanggaran di atas, mereka tidak dikenai sanksi had yakni dibunuh, dipotong tangan dan kakinya bersilangan disalib, dan dibuang. Sebab, sanksi had telah ditetapkan secara sharih oleh nash. Oleh karena itu, bila mereka tidak melakukan tiga pelanggaran di atas membunuh, merampas harta, dan membuat teror di jalan, maka mereka tidak dikenai sanksi dari empat sanksi had di atas. Akan tetapi, mereka akan dikenai sanksi jika melakukan penganiayaan terhadap jiwa, dimana hal ini masuk dalam bab jinayat. Sanksi had bagi muharibiin akan dijatuhkan bila tindakan mereka telah mencerminkan realitas hirabah. Adapun syarat-syarat yang bisa menetapkan, bahwa suatu tindakan disebut tindakan hirabah ada tiga syarat. Pertama , lokasi hirabah yang dilakukan oleh pelakunya harus di tempat yang jauh dari tempat keramaian. Contohnya di padang rumput yang jauh, di gunung, atau tempat yang sangat jauh dari lokasi penduduk. Jika tindakan itu dilakukan di tempat keramaian, maka namanya bukan tindak hirabah, akan tetapi perampasan biasa. Sebab yang disebut dengan hirabah adalah penyamunan, atau perampokan yang dilakukan di jalan-jalan. Apabila mereka melakukan tindakan pembunuhan, perampasan harta, dan teror di tempat-tempat keramaian, maka tindakan mereka dianggap sebagai hirabah dan berhak dijatuhi sanksi had. Ini adalah pendapat mayoritas ‘ulama Fiqh, Abu Hanifah, Abu Tsaur, dan lain-lain. Kedua, pelaku membawa senjata yang dapat digunakan untuk membunuh, contohnya, pedang, senapan, golok, dan lain-lain. Jika mereka tidak membawa senjata, atau bersenjatakan alat-alat yang pada ghalibnya tidak bisa digunakan untuk membunuh, seperti, tongkat, cambuk, dan lain-lain, maka tindakan mereka tidak disebut dengan hirabah. Ketiga , dilakukan dengan terang-terangan. Mereka merampas harta dengan memaksa dan terang-terangan, dan memiliki markas. Jika mereka mengambil harta dengan cara sembunyi-sembunyi mereka disebut suraaq pencuri-pencuri. Jika mereka merampas kemudian melarikan diri, mereka disebut penjambret. Jika tiga syarat ini tidak terpenuhi, maka tindakan itu tidak disebut sebagai hirabah . Apabila pelaku hirabah muharibiin bertaubat sebelum mereka tertangkap, taubat mereka diterima. Mereka juga tidak dikenai sanksi had. Akan tetapi, ia harus menunaikan hak-hak orang yang mereka dzalimi, atau hak-hak anak Adam huquq al-adamiyyin. Ini didasarkan pada firman Allah SWT: ☺ ⌦ ⌧ Artinya: “Kecuali orang-orang yang bertaubat diantara mereka sebelum kamu dapat menguasai menangkap mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .” Qs. al-Maa’idah: 34 . Jika mereka bertaubat setelah tertangkap, maka mereka tetap dikenai sanksi had. 67

G. Pembajakan “Sama Dengan” Terorisme