Senyawa Hasil Hidrolisis Etil p-metoksisinamat Senyawa Hasil Nitrasi Asam p-metoksisinamat

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Elusidasi struktur senyawa hasil modifikasi dilakukan dengan menggunakan IR, GCMS, dan NMR Tabel 4.1. Penafsiran IR Gambar 4.10 . Spektrum IR Penafsiran spektrum IR Senyawa 4-Metoksi-2-Nitro-beta-Nitrostirena ditunjukan pada table 4.1 yaitu ditemukan pita serapan pada bilangan gelombang v3098,78 cm -1 adalah serapan spesifik vibrasi ulur ikatan antar atom C-H pada 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2500 3000 3500 4000 1cm 60 67.5 75 82.5 90 97.5 105 T 3 9 8 .7 8 2 9 2 3 .2 5 1 6 1 4 .4 9 1 5 2 6 .7 2 1 3 4 9 .2 6 1 2 1 .3 8 1 8 6 .9 3 1 1 .7 4 9 3 .6 9 nitrasi apms Ikatan Daerah Absorbansi V,cm -1 Aromatik posisi para 903,69 NO 1526,72 C-O 1334,80-1316,47 C-Haril 3098, 78 C=C 1614 C-H alifatik 2974,36-2882,74 C-O Aril 1210, 38 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta gugus aromatik. Keberadaan aromatik juga ditunjukan dengan adanya C=C pada bilangan gelombang v 1619, 49 cm -1 . Aromatik disubsitusi para juga ditunjukan dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang v903,69 cm -1. C-H Alifatik ditemukan pada bilangan gelombang 2974,36-2882,74 cm - . dan pada bilangan gelombang 1210, 38 cm -1 terdapat C-O yang berikatan pada aromatik. Serapan vibrasi C-O ditemukan pada pita v1349,26 cm -1 . Lalu terdapatnya gugus nitro pada posisi aromatik dapat ditunjukan dengan adanya pita serapan pada bilangan gelombang v 1526,72 cm -1 . Elusidasi senyawa 4-Metoksi-2-Nitro-beta-Nitrostirena selanjutnya yaitu menggunakan analisa GCMS. Dari data kromatogram GCMS dari trasi 4-Metoksi- 2-Nitro-beta-Nitrostirena , muncul kromatogram pada waktu retensi 11,9 dengan berat molekul BM 224 dengan fragmentasi massa pada 224; 177; 147; 102; dan 77. Berikut hasil fragmentasi pada senyawa ini. Gambar 4.11. Spektrum GC-MS senyawa 4-Metoksi-2-Nitro-beta-Nitrostirena 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.12. Fragmentasi Massa Senyawa 4-Metoksi-2-Nitro-beta-Nitrostirena Berdasarkan interpretasi GCMS yang dengan BM 224 menunjukan telah masuknya gugus NO 2 pada gugus benzene dan karboksilat, sehingga gugus karboksilat hilang dan diganti dengan gugus NO 2. Hal ini sesuai dengan aturan nitrogen yang menyatakan bahwa jika jumlah atom nitrogen didalam suatu senyawa ada 1 maka berat molekul senyawa adalah ganjil, sedangkan jika atom nitrogen dalam suatu senyawa adalah dua maka berat molekul adalah genap pavia et al. 2001 Gambar 4.13. 1. APMS, 2. 2 nitro-4-metoksi-beta-nitrostirena Gambar 4.14. H-NMR Senyawa 4-Metoksi-2-Nitro-beta-Nitrostirena 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.2. Data Pergeseran Kimia Spektrum 1 H NMR Senyawa 4-Metoksi-2-Nitro-beta- Nitrostirena CDCl 3 , 500 MHz Posisi Asam 5nitro p- metoksisinamat 1 H NMR APMS 1 H NMR 2 7,95 d, 1H, J=13,65 7,63 d, 1H, J=16,2 3 7,55 d, 1H, J=13,65 6,34 d, 1H, J=16,2 5 6,95 d, 1H, J=9,1 6 8,05 d, 1H, J= 1,95 7, 54 d, 1H, J=9,1 8 7,74 d, 1H, J=2,6 7,72 d, 1H, J=9,1 7, 54 d, 1H, J=9,1 9 7,18 d, 1H, J=9,1 7,47 d, 1H, J=9,1 11 4,04 3,82 s, 3H Interpretasi NMR pada penelitian ini dibandingkan dengan hasil interpretasi NMR pada senyawa Asam p-metoksisinamat pada penelitian Mufidah 2014. Spektrum H 1 NMR memberikan sinyal pergeseran kimia 4,04 3H dan muncul dengan bentuk singlet. Sinyal ini lebih kearah downfield karena berikatan dengan oksigen -OCH 3 , metoksi, sedangkan pada H-NMR senyawa APMS pergeseran kimia terjadi pada 3, 82 3H dan memiliki bentuk dan sinyal yang sama seperti senyawa Asam 5nitro p-metoksisinamat . Pergeseran kimia 7,95 1H berbentuk doublet memiliki hubungan dengan pergeseran kimia 7,55 1H berbentuk doublet dengan konstanta kopling 13,65 Hz. Pergeseran kimia tersebut sama dengan H- NMR APMS pada pergeseran kimia 6,34 dan 7,63 berbentuk doublet dan dengan konstanta kopling 16,2 Hz. Bentuk tersebut adalah olefin dengan proton 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkonfigurasi trans. Kemudian pada pergeseran kimia 8,05 ppm 1H, 7,72 1H, dan 7,18 1H adalah proton-proton yang tersubsitusi. Sinyal pada pergeseran kimia 7,72 ppm menunjukan bahwa satu proton terkopling secara metha dengan satu proton pada sinyal 8,05 ppm dengan nilai konstanta kopling 1,95 Hz Hz. Selanjutnya terkopling secara ortho dengan proton pada sinyal 7,18 ppm dan nilai konstanta kopling 9,1 Hz. Hal ini dibandingkan dengan H-NMR APMS pada pergeseran kimia 6,95 ppm dan 7,54 ppm 4H yang merupakan proton-proton dari benzen dengan dua substitusi yaitu menunjukan bahwa dua proton yang ekivalen terkopling secara ortho dengan dua proton yang ekivalen lainnya Mufidah, 2014. Perbedaan APMS dengan Asam 5nitro p-metoksisinamat yaitu terletak pada H di posisi 5 yang mana Asam 5nitro p-metoksisinamat tidak terdapat H pada posisi 5 karena sudah disubstitusi oleh NO 2 pada posisi 1. . Gambar 4.15 C-NMR Senyawa 4-Metoksi-2-Nitro-beta-Nitrostirena 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta C Gambar 4.16 HSQC senyawa 4-Metoksi-2-Nitro-beta-Nitrostirena interpretasi NMR selanjutnya yaitu 13 C-NMR dan HSQC. Spektrum 13 C-NMR memberikan pergeseran kimia pada 57,13 ppm yaitu C pada posisi 11, hal ini bisa dilihat dari HSQC yang didapat, yaitu didapat korelasi antara H-NMR pada pergeseran kimia 4,04 ppm yakni H pada posisi 11 dengan 13 C-NMR pergeseran kimia 57,13 ppm , artinya C dengan pergeseran kimia 57,13 ppm berikatan dengan H pada pergeseran kimia 4,04 ppm. Berikutnya 13 C-NMR memberikan pergeseran kimia pada 114,57 ppm dan pada HSQC didapat korelasi dengan H- NMR pada pergeseran kimia 7,18 ppm yakni H pada posisi 9, artinya C dengan spektrum 114,57 ppm berikatan dengan H pada posisi 9. 13 C-NMR selanjutnya memberikan pergeseran kimia pada 134,71 ppm dan didapat korelasi dengan H- NMR pada pergeseran kimia 7,72 ppm yaitu pada H posisi 8, sehingga dapat diartikan bahwa terjadinya ikatan antara C dengan H pada posisi 8. Lalu 13 C- NMR memberikan pergeseran kimia pada 136,48 ppm dan membentuk korelasi dengan H-NMR pada pergeseran kimia 7,95 yaitu H pada posisi 2, artinya terjadi ikatan C H pada posisi 2. Berikutnya 13 C-NMR memberikan sinyal pergeseran kimia pada 126,36 ppm dan membentuk korelasi dengan H pada posisi 6 yakni 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada pergeseran kimia 8,05 ppm. Sinyal karbon 13 C-NMR memberikan pergeseran kimia pada 137,45 ppm dan membentuk korelasi dengan H-NMR pada pergeseran kimia 7,55 ppm, yaitu H pada posisi 3, sehingga dapat diartikan bahwa terjadi ikatan antara C H diposisi 3. Sinyal karbon lainnya yaitu pada pergeseran kimia 155,53 ppm merupakan karbon tersier C3 yang dapat berikatan dengan atom oksigen dari metoksi. Sinyal karbon terakhir yaitu pada pergeseran kimia 122,68 yaitu karbon kuartener 4C. Tabel 4.3 C-NMR senyawa 4-Metoksi-2-Nitro-beta-Nitrostirena 13 C-NMR senyawa hasil nitrasi Posisi Pergeseran kimia 11 57,13 ppm 9 114,57 ppm 6 126,68 ppm 8 134,71 ppm 2 136,48 ppm 3 137,45 ppm 7 155,53 ppm 4 122,68 ppm

4.4 Pengujian Aktivitas Antiinflamasi dan Hubungan Struktur Aktivitas

Senyawa Hasil Modofikasi Pada penelitian ini, uji aktivitas antiinflamasi invitro dengan prinsip penghambatan denaturasi protein dimana denaturasi terjadi karena adanya perlakuan pemberian panas William et al, 2008, pengujian ini dipilih sebagai skrining awal uji antiinflamasi pada senyawa hasil modifikasi, metode ini juga dipilih karena adanya masalah yang terjadi berkaitan tentang penggunaan hewan pada penelitian farmakologi seperti kode etik. Selain itu obat-obat anti inflamasi konvensional NSAID seperti fenil butazon dan indometasin tidak bertindak hanya dengan menghambat produksi prostaglandin dengan menghalangi enzim COX, tetapi juga dengan pencegahan denaturasi protein, dengan demikian uji antidenaturasi protein adalah metode yang mudah untuk memeriksi aktivitas antiinflamasi Ullah et al, 2014 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Uji aktivitas antiinflamasi dilakukan pada dua senyawa yang didapatkan yaitu Asam p-metoksisinamat dan senyawa hasil reaksi nitrasi dan Na Diklofenak sebagai kontrol positif. Pada uji inhibisi denaturasi BSA dengan rentang konsentrasi uji 50-0,035 ppm dapat memberikan inhibisi 20 maka dianggap memiliki aktivitasi sebagai antiinflamasi William et al,.2008. Tabel 4.4. Hasil Uji Antiinflamasi Senyawa Kontrol dan Senyawa Hasil Modifikasi Sampel Konsentrasi Inhibisi Na diklofenak 0.1 ppm 1,59 1 1 ppm 4,56 10 ppm 26,75 100 ppm 98,85 EPMS 0.1 ppm 30,9 1 ppm 36,46 2 10 ppm 46,76 100 ppm 54,93 APMS 0.1 ppm -0.54 3 1 ppm -0.34 10 ppm 0.11 100 ppm 0.32 4-metoksi- 2-nitro- beta- nitrostirena 0.1 ppm 36.71 4 1 ppm 29.65 10 ppm 15.32 100 ppm -7.93 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.17. diagram aktivitas antiinflamasi Natrium diklofenak aktif dalam memberikan aktivitas antiinflamasi dimulai dari konsentrasi 10 ppm dengan persen inhibisi 26,75 dan pada konsentrasi 100 ppm dapat menghambat denaturasi protein sebesar 98,85. Senyawa EPMS aktif sebagai antiinflamasi dimulai dari konsentrasi 0,1 ppm sampai dengan konsentrasi 100 ppm, terlihat dari hasil yang didapat yaitu pada konsentrasi 0,1 ppm memberikan persen inhibisi sebesar 30,9 , 1 ppm 36,46, 10 ppm 46,76 dan 100 ppm sebesar 54,93. Artinya semakin tinggi konsentrasi, maka semakin tinggi aktvitas sebagai antiinflamasi. Senyawa Asam p- metoksisinamat yang merupakan hasil dari hidrolisis sebelumnya telah diteliti efek aktivitas antiinflamasi oleh mufidah 2014, bahwa senyawa Asam p- metoksisinamat tidak mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi. Pada pengujian kali ini juga mendapatkan hasil yang sama dimana senyawa Asam p- metoksisinamat sama sekali tidak memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, terlihat dari persen inhibisi yang dihasilkan baik pada konsentrasi terendah sampai konsentrasi tertinggi menghasilkan persen inhibisi negative dan 20. Senyawa 4-Metoksi-2-Nitro-beta-Nitrostirena dengan konsentrasi 0,1 ppm, 1 ppm, dan 10 ppm mengalami peningkatan aktivitas antiinflamasi dibandingkan dengan senyawa APMS pada konsentrasi 0,1 ppm, 1 ppm dan 10 ppm, sedangkan pada konsentrasi 100 ppm tidak menghasilkan peningkatan aktivitas sebagai antiinflamasi, hal ini terlihat dari persen inhibisi yang dihasilkan -20 20 40 60 80 100 120 0.1 ppm 1 ppm 10 ppm 100 ppm Na diklofenak EPMS APMS 4-metoksi-2-nitro- beta-nitrostirena