Adapun Bentuk-Bentuk Perdagangan Manusia adalah

Setelah korban terjerat dengan kesepakatan palsu dan terjerat dengan hutang palsu, maka korban dengan mudah diperasdan dieksploitasi secara fisik, mental dan metarial.

3. Adapun Bentuk-Bentuk Perdagangan Manusia adalah

26 : a. Untuk dijadikan pelacurWTS wanita tuna susila. Para korban trafficking yang tertipu dan terjerat dengan perjanjian palsu seringkali belakangan ini dipekerjakan sebagai pelacur. Para korban tersebut terjebak dan tidak memiliki alternatif kecuali menjadi WTS. Dunia prostitusi merupakan tujuan utama dari praktek trafficking, bahwa dunia prostitusi usaha yang menjanjikan dan menguntungkan karena di sana terdapat banyak lelaki hidung belang yang mencari para perempuan untuk dijadikan perempuan simpanan. Berdasarkan informasi dari Farid yang kemudian ditulis oleh Irwanto bahwa pada tahun 1999, sekitar 30 dari seluruh pekerja seks yang ada di Indonesia masih berusia dibawah 18 tahun. Hal ini memperhatinkan tetapi permintaan seks dengan anak sebenarnya telah ada sejak dulu. Pemicu utamanya adalah mitos-mitos seputar keperawanan, antara lain kepercayaan bahwa berhubungan seks dengan perawan obat awet muda dan pembawa keberuntungan. 27 26 Lusiana Marianingsih dkk, Studi tentang Fenomena Perdagangan Wanita Trafficking in Persons dan Upaya Pemberian Perlindungan Hukum bagi Para Korkan Surakarta : FKH. Univ. 11 Maret, 2004, h. 23 27 Irwanto dkk. Perdagangan Anak Indonesia, h. 31. 35 b. Untuk dipekerjakan jermal anjungan penangkap ikan lepas pantai. Khusus untuk pekerja jermal ini kebanyakan korbannya adalah anak laki-laki yang berusia sekitar 13-18 tahun. Umumnya mereka tidak bisa berenang, karena itu mereka rawan tenggelam karena menuntut keahlian tersebut. Biasanya pekerjaan mereka menaikan dan menurunkan jala, memilih dan mengeringkan ikan dan membetulkan jala yang rusak tanpa kenal waktu. Di Indonesia, khususnya beberapa kabupaten di Sumatra Utara seperti kabupaten Deli Serdang, Asahan dan Labuhan Batu mendapat sorotan tajam dari kalangan Internasional yang peduli terhadap hak anak. Laporan resmi dari Dinas Perikanan Daerah Tingkat 1 Sumatra Utara menyebutkan bahwa jumlah jermal yang ada telah berkurang dari 344 pada tahun 1988 menjadi 144 pada tahun 1997, sebagian akibat dari faktor-faktor alamiah seperti berkurangnya permintaan pasokan ikan. 28 c. Sebagai pengemis. Korban ini adalah kebanyakan anak-anak usia sekolah dan tidak menutup kemungkinan orang dewasa. Mereka memiliki niat untuk membantu dan meringankan beban perekonomian keluarga, sehingga mereka bekerja dan meninggalkan bangku sekolah. Cara kerja mereka diorganisir oleh bos yang menjadi atasannya. Mereka direkrut dari pedesaan dan dipaksa untuk mengamen dan meminta-minta di sepanjang jalan kota besar dan di tempat umum, mereka di janjikan pekerjaan yang layak di kota dan tidak tahu kalau 28 Ibid. h. 39 36 akan dijadikan pengemis. Selain anak-anak yang direkrut, ada juga bayi yang disewakan untuk membantu pengemis wanita supaya kelihatan lebih memelas. 29 d. Sebagai pembantu rumah tangga PRT Korban ini banyak dialami oleh Tenaga Kerja Wanita TKW Indonesia yang berangkat ke luar negeri, seperti Malaysia dan Arab Saudi. Kebanyakan pekerja PRT ini dipekerjakan dengan jam kerja yang lebih panjang, gaji mereka tidak dibayar, akses mereka ditutup dari informasi luar, diperlakukan seperti budak, dilecehkan secara “ seksual” hingga ada yang sampai memilki anak tanpa kehendaknya di luar negeri dan disiksa hingga meninggal, di luar negeri tanpa adanya kejelasan informasi tentang keberadaan korban. Laporan Indonesia 2003 kepada pelabor khususnya PBB untuk hak asasi migran menyebutkan bahwa lokasi dan menifestasi kerentanan TKW-PRT tenaga kerja wanita-pembantu rumah tangga pada beberapa hal, yaitu lokasi yang kerentananya mencakup seluruh fase migrasi mulai dari proses perekrutan tempat penampunagan tenaga kerja hingga proses pemulangan ke tempat asal. Sementara manifestasi dan kerentanan mereka terlihat di dalam 6 area, yaitu : 1 perdagangan perempuan, 2 kriminalitas korban, 3 rumah tahanan dan penjara, 4 deportasi, 5 status kesehatan dan, 6 kekerasan. 30 29 Ibid. h. 37 30 Komnas Perempuan, National Consultation: Indonesia NGOs and Komnas Perempuan with United Nations-Special Repporteur on the Rights of Migrants Jakarta: Komnas Perempuan, 2006, h. 23. 37 e. Adopsi, dijual dan dijadikan pengemis kemudian dilantarkan pendidikannya dan kehidupannya. Korban trafficking dalam hal ini, kebanyakan adalah anak-anak yang menjadi korban kemiskinan dalam keluarga. Modus trafficker dalam hal ini adalah mengiming-imingi orang tua anak untuk diadopsi sebagai anak angkat, sehingga orang tua calon korban tergoda dengan tawaran-tawaran trafficker. Orang tua calon korban merasa akan terbantu dengan janji palsu yang ditawarkan oleh trafficker. Padahal trafficker berniat lain yaitu untuk menjual anak-anak tersebut untuk menjadikannya pengemis jalanan. Sehingga pendidikan akan terlantar dan putus sekolah. Dalam hal ini, Indonesia ACTs Against Child Trafficking mencatat dari tahun 2005 hingga 2007 ada 101 kasus anak diperdagangkan, mereka berasal dari 12 daerah yang merupakan anggota ACTs Medan, Batam, Jakarta, Indramayu, Yogyakarta, Solo, Semarang dsb. Saat ini ACTs sedang mengusahakan pengembanganan hak-hak mereka sebagai anak dan meminta pemerintah daerah untuk melakukan integrasi kepada instansi pemerintah terkait seperti Departermen Pendidikan Nasional atau Departermen Sosial. 31 f. Pernikahan dengan laki-laki Asing untuk tujuan eksploitasi. Korban ini banyak dialami oleh gadis-gadis desa yang tidak memiliki informasi cukup. Para traffiker mencari gadis-gadis deasa dan meyakinkan orang tua calon korban bahwa anaknya akan baik-baik saja dan akan bahagi 31 “ Pemda Harus Atasi Trafficking” Sido Juli 2007,h. 8 38 ketika menikah dengan laki-laki asing. Traffiker akan mendapatkan untung besar ketika ia mendapatkan gadis untuk laki-laki asing. Sementara gadis-gadis tersebut tidak bisa terjamin nasib dan kehidupannya kelak ketika sudah menikah dengan laki-laki asing. Hal ini dikarenakan laki-laki asing ini tidak diketahui baik dan tidaknya. Para gadis desa tersebut menjadi barang untuk diperdagangkan dan dieksploitasi haknya. Dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa pada kurun 1992-1999 berlangsung 5293 perkawinan antara WNI Warga Negara Indonesia dengan WNA Warga Negara Asing. Hal ini berarti bahwa rata-rata setiap tahunnya terdapat lebih dari 661 pasangan. Adapun perkawinan ini paling banyak berrlangsung antara WNI dengan WNA Taiwan, bahkan 90 dari perkawinan campuran di Pontianak adalah dengan WNA Taiwan dan di Sambas sebanyakan 99,4. 32 g. Pornografi. Korban ini banyak dialami oleh perempuan, baik dewasa atau pun anak- anak dan terkadang terdapat anak laki-laki. Mereka di jadikan obyek pornografi di luar kemauan mereka. Mereka dipaksa untuk menjadi foto model porno dan objek seksualitas oleh industri seks. Begitu juga dunia seni, dengan dalih bahwa seni bebas menampilkan gambar-gambar fulgar. Di Indonesia bisnis abu-abu ini sekarng sudah menjadi ruang bisnis yang menggiurkan dan dapat meraup keuntungan hingga 27 triliun 32 Andi Yentriyani, Politik Perdagangan Perempuan, Jakarta: Galang Press, 2004, h.54-55. 39 rupiah. 33 Data yang dilansir ASA Aliansi Keselamatan Anak Indonesia menyebutkan, industri pornografi ini menghasilkan 57 miliar dolar AS setiap tahun diseluruh dunia, sedangkan pornografi anak menghasilkan 3 miliar dolar AS setiap tahun. 34 h. Pengedar obat terlarang. Korban ini banyak dialami oleh anak-anak dan perempuan. Mereka dipaksa menjadi pengedar narkoba dan obat-obat terlarang. Mereka diorganisir oleh mafia narkotika dengan rapi, sehingga mereka sangat rentan dan mudah terkena hukum narkotika, biarpun mereka bukan pemakai. Kondisi dan keberadaan mereka terancam dari segi hukum. Seperti kasus Noni yang dimanfaatkan oleh pacarnya warga Nigeria menjadi kurir perdagangan narkoba Internasiona. Noni ditangkap polisi di Pelabuhan Belawan Sumatera Utara saat membawa 3,212 kg heroin murni dari Laos. Menurut penuturan Noni “Bahwa dia terpaksa menjadi kurir kerena diancam, dibunih dan bahwa keluarganya diancam”. 35 i. Menjadi korban pedofilia. Istilah pedofil menunjukan pada seorang berusia antara 35 sampai 65 tahun yang meniliki fokus erotis dan fantasi serta kepuasan seksual ketika yang bersangkutan berhubungan intim dengan anak-anak. Secara leksikal pedofil 33 “ Tiga TKI Asahan Terancam Hukuman Mati”, Waspada, 29 Mei, 2008.h.3. 34 “Aksi Pornografi Terorganisasi,” Republika, 25 Mei, 2007, h. 5. 35 “ Perempuan Marak Dipakai sebagai Kurir Narkoba,” Kompas, Rabu, 2008, h. 26 40 orang yang mempunyai selela seksual terhadap anak kecil. 36 Korban pedofil pada umumnya adalah anak laki-laki yang berusia 9-12 dan praktek pedofil dapat terjadi di manapun. Penderita pedofil umumnya memiliki sikap santun yang merupakan upaya tipuan, terutama pada anak-anak. Banyak orang tua korban yang terkecoh tanpa curiga sedikit pun. Jumlah anak yang diperdagangkan mencapai 45.000 sampai 50.000 orang dalam setiap tahunnya. 37 Modus-modus tersebut sering terjadi di dalam kasus trafficking pada umumnya. Sedangkan modus trafficking yang sering terjadi di Indonesia adalah sebagai buruh migran pekerja rumah tangga, diman sebagian besar korbannya adalah perempuan. Mereka cenderung disubordinatkan, tidak dilindungi oleh hukum setempat, bahkan sering dilanggar hak-hak asasinya meskipun keadaannya dibutuhkan. Jika dibandingkan dengan buruh migran laki-laki, kondisi buruh migran perempuan lebih rentan terhadap eksploitasi, diskriminasi dan kekerasan karena posisinya sebagai buruh sektor informal, warga negara asing dan di tengah budaya patriarkhi di masyarakat. 38 Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, informasi, komunikasi dan transportasi maka semakin berkembang pula modus kejahatan trafficking yang dalam beroperasinya sering dilakukan secara tertutup dan bergerak di luar 36 Rohman dan Adria Rosi Starine, Pedodilia di Bali: Dewa Penolong atau Pencelaka? Yogyajarta: PSKK UGM, 2004, h. 3 37 Ibid, h. 4 38 Komnas Perempuan, National Consultation: Indonesia NGOs and Komnas Perempuan with United Nations-Special Repporteur on the Rights of Migrants Jakarta: Komnas Perempuan, 2006, h. 23. 41 42 hukum. Pelaku perdagangan manusia trafficker pun dengan cepat berkembang menjadi sindikat lintas batas negara dengan cara kerja yang mematikan. Dewasa ini trafficking sudah menjadi “multi-billion-dollar industri” yaitu industri yang mendatangkan banyak keuntungan dengan sindikat kriminal yang diperkirakan mampu menyaingi sindikat yang merajalela di dunia hitam selama ini, yaitu sindikat obat-obatan terlarang dan senjata ilegal. 39 Trafficking sudah menjadi perusahaan tertutup yang sangat menguntungkan bagi pelakunya, bahkan dengan semakin meluasnya kemiskinan, pendidikan rendah dan terdiskriminasinya sebagian masyarakat atas informasi atas akses di dunia maka semakin menyuburkan industri trafficking. 39 Lusiana Marianingsih dkk, Studi tentang Fenomena Perdagangan Wanita Trafficking in Persons dan Upaya Pemberian Perlindungan Hukum bagi Para Korkan Surakarta : FKH. Univ. 11 Maret, 2004, h. 23

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL WANITA

PSKW MULYA JAYA PASAR REBO

A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar

Rebo. Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo merupakan salah satu lembaga yang didirikan oleh Departemen Sosial Republik Indonesia untuk menangani masalah Wanita Tuna Susila 1 . Panti yang berdiri tahun 1959, dengan status pilot proyek pusat pendidika wanita, baru di buka oleh Menteri Sosial Bapak H. Moelyadi Djojomartono Alm dengan nama Mulya Jaya berdasarkan motto panti sendiri yaitu Wanita Mulya Negara Pasti Jaya. Panti tersebut dibuka setelah mengalami proses Pembangunan dan penyempurnaan 2 Berdasarkan berjalannya waktu dan dilihat pentingnya penanganan Wanita Tuna Susila agar tidak semakin menyebar dan melebar maka; Berdasarkan keputusan Menteri Sosial RI. Nomer: HUK4-1-92005, tanggal 1 Juni 1963, panti ini di resmikan menjadi Panti Pendidikan Wanita Mulya Jaya. Pada saat PELITA I, tahun 1969 Panti Pendidikan Wanita Mulya Jaya, diubah kembali namanya menjadi Panti Pendidikan dan Pengajaran Kegunaan Wanita P3KW Mulya Jaya. Dan pada tahun 1979 ditetapkan menjadi Panti Rehabilitasi Tuna Susila Mulya Jaya melalui surat keputusan 1 Buku Panduan Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”. 2005 2 Kantor Wilayah Depsos Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Sekilas Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo, Jakrta, 1999. 43