2. Modus Praktek Trafficking
Perdangan manusia banyak terjadi di negara-negara miskin dan berkembang, hal ini dikarenakan negara tersebut belum memiliki kemampuan
ekonomi. Perdagangan manusia yang kebanyakan terjadi pada perempuan dan anak-anak memiliki berbagai macam dan bentuk. Pada mulanya, bentu-bentuk
perburuan eksploitatif, perburuan anak, praktek perekritan untuk industri seks, dan perbudakan berkedok pernikahan, yang sebelumnya diterima oleh
masyarakat sebagai hal yang biasa dilakukan. Sekarang bentuk-bentk perdaganagan manusia tersebut merupakan masalah yang bersifat multi
dimensional kemanusiaan yang merupakan tindak pelanggaran terhadap Hak asasi Manusia HAM.
Adapun modus operandi yang terjadi dalam perdagangan manusia antara lain, meliputi:
21
a. Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri Buruh Migran Modus ini adalah modus yang paling mudah dan banyak terjadi, karena
banyak tenaga kerja dari dalam negeri yang bertujuan mencari kerja ke luar negeri tanpa mendapatkan informasi yang lengkap, sehingga posisi mereka
sangat rentan untuk menjadi korban praktek trafficking. Dokumentasi mereka dipalsukan, dijerat hutang dan hingga pelecehan. Indonesia telah terkenal
sebagai salah satu negara pengirim terbesar pekerja migran ke berbagai negara Timur Tengah, Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan dan Korea. Jumlah
21
Meutia F. Hatta Swasono, dalam seminar “Kekerasan Terhadap Perempuan dan Perdagangan Orang” h. 6
32
Tenaga kerja yang dikirim ke negara Asia Pasifik terus meningkat selama lima tahun terakhir. Pada kenyataanya dari tahun 1980-1983 jumlah tenaga kerja
migran meningkat dari 10.000 hingga lebih 230.000 orang.
22
b. Pengiriman Entertainer Penghibur keLuar Negeri
Modus ini hampir sama dengan modus TKI Tenaga Kerja Indonesia. Dalam menggunakan modus ini, biasanya para para calon menawarkan
pekerjaan yang mudah dan ringan serta mendapatkan gaji yang besar. Pekerjaan yang ditawarkan para calo adalah sebagai seni daerah, pelayan
restoran dan pekerja di hotel. Dalam wilayah Asia tidak terkecuali Indonesia, perempuan Asia ditawari pekerjaan yang lebih menggiurkan seperti wanita
pendamping atau penyanyi yang menghibur kelompok lelaki kaya pilihan di sebuah klab mewah. Pada hal kelompok lelaki pilihan ini ternyata penipu-
penipu sadis. Gadis-gadis tersebut tidak di bayar sesen pun dan klab itu pun berubah menjadi tempat yang mengerikan, namun ini terjadi pada ribuan setiap
gadis setiap malam.
23
c. Adopsi Anak
Modus ini sering terjadi di wilayah konflik atau wilayah yang mendapatkan bencana, seperti di wilayah Aceh sebagai Daerah Operarasi
Militer DOM dan Aceh paska terjadinya bencana tsunami. Maka banyak anak-anak yang terlantar sehingga kondisi seperti ini banyak dimanfaatkan
pihak-pihak tertentu untuk mencari keuntungan pribadi.
22
Irwanti dkk, Perdagangan Anak Indonesia Jakarta: ILO, 2001, h. 45.
23
Louis Brown, Sex Slavery, h.24
33
“Paska bencana banjir besar, gempa bumi dan tsunami, banyak pekerja yang datang keluar negeri membawa embel-embel lainnya, sehingga masalah
perdagangan manusia adopsi anak dikhuatirkan akan meningkat di Aceh”.
24
d. Memperkerjakan Anak di sektor Pariwisata, Industri, di Rumah Tangga,
Pengemis dan Anak Jalanan Modus ini biasanya terjadi karena lilitan dan beban ekonomi keluarga,
sehingga anak-anak purus sekolah dan kerja dengan tujuan membantu orang tua. Anak-anak yang putus sekolah ini ditawari pekerjaan tanpa adanya
informasi pekerjaan apa yang akan diberikan kepada anak tersebut. Sehingga anak terjerumus apa yang akan din berikan kepada anak tersebut. Sehingga
anak terjerumus kepda pekerjaan yang mengeksploitasi hak-haknya sebagi anak. Mereka dimanfaatkan oleh pihak-pihak dan jaringan tertentu.
Peta survei ketenaga kerjaan 1999, di Indonesia menunjukan bahwa terdapat 310.370 PRT. Pekerja Rumah Tangga anak usia 10-18 tahun di
antara 1.3431.712 PRT. Menurut BPS Badan Statisti Nasional, bahwa di DKI Jakrta terdapat 70.792 jiwa dan menurut estimasi penelitian Unika Atma Jaya
dan ILO –IPEC melalui rapid assesment 1995 diperkirakan PRT anak di Jakarta sekitar 600.000 dari sejumlah 1,4 juta PRT. Mengapa PRT anak
dibawah usia 18 tahun dipakai oleh pengguna tenaga mereka, hal ini menurut 10 responden mengtakan bahwa pekerja anak masih mudah diatur, jujur, mudah
diajari dan nurut, sedangkan pekerja dewasa mudah kabur.
25
24
“ Aceh dan Traficking” Waspada, 13 Januari, 2007, h.1
25
Syarif Darmoyo dan Rianto adi, Trafficking Anak umum Pekerja Rumah, h. 20
34
Setelah korban terjerat dengan kesepakatan palsu dan terjerat dengan hutang palsu, maka korban dengan mudah diperasdan dieksploitasi secara fisik,
mental dan metarial.
3. Adapun Bentuk-Bentuk Perdagangan Manusia adalah