PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL WANITA YOGYAKARTA.

(1)

PELAKSANAAN PROGRAM PELATIHAN DESAIN GRAFIS DI MADRASAH MUALLIMIN MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Azis MH Wies Hanif NIM 10102244013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

PELAKSANAAN PROGRAM PELATIHAN DESAIN GRAFIS DI MADRASAH MUALLIMIN MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

Oleh:

Azis MH Wies Hanif NIM 10102244013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) persiapan pelaksanaan program Pelatihan Disain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. (2) pelaksanaan program Pelatihan Disain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. (3) dampak pelaksanaan program Pelatihan Disain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan deskripsi kualitatif. Subyek penelitian ini adalah seorang pengelola dan seorang pelaksana kegiatan Pelatihan Disain Grafis, dan peserta didik tsanawiyah/SMP dan aliyah SMA. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Triangulasi yang digunakan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persiapan pelaksanaan program Pelatihan Disain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta dengan cara: (a) Survey kebutuhan siswa terhadap minat di dunia kewirausahaan. (b) Penunjukan instruktur Pelaksanaan program kegiatan disain grafis. (2) Pelaksanaan program Pelatihan Disain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah meliputi: (a) jadwal dan daftar hadir pelaksanaan program pelatihan. (b) Materi yang akan disampaikan (c) Model Pembelajaran. (d) Metode Pembelajaran. (3) Dampak pelaksanaan program Disain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.


(3)

THE IMPLEMENTARY GRAPHIC DESIGN TRAINING PROGRAM IN MADRASAH MUALLIMIN MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

By:

Azis MH Wies Hanif NIM 10102244013

ABSTRACT

The aim of this research is to describe: (1) Graphic Design Training Program Preparation in Madrasah Muallimin Muhammadiyah. (2) The implementation of graphic design training program in madrasah muallimin muhammadiyah Yogyakarta. (3) The application after graphic design training program in Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.

This research in approach by qualitative. Th subjects research are the organizer and the implementer of graphic design training program, and students of tsnawiyah/Junior high school and aliyah/ senior high school. Data aggregration are using observation method, interview,and documentation. The researcher is the main instrument in the research with use observation orientation, interview and documentation. The thecnic that use in date analytic are data display, data reduction, and conlution. Triangulation that use to describe data validation in subjecy’s triangulation.

The results of this research is: (1) graphic design training program preparation in Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta using: (a) survey the need of students interest in bussines. (b) instructor indication of graphic design training program is helped by the implementer that run the program event. (2) graphic design training program in Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. (a) the schedule and absence list of training program. (b) the material of Training. (d) learning model. (c)learning method. (3) the impact of graphic design training program in Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.


(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Azis MH Wies Hanif

NIM : 10102244013

Program Studi : Pendidikan Luar Sekolah

Judul TAS : Pelaksanaan Program Pelatihan Desain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim


(5)

(6)

(7)

MOTTO

“Tidak ada orang yang sampai dengan tiba-tiba pada suatu tempat” (Buya Hamka)

“Mengerjakan apa yang engkau sukai, tidaklah penting. Yang terpenting ialah menyukai apa yang engkau kerjakan”

(Aristoteles)

“karena pagi adalah harapan, senja menjadi jawabannya, dan malam sebagai perenungan. Agar hari esok menajadi hari kemajuan untuk lebih baik lagi”


(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah karya saya sendiri dan dengan rahmat Allah SWT. Dan dengan penuh rasa syukur yang dalam karya ini saya persembahan kepada:

1. Bapak dan ibu dan keluarga yang saya cintai

2. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan universitas Negeri Yogyakarta yang selalu saya banggakan


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, tak lupa sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Pelaksanaan Program Pelatihan Desain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta”.

Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

3. Ketua jurusan Pendidikan Luar Sekolah beserta segenap dosen program studi Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

4. Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan proposal skripsi.


(10)

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

6. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan do’a, materi dan motivasi selama penyusunan proposal skripsi.

7. Teman-teman Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2010 yang telah berbagi motivasi, pengalaman dan referensi pada penyusunan proposal skripsi ini. 8. Teman-teman Papringan yang telah berbagi pengalamannya dengan cara yang

unik.

9. Teman-teman UNESA yang telah banyak membantu dan memotivasi saya dalam penyusunan tugas akhir ini.

10.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama Pendidikan Luar Sekolah dan bagi para pembaca umumnya. Amin.

Yogyakarta, 21 Juli 2017 Penulis,

Azis MH Wies Hanif NIM 10102244013


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRAK DALAM BAHASA INGGRIS ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah... 7

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Tentang Pelaksanaan program ... 10

1. Pengertian Pelaksanaan program ... 10


(12)

b. Tujuan dan Manfaat Pelatihan ... 14

c. Prinsip Pelatihan ... 16

d. Kebijakan pelatihan ... 17

e. Komponen Pelatihan ... 17

f. Pengembangan Program Pelatihan ... 18

3. Disain grafis ... 19

a. Pengertian Disain Grafis ... 19

b. Pengembangan Disain Grafis ... 21

c. Masa Industrialisasi Grafis ... 23

d. Masa 1880-1930 ... 24

e. Masa Bauhaus 1920an ... 24

f. Kecenderungan Masa Sekarang ... 25

g. Grafis dalam Dunia Pendidikan ... 26

h. Realisme dalam Visual ... 28

i. Orientasi Teoritis ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Pikir ... 31

D. Pertanyaan Penelitian ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 35

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

C. Setting Penelitian ... 36

D. Subyek penelitian ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 42

H. Teknik Keabsahan Data ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum lokasi penelitian ... 46


(13)

a. Sejarah berdirinya ... 47

b. Letak Geografis ... 48

2. Visi dan Misi ... 48

a. Visi Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta ... 48

b. Misi Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta ... 49

3. Tujuan Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta ... 49

4. Struktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta ... 50

5. Sarana dan Prasarana ... 51

6. Kegiatan yang dilaksanakan ... 54

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 55

1. Pelaksanaan Program Pelatihan Disain Grafis ... 55

a. Perencanaan Program Pelatihan Disain Grafis ... 56

b. Pelaksanaan Program Pelatihan Disain Grafis ... 60

2. Evaluasi Pembelajaran Program Pelatihan Disain Grafis ... 68

3. Dampak Program Pelatihan Disain Grafis ... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 73

B.Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penggunan Metode Belajar ... 28

Tabel 2. Panduan Dokumentasi... 40

Tabel 3. Saran dan Prasarana ... 52

Tabel 4. Fasilitas Labolatorium Komputer ... 53


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 34

Gambar 2. Struktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah ... 51

Gambar 3. Struktur Pelaksanaan ... 51

Gambar 4. Proses Pelaksanaan program dengan metode Tanya jawab ... 65


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 80

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 81

Lampiran 3. Pedoman Wawancar Penanggung jawab Pelatihan ... 82

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Instruktur Pelatihan ... 84

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Peserta didik Pelatihan ... 86

Lampiran 6. Catatan Lapangan ... 87

Lampiran 7. Dokumentasi Gambar ... 95

Lampiran 8. Analisis Data... 100

Lampiran 9. Surat ijin penelitian ... 119


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu bangsa pada era globalisasi saat ini ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya faktor yang penting adalah kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia selama ini belum dapat menunjukan hasil yang optimal. Pendidikan luar sekolah dalam usaha memberdayakan masyarakat siap memanfaatkan peluang yang diciptakan kemudian dan menyiapakan peserta didik dengan pelatihan ketrampilan yang dapat menjadi bekal dikemudian hari atau setelah menyelesaikan program pendidikan luar sekolah. Dalam hal ini pendidikan luar sekolah memberikan pendidikan yang dengan sengaja dirancang untuk membekali dengan keterampilan atau kecapan hidup (life skill) yang memadukan potensi generic dan spesifik guna memecahkan dan mengatasi berbagai masalah.

Menurut Sudjana (2000:1), memberikan pengertian pendidikan luar sekolah adalah sebagai berikut:

Pendidikan luar sekolah adalah setiap usaha yang dilakukan secara sadar, sengaja, teratur, dan berencana yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya sehingga terwujud manusia yang gemar belajar-mengajarkan, mampu menigkatkan taraf hidup, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat.


(18)

Program pendidikan kecakapan hidup dalam konteks pendidikan luar sekolah (PLS) pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga belajar dapat hidup mandiri. Dalam implementasinya, program pendidikan kecakapan hidup ( life skill) berprinsip dalam 4 pilar pendidikan sebagaimana dikemukakan UNESCO (Ditjen Diklusepa, 2003:6), yaitu: “learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan) learning to do (belajar untuk dapat berbuat atau melakukan sesuatu) learning to be (belajar untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang berguna) dan learning to love together (belajar untuk dapat hidup bersama orang lain).”

Konsep life skill di atas menunjukan bahwa implementasi program pendidikan kecakapan hidup diharapkan mampu membelajarkan peseta didik agar. (1) Memperoleh pengetahuan atau kecakapan akedemik. (2) Terampil bekerja atau melakukan suatu pekerjaan. (3) Dapat menjadikan dirinya orang yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. dan (4) Dapat bekerja sama dengan orang lain. Dapat hidup bersama dengan orang lain dan lebih jauh dapat hidup bermasyarakat dengan baik.

Tren dan teknologi menjadi hal yang terus berkembang dan berubah dengan pesat. Salah satu hal yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan tren dan teknologi tersebut adalah desain. Desain


(19)

berarti suatu kegiatan manusia untuk menciptakan lingkungan dan khasanah perbendaan buatan yang diolah dari alam. Khasanah ini kemudian berkembang melalui inovasi-inovasi yang menciptakan kehidupan budaya manusia yang lebih baik. Desain dan teknologi menjadi dua hal yang saling berkaitan. Bila pada saat awal perkembangannya desain masih mengandalkan cara manual, maka pada saat ini desain menggunakan cara digital. Sebaliknya, perkembangan desain produk menjadi penunjang berkembangnya industri teknologi, sehingga dua hal ini akan selalu berkembang dan saling mendukung bagi terciptanya kemajuan dunia.

Grafis merupakan media yang tidak asing lagi bagi dunia pendidikan istilah grafis seringkali dikaitkan dengan gambar dan dikatagorikan sebagai bahan komunikasi visual. Penggunaan bahan-bahan visual (gambar-gambar, foto, film, televisi, transparansi, bagan, diagram, ilustrasi teks, animasi, pembelajaran berbantuan komputer dan sebagainya) untuk melengkapi pengajaran dikelas, telah menjadi cara umum dalam pengajaran disemua tinggkatan pendidikan, tidak terkecuali lembaga-lembaga penyelenggara jasa baik formal maupun non-formal dan dalam program pengembangan lainnya. Penggunakan bahan-bahan visual dalam beberapa studi secara empiris terbukti meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Namun dalam pengajaran dengan tujuan spesifik selalu lebih efektif dari pengajaran tanpa menggunakan bahan-bahan visual.


(20)

Pemanfaatan grafis dalam pendidikan ditujukan sebagai media yang dapat membantu efektifitas dan efisien pencapaian tujuan pembelajaran. Grafis sebagai sebuah ilustrasi visual mampu memuat pesan-pesan pembelajaran yang dapat memberikan sejumlah rangsangan/ stimuli dengan kekuatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Rangsangan melalui indera visual terbukti cukup efektif untuk membantu manusia dalam proses belajarnya. Francis M. Dwyer dalam bukunya Strategies for Improving Visual Learning menggambarkan bahwa manusia belajar 1% dilakukan melalui indera perasa (taste), 1,5% melalui sentuhan (touch), 3,5% melalui penciuman (smell), 11% melalui pendengaran (hearing), dan 83% melalui penglihatan. Manusia umumnya mengingat 10% dari apa yang pernah dibaca, 20% dari apa yang pernah didengar, 30% dari apa yang pernah dilihat, 50% dari apa yang pernah dilihat dan didengar, 70% dari apa yang pernah diperbincangkan dan 90% dari apa yang pernah dilakukannya. Lebih lanjut Dwyer menyatakan bahwa penggunaan metode pengajaran dengan lebih banyak memanfaatkan indera penglihatan akan memiliki pengaruh terhadap kemampuan untuk mengungkapkan kembali pada peserta didik.

Menurut Suyanto (2004)

desain grafis didefinisikan sebagai “aplikasi dariketerampilan seni dan komunikasi untuk kebutuhan bisnis dan industry”. Aplikasi-aplikasi ini dapat meliputi periklanan dan penjualan produk, menciptakan identitas visual untuk institusi, produk dan


(21)

perusahaan, dan lingkungan grafis, desain informasi, dan secara visual menyempurnakan pesan dalam publikasi.

Pengertian desain grafis yang sebagaimana di kemukakan oleh suyanto, jika direfleksikan ke dalam program pelatihan di muallimin akan membawa kepada kita suatu inisiatif dalam pendidikan formal. Madrasah mualimin harus mencoba mengkontribusikan dirinya menjadi suatu sekolah yang mampu secara maksimal mencetak alumnus yang setiap saat dapat membangun dirinya sendiri melalui pelatihan desain grafis. Disamping menolong dirinya sendiri (self help) diharapkan mereka juga menjadi agen pembangunan secara konsep ekonomi, yang mampu membangun masyarakat bersama-sama dengan anggota masyarakat lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka pendidikan luar sekolah atau biasa disebut non formal yang didalamnya juga terdapat life skill merupakan proses pendidikan di luar formal yang dengan sengaja diselenggarakan secara teratur dan terorganisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai bekal untuk menigkatkan taraf hidupnya, upaya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia tersebut maka diadakan program pelatihan desain grafis terhadap santri atau peserta didik.

Keberadaan kegiatan pelatihan desain grafis di madrasah muallimin sangatlah di perlukan bagi santri-santri atau peserta didik, karena muallimin sendiri dinilai telah memberikan kontribusi terhadap


(22)

kemandirian setiap santri dengan upaya-upaya pengadaan pelatihan keterampilan yang dapat meningkatkan keterampilan santri sehingga lebih memudahkan untuk bekal di era globalisasi. Muallimin dapat menjadi tempat bagi santri bukan saja menimba ilmu keislaman saja akan tetapi tempat untuk belajar, meningkaatkan pengetahuan, ketrampilan, tukar menukar informasi, berbagai pengalaman sehingga terbina suasana/kondisi saling membelajarkan, memotifasi dan meningkatkan kepercaan diri. Sementara di muallimin sendiri terdapat beberapa fasilitas pendukung kegiatan pelatihan desain grafis mulai dari komputer, printer dan alat-alat lainnya.

Akan tetapi alat-alat tersebut kurang dimanfaatkan oleh pihak madrasah dan hanya berfungsi pada mata pelajaran komputer saja. Akibatnya kurang maksimalnya alat-alat atau fasilitas yang ada di madrasah muallimin. Sehingga penulis mengharapkan keseriusan pihak Madrasah Muallimin mengelola fasilitas yang ada dapat dimaksimalkan.

Dengan gagasan dan pemikiran inilah penulis ingin melakukan sebuah penelitian dengan judul : Pelakasanaan Program Pelatihan Design Grafis di Madrasah Muallimin Muhammdiyah Yogyakarta


(23)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya wadah bagi santri di Madrasah Muallimin untuk pembinaan dan pengembangan program kecapan hidup (life skill). 2. Kurangnya pengenalan desain grafis di kalangan santri Madrasah

Muallimin.

3. Rendahnya pemahaman santri Madrasah Muallimin tentang pentingnya Desain Grafis.

4. Masih minimnya keterampilan santri Madrasah Muallimin dalam penguasaan Desain Grafis.

5. Kurangnya jumlah instruktur desain grafis di Madrsah Muallimin. 6. Program pelatihan desain grafis di Madrasah muallimin

muhammadiyah Yogyakarta yang belum di ketahui hasilnya.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat beragamnya program pelatihan keterampilan yang diselenggarakan oleh Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, maka peneliti berfokus pada persiapan, pelaksanaan dan dampak program pelatihan desain grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.


(24)

D. Rumusan Masalah

Bertitik tolak pada identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Pelaksanaaan Progam Pelatihan Desain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammdiyah Yogyakarta?

2. Bagaimana hasil setelah mengikuti Pelaksanaan Program Pelatihan Desain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian bertujaun untuk:

1. Mendeskripsikan Pelaksanaan Program Pelatihan Desain Grafis di Madrasah Muallimin Yogyakarta.

2. Mendeskirpsikan hasil setelah mengikuti Pelaksanaan Program Pelatihan Desain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil penelitian menggunakan metode kualitatif dalam permasalahan di atas diantara lain:

1. Bagi jurusan PLS, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan baru di bidang Pendidikan Luar Sekolah pada konsep pelatihan live skill


(25)

2. Bagi santri dan staff Madrasah Muallimin Muhammdiyah Yogyakarta, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pelaksanaan pelatihan desain grafis

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini menjadikan penambah pengalaman dan wawasan tentang program pelatihan desain grafis dimadrasah muallimin yogyakarta


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Pelaksanaan Program

a. Pengertian Pelaksanaan Program

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap.Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Empat Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirimuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah


(27)

program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di luar lapangan.Yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat penujang. Faktor-faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan.

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.


(28)

c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program.

d. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating Procedures), yang mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa pola yang baku.

Keempat faktor di atas, dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling mempengaruhi antara suatu faktor yang satu dan faktor yang lain. Selain itu dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting dan mutlak yaitu:

a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.

b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program perubahan dan peningkatan.

c. Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Dari pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa pelaksana suatu program senantiasa melibatkan ketiga unsur tersebut.


(29)

2. Pelatihan

a. Pengertian pelatihan

Menurut gomes (2003:197), “pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya”. Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi, yang pada waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan-tujuan para pekerja secara perorangan. Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan para pemipinan mendukung adanya pelatihan karena melalui pelatihan, para pekerja akan menjadi lebih terampil dan karenanya akan lebih produktif sekalipun manfaat – manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita ketika pekerja sedang dilatih.

Menurut instruksi presiden nomor 15 tahun 1974 dikutip moekijat (1993:3), bahwa latihan adalah pembagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar system pendidikan yang berlaku dalam waktu relatif singkat dan dengan metode lebih mengutamaklan praktek dari pada teori. Dalam PP RI nomor 71 tahun 1991 pasal 1 disebutkan:

Latihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan produktivitas, disiplin,sikan kerja dan etos kerja pada tingkat keterampilan tertentu berdasarkan prasyarat jabatan tertentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori.


(30)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah tiap-tiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang didalamnya terdapat proses pembelajaran untuk memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat keterampilan tertentu. Pelatihan juga bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan perilaku orang di bidang pengetahuan keterampilan dan sikap yang dilaksanakan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.

b. Tujuan dan Manfaat Pelatihan

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1995:223), tujuan pelatihan merupakan konsep yang luas, tujuan yang luas tersebut tidak akan membingungkan bila dibuatkan sarana pelatihan yang lebih spesifik dan dapat di ukur. Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas organisasi secara keseluruhan sehingga organisasi menjadi lebih kompetitif.

Veithzal rivai (2004:226), menegaskan bahwa “pelatihan adalaha proses sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil


(31)

melaksanakan pekrjaan”, pendapat rivai inilah yang dijadikan inspirasi dalam penelitian ini. Memperhatikan pengertian tersebut, ternyata tujuan pelatihan tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap saja, akan tetapi juga untuk mengembangkan bakat seseorang, sehingga dapat melakukan pekerjaan sesuai yang di prasyaratkan. Moekijat (1993:2) menjelaskan tujuan umum pelatihan sebagai berikut: 1) Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, 2) untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, 3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kerja sama dengan teman-teman dan pimpinan.

Tujuan pelatihan menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1995:223), adalah untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap karyawan serta menigkatkan kualitas dan produktivitas organisasi secara keseluruhan, dengan kata lain tujuan pelatihan adalah meningkatkan kinerja pada gilirannya akan meningkatkan daya saing. Robinson dalam M. Saleh Marsuki (1992:28), mengemukakan manfaat pelatihan sebagai berikut:

1) Pelatihan sebagai alat untuk memperbaiki penampilan kemampuan individu atau kelompok dengan harapan memperbaiki performance organisasi…; 2) keterampilan tertentu diajarkan agar karyawan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan standar yang di ingin kan… 3) pelatihan juga dapat memperbaiki sikap -sikap terhadap pekerjaan, terhadap pimpinan atau karyawan … ;


(32)

dan 4) manfaat lain dari pada pelatihan adlah memperbaiki standar keselamatan.

Berdasar kan beberapa referensi tentang tujuan diadakannnya pelatihan di atas dapat disimpulakan bahwa pelatihan memang penting untuk di lakukan, dalam hal ini pada konsep untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas, mengembangan keahlian, mengembangkan pengetahuan dan mengembangkan sikap yang lebih baik serta pengembangan bakat seseorang

c. Prinsip pelatihan

Moekijat (1993;4), agar pelatihan itu dapat suskses maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip umum endidikan dan pelatihan. Prinsip-prinsip tersebut adalah adanya perbedaan individu-individu, hubungan pelatihan dan analisis jabatan, motovasi, partisipasi aktif, pemilihan peserta, pelatihan para pelatih, metode pelatihan dan prinsip belajar.Melihat penyataan tersebut di atas maka dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan harus memperhatikan prisip-prinsip pelatihan, keberhasilan suatu pelatihan sangat di tentukan dengan memegang prinsip pelatihan. Pelatihan yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip tersebut maka pelatihanyang diselenggarakan dimungkinkan tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan oleh lembaga, instruktur, maupun peserta.


(33)

d. Kebijakan pelatihan

Moekijat (1993;3) pada umumnya kebijakan pelatihan ditentukan atau dibuat oleh manajemen inti. Manajemen staf hanya bertugas member kritik dan saran. Tujuan pelatihan merupakan tujuan tambahan daripada tujuan menajemen inti. Oleh karena itu, kebijakansanaan pelatihan sebaiknya dilaksanakan sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan utama

2. Menentukan tujuan mana yang harus dicapai melalui pelatihan 3. Uraikan tujuan secara terperinci

e. Komponen Pelatihan

Penyelenggaraan suatu pelatihan, tentu memiliki tujuan yang akan ingin dicapai, seperti halnya dalam pelatihan desain grafis di Madrasah Muallimin Yogyakarta yang juga memiliki tujuan ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap para santri, siswa atau peserta didik yang nantinya mampu menjadi tenaga tenaga ahli di setiap bidangnya. Pencapaian tujuan tersebut perlu memperhatikan komponen-komponen pembelajaran yang mendukung terselenggaranya pelatihan desain grafis yang diselenggarakan oleh Madrasah Muallimin Yogyakarta ini, dimana komponen-komponen permbelajaran tersebut satu sama lain memiliki kaitan yang sangat erat.

Adapun komponen-komponen tersebut sabagaiman dijelaskan oleh Sudjana (2007;277), adalah sebagai berikut:


(34)

Meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang termasuk dalamnya adalah tujuan, program, kurikulum atau pelatihan, tenaga kependidikan lainnya, tenaga program, saran belajar, media, fasilitas serta biaya.

2. Masukan mentah

Masukan mentah dalamnya termasuk, peserta didik pelatihan komputer dengan karakteristik yang dimiliki, termasuk dengan cirri-ciri yang berhubungan dengan faktor internal dan faktor eksternal.

3. Masukan lingkungan

Masukan lingkungan adalah faktor lingkungan yang menunjang berjalannya program pelatihan yang meliputi lingkungan keluarga, sosial serta lingkungan alam.

4. Proses

Dalam pelatihan pada prinsipnya ada kegiatan proses pembelajaran baik teori maupun praktek, bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kompetensi dan kemampuan akademik, sosial dan pribadi dibidang pengetahuan, ketrampilan dan sikap, serta bermanfaat bagi peserta pelatihan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

5. Hasil (out put)

Keluaran atau hasil yaitu kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan sikap atau tingkah laku.

6. Masukan lain (other input)

Masukan ini meliputi dana atau modal, lapangan kerja, informasi, alat fan fasilitas, pemasaran, paguyupan peserta didik, latihan lanjutan dan bantuan eksternal.

7. Pengaruh

Pengaruh merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik dan lulusan. Komponen ini meliputi: a). perubahan taraf hidup. b). kegiatan pembelajaran orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar/ pelatihan yang telah dimilikinya. c). peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat baik berupa partisipasi sebuah pemikiran, tenaga, harta benda dan dana.

f. Pengembangan Program Pelatihan

Sondang P. siagian (1994;190) prinsip-prinsip belajar (learning principles) yang efektif adalah yang memiliki kesesuaian antara metode dengan gaya belajar peserta pelatihan dan tipe-tipe pekerjaan yang membutuhkan. Pada dasarnya prinsip belajar yang layak


(35)

dipertimbangkan untuk diterapkan berkisar lima hal yaitu partisipasi, reputasi, relevanso, pengalihan, dan umpan balik. Melalui prinsip partisipasi pada umumnya proses belajar berlangsung dengan lebih cepatdan pengetahuan yang diperoleh diingat lebih lama. Prinsip reputasi (pengulangan) akan membantu peserta palatihan untuk mengingat dan memanfaatkan pengetahuan atau ketrampilan yang dimiliki. Prinsip relevansi, yakni kegiatan pembelajaran akan lebih efektif apabila bahan yang dipelajari mempunyai relevansi dan makna kongkrit dengan kebutuhan peserta pelatihan.

Prinsip pengalihan dimaksudkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dalam kegiatan belajar mengajar dengan mudah dapat dialihkan pada situasi nyata (dapat dipraktekan pada prakteknya pada pekerjaan). Prinsip umpan balik akan membangkitkan motivasi peserta pelatihan karena mereka thu kemajuan dan pengembangan belajarnya.Pelaksanaan program (actual program) pelatihan pada prinsipnya sangar situasional sifatnya. Artinya dengan penekanan dapada perhitungan kebutuhan organisasi dan peserta pelatihan, penggunaan prinsip-prinsip belajar.

3. Desain Grafis

a. Pengertian Desain Grafis

Desain grafis dapat diartikan sebagai proses pemikiran untuk menglihkan gagasan dalam wujud gambar. Dalam proses mendesain ini seorang desainer dapat mempergunakan peralatan manual seperti


(36)

tangan dan kuas atau teknologi komputer. Desain grafis komputer dapat diartikan sebagai upaya pemikiran untuk mengalihkan gagasan kepada orang lain dalam wujud gamabr yang dibuat menggunakan bantuan teknologi komputer. Seni grafis adalah sejenis karya seni murni yang umumnya dwi mantra, terwujud di atas kertas sebagai hasil kerja, lempengan batu, logam, kayu, lemabar sablon dan sebagainya yang pada permukaannya terlebih dahulu seseorang telah mengungkapkan gagasan dan cita rasa seninya dalam bentuk goresan, cukilan, torehan, guratan, sapuan, dan sebagainya. Dalam pengertian umumnya istilah grafis meliputi semua bidang visual yang dilaksanakan pada suatu permukaan dua dimensiona sebagai lukisan, drawing atau fotografi.Titik merupakan bentuk grafis paling sederhana. Kumpulan dari titik membentuk garis, kemudian garis yang bertemu membentuk kurva tertutup membentuk bidang missal segitiga, bujur sangkar, persegi panjang, dan sebagainya. Bidang inilah yang kemudian berkembang menjadi bentuk bentuk yang sering di pergunakan dalam desain grafis. Istilah grafis sebenarnya tidak jauh berbeda dengan print making atau cetak mencetak. Dalam penerapannya meliputi semua karya dengan gambaran orisinil apapun desainnya untuk direproduksi dengan berbagai proses.

Grafis merupakan media yang tidak asing lagi bagi dunia pendidikan. Istilah grafis seringkali dikaitkan dengan gambar dan dikatagorikan sebagai bahan komunikasi visual. Penggunaan


(37)

bahan-bahan visual (gambar-gambar, foto, film, televisi, tranparansi, bagan, diagram, ilustrasi teks, animasi, pembelajaran berbantuan komputer dan sebagainya) untuk melengkapi pengajaran di kelas, telah menjadi cara umum dalam pengajaran di semua tingkatan pendidikan. Tidak terkecuali lembaga-lembaga penyelenggara lainnya. Penggunaan bahan-bahan visual dalam beberapa studi emiris terbukti meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Namun dalam beberapa kasus tidak selamanya penggunaan bahan-bahan visual dalam pengajaran dengan tujuan spesifik selalu lebih efektif dari pengajaran tanpa menggunakan bahan-bahan visual. Hasil-hasil penelitian mengindikasikan bahwa penggunaan bahan-bahan visual untuk melengkapi pengajaran biasa (oral/print instruction) menunjukkan berbagai tingkatan efektifitas yang berbeda dalam situasi yang berbeda-beda.

b. Perkembangan media grafis

Selama lebih 500 tahun pengalaman-pengalaman desain antarmuka, cetak halaman dan penyajian informasi dalan forat tertentu telah menempatkan secara sentral desainer grafis dalam revolusi komunikasi. Desain antarmuka untuk menyajikan teks dan gamabr tidak hanya disajikan untuk media cetak namun juga pada layar televisi dan monitor komputer. Hampir semua bidang komunikasi memerlukan


(38)

input desain grafis. Bob Cotton dalam bukunya The New Guide to Graphic Design menyebutkan bahwa akselerasi perkembangan teknologi grafis dimulai pada tahun 1960-an dengan hadirnya phototype setting dan xerography mengarah kepada digitalisasi. Halaman elektronik dan scan laser telah memberikan dua efek besar, yaitu:

 Tersedianya perangkat (tool) dengan kemampuan lebih untuk berkreasi memanipulasi teks dan gambar.

 Pertimbangan ekonomis telah menyebabkan tool tersebut diproduksi missal sehingga mengakibatkan peningkatan aksesbilitas para desainer untuk menggunakannya.

Beberapa peralatan grafis yang mengalami perkembangan dimulai dari mesin cetak albion dengan cara kerja mirip yang digunakan Guttenberg, mesin cetal relief sampai dengan power press, linotype composer yang menggunakan hot metal sampai dengan digunakannya mesin-mesin pencetak Koran.

Di Indonesia seni grafis di perkenalkan oleh R. Pirngadi tahun 1920. Tokoh-tokohnya antara lain R. Saleh dengan karya litografi litografi tahun 1940. Pada tahun 1945 Baharudin Marasutan dan Moctar Apin membuat cukilan lino untuk dikirim kepada Negara-negara yang mengakui kedaulatan RI, diikuti tokoh-tokoh Suromo, Abdul Salam yang pernah Mengajar di ASRI tahun 1960-1965.


(39)

c. Masa Industrialisasi Grafis

Pola kerja dilingkungan grafis yang berubah sampai decade akhir abad- 19 mengarah kepada pola baru automasi dan spesialisasi. Desainer tidak lagi berkonsentrasi penuh kepada seluruh rangkaian proses cetak mulai dari gagasan sampai dengan produk akhir. Spesialisasi seperti type designer, type founders, type setter, paper makers, printer, binders dan publisher mulai dikerjakan oleh orang yang berdeba-beda. Teknologi bergerak dari manual kepada automasi, dari teknik monochorm kepada warna, dari skala kecil menjadi skala besar dengan pasr yang lebih luas, (Bob Cotton, 1990:15). Masa ini dapat disebut dengan masa indutrialisasi grafis karena perpindahan dari pola kerja manual menjadi pola kerja otomatis yang terspesialisasi. Percetakan pada akhir abad 19 bercirikan produksi dalam volume besar namun berkualitas rendah atau volume terbatas tetapi berkualitas tinggi. Tidak sampai dengan tahun1880 perbedaan area pasar di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Lebih-lebih ketika pendidikan mulai menjadikan hak universal permintaan akan bahan-bahan cetak meningkat tajam. Ciri lain ditandai munculnya poster-poster besar penuh warna di banyak kota besar di Eropa dan Amerika pada tahun tersebut.


(40)

d. Masa 1880-1930

Perkembangan seni grafis mengalami akselerasi pada dekade ini Art Nouveu memperkenalkan bahwa grafis dan desain bukan sekedar media untuk mengomunikasikan ide-ide baru namun juga mengekpresikan sesuatu. Seniman seperti Toulouse-Lautrec, pengusaha Peter Behrens, arsitek frank Llyod Wright dan Charles Mackintosh membawa gaya baru dalam desain grafis dengan berbagai cara dan mulai menempatkan grafis sebagai media secara serius.

e. Masa Bauhaus 1920-an

Pada masa ini perkembangan lay out dan jenis desain mulai dikenalkan oleh “The de Stijl group”. Secara bersamaan di Rusia telah mengintegrasikan struktur formal dalam pengajaran grafis. Grafis mulai diperkenalkan dalam bentuk disiplin ilmu baru, khususnya di Bauhaus, Rusia. Sekolah-sekolah desain didirikan oleh arsitek Walter Groupius pada tahun 1919. Bauhaus merupakan sumber inspirasi penting perkembangan gaya desain grafis pada abad 20. Para periode yang sama 1900-1930 pertumbuhan periklanan merupakan pasar baru bai desainer. Tipografi secara ekslusif berperan dalam publikasi buku. Kompetisi untuk memperihatkan sebagai iklan modern mendorong digunakannya teknik dan caru baru seperti teknologi “halftone” dan “line block” full color dalam proses cetak termasuk variasi berbagai jenis display. Gaya modern masuk menjadi arus utama (main stream).


(41)

Contohnya semangat Mondrian tervisualisasikan di dalam kemasan makanan coklat (black magnet) dan pembungkus rokok di Maurier pada tahun 1930-an. Pada akhir perang dunia II desain grafis telah menjadi gaya dan selera internasional.

f. Kecenderungan masa sekarang

Perubahan hampir dua dekade ini tekonologi komputer telah mempengaruhi perkembangan desain secara umum, dan desain grafis secara khusus. Secara perlahan dan hampir tidak terbatas, tekonologi yang satu ini telah mendorong terjadinya banya perubahan dalam desain grafis. Bila anda masih mempunyai majalah, kemasan produk, atau iklan yang di keluarkan sekitar tahun enam puluhan, coba amati dan bandingkan dengan produk sejenis yang keluar sekitar dua dasawarsa terakhir. Perubahan telah terjadi di sana sini. Sangat jarang kita temui iklan dengan gambar outline dan background satu warna primer seperti yang sering muncul iklan-iklan cetak tahun enam puluhan. Halaman-halaman majalah kini menjadi begitu berwarna dengan model, warna-warna, komposisi terasa begitu nyata..

Perubahan tampilan ini sesungguhnya mencerminkan pergeseran pola-pola komunikasi visual masyarakat kontemporer.Hal tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat konsumen tidak tertarik dengan produk yang hanya terdiri dari beberapa warna, komposisi simetris sederhana, atau konfigurasi teks dan gambar yang


(42)

biasa.Masyarakat membutuhkan lebih dari yang demikian. Masyarakat kita akan cenderung lebih tertarik dengan majalah yang penuh Treatment warna dan komposisi yang sederhana secara visual, kini tidak lagi cukup memancing perhatian mereka. Salah satu faktor sangat terkait adalah perkembangan tegnologi digital yang melahir kan Computer General Image atau yang secara umum akan kita bahas sebagai komputer grafis. Komputer yang lebih menjadi teman sejak sekitar tahun 80-an ketika budaya missal kita muncul adalah sebuah magnet besar yang begitu mempesona. Bukan hanya bagi bidang-bidang ilmu pasti, tetapi juga bagi dunia desain grafis Amerika, Zuzana Licko dan Rudy Vaderlans bersksperimen dengan komputer Macintosh dan melahirkan huruf-huruf digital untuk pertama kalinya. Huruf-huruf yang dipromosikan dan didistribusikan melalui majalah Ernigre, yang juga dikelola oleh kedua orang ini, telah membuka mata desainer-desainer di seluruh dunia bahwa kotak massif itu sesungguhnya juga sebuah wawasan yang eksotik, dan menantang untuk dieksplorasi. Proses perancangan yang sangat mengandalakan ketrampilan manual, dengan adanya teknologi ini tiba-tiba terasa menjadi begitu ‘klasik’.

g. Grafis dalam Dunia Pendidikan

Pemanfaatan grafis dalam pendidikan ditujukan sebaai media yang dapat membantu efektifitas pencapaian tujuan


(43)

pembelajaran.Grafis sebagai sebuah ilstrasi visual mampu memuat pesan-pesan pembelajaran yang dapat memberikan sejumlah rangsangan/stimulus dengan kekuatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Rangsangaan melalui indera visual terbukti cukup efektif untuk membantu manusia dalam proses belajarnya. Francis M. Dwyer dalam bukunya Strategies for Improving Learning menggambarkan bahwa manusia belajar 1% dilakukan melalui indera perasa (taste), 1,5% melalui sentuhan (touch), 3,5% melalui penciuman (smell), 11% melalui pendengaran (hearings), dan 83% melalui penglihatan. Manusia umumnya mengingat 10% dari apa yang pernah dibaca, 20% dari apa yang pernah didengar, 30% dari apa yang pernah dilihat, 50% dari apa yang pernah dilihat dan didengar, 70% dari apa yang pernah diperbincangkan dan 90% dari apa yang pernah dilakukannya. Lebih lanjut Dwyer menyatakan bahwa penggunaan metode pengajaran dengan lebih banyak memnanfatkan indera penglihatan akan memiliki pengaruh terhadap kemampuan untuk mengungkapkan kembali pada peserta didik

Tabel 1; Penggunaan Metode Penajaran

METODE PENGAJARAN

PENGUNGKAPAN KEMBALI

SETELAH 3 JAM

PENGUNGKAPAN KEMBALI


(44)

Memperdengarkan 70% 10%

Mempertunjukkan 72% 20%

Memperdenagarkan dan mempertujukkan

85% 65%

h. Realisme dalam Visualisasi

Realism dalam ilustrasi visual digabarkan sebagai sejulah stimuli yang mempu menyajikan informasi kepada wara belajar. Visualisasi sedapat mungkin menyerupai obyek aslinya dengan tingkat relitas 100%. Kekuatan ransangan yang dikandung dan disajikan oleh setiap jenis media visual berbeda-beda. Perbedaan ini membawa pengaruh berbeda-beda terhadap berbagai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran setiap warga belajar (Dwyer, 1972-an). Catatan penting bahwa perbedaan daya rangsang tingkat realitas pada berbagai jenis ilustrasi visual dan tingkat pencapaian pembelajaran warga belajar bukan merupakan korelasi linier tetapi berupa kurva linier. Meningkatnya ralitas atau semakin kuat rangsangan visual dan tingkat pencapaian pembelajaran warga belajar bukan merupkan fungsi yang berbanding lurus, dengan kata lain ilustrasi yang terlalu banyak atau kurang dapat memberikan rangsanganyang berakibat kepada pencapaian tujuan pembelajaran


(45)

yang tidak sesuai. Terkadang ilustrasi dengan tingkat realitas tinggi (menyerupai obyek asli) mengandung banyak rangsangan bisa menyebabkan kesulitan bagi warga belajar untuk mengindentifikasi syarat-syarat penting pembelajaran yang seharusnya berinteraksi di dalamnya. Selama rangsangan visual bekerja kemungkinan warga belajar kesulitan untuk memusatkan perhatian dan berinteraksi dengan syarat-syarat penting pembelajaran yang diperlukan untuk memncapai pemahaman aas informasi yang disajikan. Kondisi ini di gambarkan sebagai “scanning syndrome” yaitu pengamatan menyeluruh dan jelas sementara tidak focus dan berinteraksi dengan beberapa rangsangan spesifik.

i. Orientasi Teoritis

Penggunaan media visual termasuk grafis seperti gambar, tranparansi, diagram, slide, foto, film, animasi, dan sebagainya harus menajdi bagian integral dari strategi pengajaran dan program pengembangan lainnya pada semua tingkatan pendidikan. Konsekwensinya, sangat tidak diharapkan bahwa para instruktur atau stf pengajar menggunakan media visual dalam usaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Beberapa teori berkaitan dengan penggunaan visualisasi dalam pembelajaran antara lain teori ikonisasi (iconity) oleh Morris 1946, kerucut pengalaman Edgar Dale 1946, dan orietasi kemiripan tanda-tanda dikembangkan oleh


(46)

realisme. Asumsi dasar yang digunakan sebagai proponen teori-teori realism bahwa pembelajaran akan lebih lengkap apabila sejumlah isyarat-isyarat kontekstual dalam sebuah situasi pembelajaran meningkat. Isyarat kontekstual dapat diperoleh melalui sejumlah rangsangan visual. Disarankan bahwa untuk memaksimalkan syarat-syarat kontekstual maka aktifitas pembelajaran lebih baik difasilitasi.

Berdasarkan toeri-teori realism suatu kesatuan realism bahan-bahan pengajaran akan dijelaskan dimulai dari representasi obyek atau kejadian itu sendiri hingga obyek atau kejadian tersebut direpresentasikan hanyak oleh sebuah garis sederhana. Sementara kesatuan realism untuk gambar-gambar visual akan diperluas mulai dari foto obyek atau kejadian hingga respresentasi melalui garis hitam putih yang sangat sederhana.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang mengangkat tentang pelaksanaan program desain grafis, diantaranya adalah:

a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fahrudin Jaka Prasetya pada tahun 2011 yang meneliti tentang Pemberdayaan Pemuda Melalui Pelaksanaan Pendidian dan Pelatihan (Diklat) Teknologi Informasi di Balai Latihan Kerja Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Dalam penelitian ini menujukkan bahwa pemberdayaan dalam penyelenggaraan program pendidikan ini mengankat upaya bagi


(47)

pemuda melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknologi informasi memberikan dampak yang cukup baik bagi lulusannya. Selain dapat mengoprasikan computer dengan baik lulusan peserta bisa mencari lapangan kerja dengan bekal yang dimiliki dan juga peserta bisa mencari lapangan kerja dengan bekal yang dimilii dan juga menciptakan lapangan usaha secara mandiri.

b. Hasil penelitian yang dilakukan Hasta Budi Nugraha pada tahun 2015 yang meneliti tentang pelaksanaan program pembelajaran masyarakat kelompok ternak sapi “ngudi sari” di Padukuhan Karanggumuk II Karangrejek Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Dalam penelitian ini menunjukkan: 1. Pelaksanaan program pembelajaran masyarakat kelompok ternak “ngudi sari” antara lain menganalisi kebutuhan proram, merencanakan program dan mengevaluasi program kelompok ternak. 2. Dampak program pembelajaran masyarakat kelompok ternak “ngudi sari” meliputi dampak secara ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan, semua ini dapat dilihat dari meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan dalam berteknak sapi, mengembangkan jiwa usaha mandiri, dapat membiayai pendidikan bagi anak (keluarga), serta meningkatnya perekonomian masyarakat desa.

C. Kerangka berfikir

Tren dan teknologi menjadi hal yang terus berkembang dan berubah dengan pesat. Salah satu hal yang sangat dibutuhkan dalam


(48)

perkembangan tren dan teknologi tersebut adalah desain. Desain, berarti suatu kegiatan manusia untuk menciptakan lingkungan dan khasanah perbendaan buatan yang diolah dari alam. Khasanah ini kemudian berkembang melalui inovasi-inovasi yang menciptakan kehidupan budaya manusia yang lebih baik. Desain dan teknologi menjadi dua hal yang saling berkaitan. Bila pada saat awal perkembangannya desain masih mengandalkan cara manual, maka pada saat ini desain menggunakan cara digital. Sebaliknya, perkembangan desain produk menjadi penunjang berkembangnya industri teknologi, sehingga dua hal ini akan selalu berkembang dan saling mendukung bagi terciptanya kemajuan dunia.

Keberadaan kegiatan pelatihan desain grafis di madrasah muallimin sangatlah di perlukan bagi santri-santri atau peserta didik, karena muallimin sendiri dinilai telah memberikan kontribusi terhadap kemandirian setiap santri dengan upaya-upaya pengadaan pelatihan keterampilan yang dapat meningkatkan keterampilan santri sehingga lebih memudahkan untuk bekal di era globalisasi. Muallimin dapat menjadi tempat bagi santri bukan saja menimba ilmu keislaman saja akan tetapi tempat untuk belajar, meningkaatkan pengetahuan, ketrampilan, tukar menukar informasi, berbagai pengalaman sehingga terbina suasana/kondisi saling membelajarkan, memotifasi dan meningkatkan kepercaan diri. Sementara di muallimin sendiri terdapat beberapa fasilitas pendukung kegiatan pelatihan desain grafis mulai dari


(49)

komputer, printer dan alat-alat lainnya. Akan tetapi alat-alat tersebut kurang dimanfaatkan oleh pihak madrasah dan hanya berfungsi pada mata pelajaran komputer saja. Akibatnya kurang dimaksimalkan alat-alat atau fasilitas yang ada di madrasah muallimin. Sehingga penulis mengharapkan keseriusan madrasah muallimin mengelola fasilitas yang ada dapat dimaksimalkan.

Gambir 1 Kerangka Berfikir

Madrasah Muallimin Muhammdiyah “Program Desain

Grafis” Faktor Internal: 1. Tempat 2. Sarana prasana 3. Jumlah peserta didik Pelaksanaan Program: 1. Perencanaan program 2. Pelaksanaan program 3. Evaluasi program Faktor eksternal: 1. Pengelola 2. Tutor 3. Peserta didik Dampak Program: 1. Sosial 2. Budaya 3. pendidikan


(50)

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pelaksanaan program pelatihan Desain Grafis di Madrasah Muallimin?

a. Apakah terdapat jadwal dan daftar hadir program pelatihan? b. Apa saja materi yang di pelajari dan apa kurikulum yang

dipergunakan dalam program pelatihan desain grafis? c. Bagaimana model kegitan belajar mengajar yang dilakukan? d. Apa saja metode pembelajaran dalam pelatihan tersebut? e. Bagaimana evaluasi dilakukan dalam pelaksanaan program? 2. Bagaimana dampak program pelatihan Desain Grafis di Madarasah

Muallimin?

a. Bagaiman dampak keberhasilan program desain grafsi di madrasah muallimin?

b. Faktor-faktor yang mendorong program desain grafis di madarasah muallimin?


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sifat data yang dikumpulkan adalah berupa data kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan deskriptif kualitatif adalah pendekatan yang informasinya atau data yang terkumpul, terbentuk dari kata-kata, gambar bukan angka-angka. Kalau ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang (Sudarwan Danim, 2002: 51).

Berkaitan dengan pendeskripsian secara kualitatif ini, Nasution (1992:5) mengatakan bahwa penelitian kualitatif pada dasarnya bertujuan untuk mengungkapkan masalah secara komprehensif dan mendalam, melalui kegiatan memaknai orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting), peneliti harus turun ke lapangan dan berada di sana dalam jangka waktu yang cukup lama agar dapat mengumpulkan data dengan cermat dan teliti.

Nasution (1992: 9-12) menjelaskan beberapa karakteristik dari penelitian kualitatif naturalistik, yaitu :


(52)

Sumber data adalah situasi yang wajar, peneliti sebagai instrumen, sangat deskriptif, mementingkan proses maupun produk, mencari makna, mengutamakan data langsung, melakukan triangulasi, menunjukkan rincian kontekstual, subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, melakukan verifikasi, pengumpulan sampling yang purposif, malakukan audit trail, mengutamakan perspektif emic, partisipasi tanpa mengganggu, melakukan analisis sejak awal penelitian dan desain penelitian tampil dalam proses penelitian.

Dengan demikian peneliti harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat penelitian dilakukan. Peneliti merupakan alat pengumpul data yang utama, maka peneliti harus bisa memilih dan menentukan informan kunci (key informan) dengan menggunakan pengamatan dan wawancara mendalam.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai Pelaksanaan Program Pelatihan Desain Grafis ini dilakukan pada:

Waktu : 19 Oktober - 21 Desember 2016

Tempat : Madrasah Muallimin Yogyakarta jalan S.parman no; 68 Wirobrajan Yogyakarta

C. Seting Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat; Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta


(53)

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian pada penelitian ini adalah madrasah muallimin, yang terdiri dari ustadz, dan santri, Dari sejumlah subyek penelitian tersebut diambil untuk dijadikan informan pendukung dan informan kunci (key informan) dengan menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Jadi dalam penelitian ini pengambilan sampel bukan merupakan pilihan jumlah yang mewakili populasi, akan tetapi pengambilan sampel lebih bersifat selektif, dimana peneliti lebih cenderung memilih informan mengetahui masalahnya secara mendalam.

Selanjutnya subyek penelitian terpilih akan ditentukan informan kunci dan informan pendukungnya. Sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah pengelola, ustadz, dan santri.

Untuk penetapan jumlah subyek penelitian, menurut Lexy J. Moeleong (2005: 225) adalah :

Pada sampel bertujuan seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperlukan. Jika maksudnya memperluas informasi, jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel pun sudah dapat di akhiri.Jadi, kuncinya di sini adalah jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah harus dihentikan.

Jadi penetapan jumlah sampel, dilaksanakan pada tingkat kejenuhan informasi yang masuk, dalam arti jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka penambahan jumlah informan dihentikan.


(54)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama pada penelitian ini adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai alat yang adaptabel.Peneliti berusaha selalu bersikap wajar dalam mencari data-data di lokasi penelitian. Oleh karena itu peneliti harus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah di lokasi penelitian dan juga harus mampu berinteraksi dengan subyek penelitian.

Untuk memperoleh data pada penelitian ini digunakan alat pengumpul data. Alat pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut : 1. Lembar panduan wawancara

Lembar panduan wawancara ini digunakan sebagai pedoman utama dalam pengumpulan informasi yang akan digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini. Lembar tersebut berisi daftar pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh peneliti berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

2. Lembar panduan observasi

Lembar panduan observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas, peristiwa dan sesuatu yang dianggap bermakna dan bermanfaat dalam penelitian. Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah catatan harian dan lembar kemungkinan yang digunakan untuk mencatat informasi yang didapatkan setiap saat di lapangan. Alat lain yang diperlukan adalah lembar ceklist yang digunakan untuk mengevaluasi


(55)

informasi yang telah terkumpul sudah sesuai dengan tujuan penelitian apa belum.

3. Lembar panduan dokumentasi

Lembar pedoman dokumentasi ini digunakan untuk menggali informasi atau data yang tercatat sebelumnya, yang bisa diperoleh dari catatan tertulis, foto kegiatan dan peristiwa-peristiwa tertentu yang berkaitan dengan penelitian.

Table 2 panduan dokumentasi

NO Aspek Sumber Data Teknik

1 Bagaimana pelaksanaan program pelatihan Desain Grafis di Madrasah Muallimin?

a. Apakah terdapat jadwal dan daftar hadir program pelatihan?

b. Apa saja materi yang di pelajari dan apakurikulum yang dipergunakan dalam program pelatihan desain grafis?

c. Bagaimana model kegitan belajar mengajar yang dilakukan?

d. Apa saja metode pembelajaran dalam pelatihan tersebut? e. Bagaimana evaluasi

dilakukan dalam pelaksanaan program tersebut? Pengelola,Tutor/ pelatih, peserta didik Wawancara, dokumentasi


(56)

2 Bagaimana dampak program pelatihan Desain Grafis di Madarasah Muallimin? a. Bagaiman dampak

keberhasilan program desain grafsi di madrasah muallimin?

b. Bagaimana dampak dari indikator sosial, budaya dan pendidikan?

Pengelola,Tutor/ pelatih, peserta didik

Wawancara, dokumentasi

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Observasi.

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 2004: 151).

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi fisik daerah penelitian.Untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap, lebih mendalam, dan terperinci, maka dalam melakukan pengamatan dilaksanakan melalui partisipasi aktif terutama pada saat berlangsungnya kegiatan di pondok pesantren. Dalam hal ini kehadiran peneliti tidak mengubah situasi dan kondisi kegiatan tersebut. Data-data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan ini selanjutnya dituangkan dalam suatu tulisan.


(57)

2. Wawancara.

Wawancara terdiri dari dua, yaitu wawancara berencana (standardized interview) dan wawancara tak berencana (unstandardized interview). Wawancara berencanan ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya berkaitan dengan data yang akan dicari. Sedangkan wawancara tak berencana ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak mempunyai struktur tertentu, tetapi selalu berpusat kepada suatu pokok tertentu (Koentjoroningrat, 1986: 139).

Maksud digunakan metode ini adalah untuk memberi kesempatan kepada informan agar selalu leluasa mengemukakan pendapatnya atau menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti. Meskipun telah disebutkan bahwa dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang terencana tetapi dalam pelaksanaannya tetap fleksibel, terbuka, rileks dan penuh kekeluargaan. Hal ini dimaksudkan agar informan benar-benar dapat mengemukakan hal-hal yang diketahui dan dialami tanpa ada rasa paksaan dari peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan melihat dan mencatat dokumen yang ada kaitannya dengan penelitian.Menurut Lexy J. Moeleong (2005: 216-218), dokumen terdiri dari dua macam, yakni dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi ialah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan,


(58)

pengalaman dan kepercayaannya, yang dimanfaatkan untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subyek penelitian. Sedangkan dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri.

Termasuk di dalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya. Dokumen demikian dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan kepada media massa, yang dapat dimanfaatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan dan lain-lain.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, artinya data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dilaporkan apa adanya kemudian diinterpretasikan secara kualitatif untuk mengambil kesimpulan.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah terkumpul dari pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dari berbagai sumber, dari wawancara dengan responden,


(59)

dokumentasi, observasi yang kemudian dideskripsikan dan interpretasikan dari jawaban yang diperoleh. Adapun tahap-tahap teknik analisis data yang digunakan meliputi:

1. Display data

Data yang diperoleh di lapangan berupa uraian deskriptif yang panjang dan sukar dipahami disajikan secara sederhana, lengkap, jelas, dan singkat tapi kebutuhannya terjamin untuk memudahkan peneliti dalam memahami gambaran dan hubungannya terhadap aspek-aspek yang diteliti.

2. Reduksi data

Data yang diperoleh di lapangan disajikan dalam laporan secara sistematik yang mudah dibaca atau dipahami baik sebagai keseluruhan maupun bagian-bagiannya dalam konteks sebagai satu kesatuan yang pokok sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas. Laporan tersebut dirangkum, dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting untuk dicari polanya.

3. Penarikan kesimpulan

Tahapan dimana peneliti harus memaknai data yang terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang diteliti. Data tersebut dibandingkan dan dihubungkan dengan yang lainnya, sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang ada.


(60)

H. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, keabsahan data yang telah terkumpul dapat diuji dengan menggunakan teknik trianggulasi data.Triangulasi adalah upaya untuk mengecek kebenaran data tertentu dengan data yang diperoleh dari sumber lain (Nasution, 1992:5). Sedangkan menurut Lexy J. Moeleong (2005: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi tersebut dapat dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakannya pada orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah dan sebagainya.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.


(61)

Keuntungan menggunakan triangulasi adalah dapat mempertinggi validitas, memberi kedalaman hasil penelitian, sebagai pelengkap apabila data dari sumber pertama masih ada kekurangan (Nasution, 1992: 116). Dengan demikian tujuan akhir dari triangulasi adalah dapat membandingkan informasi tentang hal yang sama, yang diperoleh dari beberapa pihak agar ada jaminan kepercayaan data dan menghindari subjektivitas dari peneliti, serta mengcroscek data diluar subjek.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Lembaga a. Sejarah berdirinya

Madarasah Muallimin Muhammdiayah Yogyakarta didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1918 dengan nama “Qiamul Arqa” yang kemudian diubah menjadi Pondok Muhammadiyah (tahun 1920) lalu menjadi “Kweekschool Muhammadiyah” 1924. Baru pada Kongres Muhammadiyah tahun 1930 di Yogyakarta berubah menjadi “Madrasah Muallimin Muallimat Muhammadiyah” Setahun kemudian Madrasah ini dipisah, Madrasah Muallimin Muhammadiyah (khusus putra) berlokasi di Ketanggungan Yogyakarta dan Madrasah muallimat Muahammadiyah (khusus putri) berlokasi di Notoprajan Yogyakarta.

Pada kongres Muhammadiyah ke-23 tahun 1934 di Yogyakarta, ditegaskan bahwa Madrasah Muallimin-muallimat Muhammadiyah Yogyakarta merupakan Sekolah kader persyarikatan Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Pada Kongres Muhammdiyah di Medan 1938 dua Madrasah ini mempoeroleh pengukuhan secara formal. Pada saat itu, Kongres mengamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai pengelola dan penanggung jawab keberadaan dua Madrasah ini di Yogyakarta. Pada tahun 1994, dua Madrasaha ini kembali


(63)

memperoleh penegasan ulang melallui surat keputusan PP muhammadiyah No. 63/SK-PP/VI-C/4a/1994 tentang Qaidah Madrasah MUallimin-muallimat Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam proses perkembangannya, Muallimin senantiasa melakukan penyesuaian program pendidikannya dengan perkembangan zaman. Pada tahun 1980, dilalakukan perubahan system Pendidikan Muallimin yang sangat mendasar. Jikalau pada masa sebelumnya Maskan/Asrama belum menjadi satu kesatuan system dengan Madrasah, maka sejaka tahun 1980, Muallimin mulai menganut system “long life education”. System ini, menegaskan bahwa Madarasah/Sekolah dan Maskan/Asrama adalah satu kesatuan yang tidak terpisahklan dalam proses pelaksanaan program pendidikan. Sistem ini pula yang menjadikan Muallimin mendapat pengakuan sebagai Pondok Pesantren dari Departemn Agama RI pada tahun 1984.

Selanjutnya dengan adanya UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 maka Muallimin menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pelaksanaan pendidikannya dan diperkaya dengan Permenag No. 2 Tahun 2008 tentang standar kopetensi lulusan dan standar isi pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, sehingga menjadi begitu banyak jumlah muatan yang harus dipelajari siswa Muallimin terlebih dengan materi sekolah kader persyarikatan, maka tahun 2012/2013 muallimin membuat terobosan untuk


(64)

memadukan kurikulum formal dan informal dengan materi dalam kesatuan managemen. Hal ini dimaksudkan untuk efektifitas dan efisiensi. Pada sisi lalin agar tujuan masing-masing pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintah (Kemendikbud dan Kemenag) dan pesyarikatan bisa tercapai sehingga dengan “long life education” siswa belajar secara formal dan informal dalam satu pengawasan. b. Letak Georafis Madrasah Muallimin Muhammadiyah

Yogyakarta

Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta berada kawasan padat penduduk, di daerah 40-an. Yang notabenenya masih dalam kawasan kodya Yogyakarta dan saling berdekatan dengan SMA Muhammadiyah 3, SMA Muhammadiyah 7 dan SMA 1 Yogyakarta. Muallimin sendiri beralamatkan jalan Letjend. S. Parman nomer 68 di Desa Ketanggungan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta.

2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Muallimin Muahammadiyah Yogyakarta

a. Visi Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta

Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai institusi pendidikan Muhammadiyah tingkat menengah yang unggul dan mampun menghasilkan kader ulama, pemimpin, dan pendidik sebagai pembawa misi gerakan muhammadiyah.


(65)

b. Misi Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta

 Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan Islam guna membangun kopetensi dan keunggulan siswa di bidang ilmu-ilmu dasar keislaman, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.

 Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan bahasa Arab dan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi untuk mendalami agama dan ilmu pengetahuan.

 Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan kepemimpinan gunan membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang akhlaq dan kepribadian.

 Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan keguruan guna membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang kependidikan.

 Menyelanggarakan dan mengembangkan pendidikan ketrampilan guna membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang wirausaha.

 Menyelanggarakan dan mengembangkan pendidikan karakter Muhammadiyah guna membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang organisasi dan penjuangan Muhammadiyah. 3. Tujuan Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta


(66)

pencapaian tujuan Muhammadiyah, yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnnya.

4. Struktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta

Gambar 2 Struktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta sesuai profil Madrasah Muallimin Yogyakarta

Gambar 3 struktur pelaksanaan program disain grafis

DIREKTUR MADRSAH MUALLIMIN WADIR 1 BIDANG

KURIKULUM

WADIR II BIDANG ADMINISTRASI DAN KEUANGANG

KEPALA URUSAN PENGAJARAN

KEPALA URUSAN LABORATURIUM & MEDIA

PEMBELAJARAN KEPALA URUSAN SARANA PRASARANA KEPALA LABORATORIUM IPA- FISIKA KEPALA LABORATORIUM IPA- KIMIA KEPALA LABORATORIUM IPA- BIOLOGI KEPALA LABORATORIUM IPS/ AGAMA KEPALA LABORATORIUM BAHASA KEPALA LABORATORIUM KOMPUTER DIREKTUR MADRASAH MUALLIMIN INSTRUKTUR / PELAKSANA KEPALA LABORATORIUM KOMPUTER


(67)

Keterangan :

Direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah: sebagai Pembina dalam suatu struktural pelatihan disian gafis agar tujuan diadakan pelatihan disain grafis sesuai target yang diharapkan.

Kepala laboratorium: sebagai penanggung jawab atas pelaksanaannya pelatihan disain grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Instruktur : mempunyai tugas sebagai koodinasi pelaksana kegiatan program pelatihan di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Sarana dan Prasarana

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikannya, hingga sat ini Madrasah Muallimin melingkapi fasilitas pendidikannya dengan beberapa hal diantarannya :

Tabel 3 sarana prasarana

No Jenis fasilitas Jumlah Unit

1 Maskan/ Asrama 10

2 Ruang Lokal Kelas 35


(68)

4 Puskom IT 1

5 Perpustakaan 1

6 Laboratorium Mafik 1B/ TIK 2

7 Laboratorium Bahasa 1

8 Laboratorium Agama 1

9 Laboratorium IPS 1

10 Ruang Multimedia 1

11 Ruang Direktur dan Guru 1

12 Ruang Tata Usaha 1

13 Ruang BK / Konseling 2

14 Ruang / Aula Pertemuan 2

15 Ruang Kegiatan santri 4

16 Ruang Rapat 1

17 Dapur 1

18 Ruang makan 1


(69)

20 Poskestren 1

21 Lapangan Olahraga 3

22 Musik Nasyid Studio 1

23 Ruang Tamu 1

24 Rumah Dinas 11

(sumber : profil Madrasaah Muallimin Yogyakarta) Dan adapun fasilitas yang berada di dalam laboratorium multimedia atau computer sebagai berikut:

Table 4 fasilitas laboratorium komputer

No Nama Barang Jumlah Keterangan

1 UPS 25 Baik

2 CPU 2 Baik

3 Monitor 25 Baik

4 Mouse 25 Baik

5 Keyboard 25 Baik

6 Meja Siswa 29 Baik


(70)

8 Meja Guru 1 Baik

9 Kursi Guru 1 Baik

10 Kursi Beroda 25 Baik

11 Kursi Biasa 18 Baik

12 AC 4 Baik

13 LCD 1 Baik

14 Papan Tulis 1 Baik

(sumber : profil Madrasaah Muallimin Yogyakarta) 6. Kegiatan yang dilaksanakan

Pelatihan disain grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta memiliki dua waktu untuk membagi Tsanawiyah / Smp dan Aliyah / Sma. Semulanya antara Tsanawiyah dan Aliyah digabung, karena dalam pelaksanaannya dan minat peserta didik yang melebihi kapasitas yang telah disediakan akhirnya pihak Madrasah merespon dengan dibagilah waktu untuk Tsanawiyah pada setiap hari rabu jam 16.00 – 17.30 dan Aliyah hari rabu jam 14.00 -15.30. Hingga sampai saat ini jumlah peserta didik yang mengikuti pelatihan disain grafis dari tsanawiyah dan aliyah bejumlah 68 siswa. Seperti yang diungkapkan FM:


(71)

“Pembagian waktu pelatihan disain grafis ini mula nya emang di satukan antara tsawaniwah dan aliyah, dikarena minat awal pelatihan disain grafis ini tidak terlalu banyak peminatnya, tetapi selang beberapa minggu bertambahlah dan sampai banyak yang kecewa tidak bisa mengikuti pelatihan disain grafis ini, maka dari itu saya mengkoordinasikan dengan bagian kepala laboratorium agar mendapatkan jam tambahan, agar semua siswa yang ingin mengikuti pelatihan disain grafis bisa terfasilitasi dengan baik nyaman dan kondusif”.

Kegiatan pelatihan Disain Grafis ini agar siswa lebih bisa mengekspresikan minat dan bakat di bidang disain yang mempunyai nilai jual di bidang kewirausahan untuk modal di era globalisasi seperti sekarang. Madrasah juga berharap dengan adanya pelatihan disain grafis para santri atau peserta didik yang mengikuti lebih peka, kreatif dan berfikir kritis menghadapi keadaan social di lingkungannya.

B. Hasil penelitian dan pembahasan

1. Pelaksanaan Program Pelatihan Disain Grafis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta

Keberadaan kegiatan pelatihan desain grafis di madrasah muallimin sangatlah diperlukan bagi santri-santri atau peserta didik, karena Muallimin sendiri dinilai telah memberikan kontribusi terhadap kemandirian setiap santri dengan upaya-upaya pengadaan pelatihan keterampilan yang dapat meningkatkan keterampilan santri sehingga lebih memudahkan untuk bekal di era globalisasi. Madrasah Muallimin dapat menjadi tempat bagi santri bukan saja menimba ilmu keislaman saja akan tetapi tempat untuk belajar, meningkaatkan


(72)

pengetahuan, ketrampilan, tukar menukar informasi, berbagai pengalaman sehingga terbina suasana/kondisi saling membelajarkan, memotifasi dan meningkatkan kepercaan diri. Sementara di muallimin sendiri terdapat beberapa fasilitas pendukung kegiatan pelatihan desain grafis mulai dari komputer, printer dan alat-alat lainnya. Akan tetapi alat-alat tersebut kurang di manfaatkan oleh pihak madrasah dan hanya berfungsi pada mata pelajaran komputer saja. Akibatnya kurang dimaksimalkan alat-alat atau fasilitas yang ada di madrasah muallimin. Sehingga penulis mengharapkan keseriusan madrasah muallimin mengelola fasilitas yang ada dapat dimaksimalkan.

a. Perencanaan Awal Dalam Menjalankan Program Disain Grafis di Madrasah Muallimin

Menurut Erly Suandy (2001:2) perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi dan kemudian menyajikan dengan jelas strategi-strategi, taktik-taktik dan operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Perencanaan dalam kaitannya dengan Disain Grafis merupakan tahap awal yang dilakukan dalam menentukan target sasaran, menganalisis potensi dan kebutuhan peserta didik serta menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pelaksana sebelum program dijalankan di lapangan.

Pelaksanaan program disain grafis memiliki potensi besar dalam merangsang dan menumbuhkan minat peserta didik untuk mengasah diri dalam kemampuan dalam dunia kreatif melalui disain grafis.


(73)

Banyak manfaat yang bisa didapat dari pelatihan disain grafis yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan dari para peserta didik yang memanfaatkaannya. Lebih tepat disebut sebagai pendidikan berkesinambungan ataupun pendidikan seumur hidup.

Potensi dari pemanfaatan pelatihan disain grafis dapat menjadi lebih efektif jika pelaksanaan dan pengelola mengetahui betul tentang karakteristik dari peserta didik yang mereka hadapi. Karakteristik peserta didik yang beragam akan menumbuhkan manfaat yang beragam pula. Hal ini seperti disampaikan oleh FM selaku pelaksana yang tahu betul tentang karakteristik peserta didik yang ia kunjungi :

“Karakteristik peserta didik atas pelatihan disain grafis sendiri itu bervariatif dari latar belakang yang berbeda dan asal peserta didik yang bervariatif. Mulai dari asal dan suku yang berbeda. Yang datang kebanyakan adalah pelajar kelas 7 hingga kelas 12. Dikarenakan peserta didik merasa membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang perlu diasah dengan fasilitas di madrasah sediakan. Untuk sekedar pengetahuan atas globalisasi yang meroket ke atas dengan daya saing yang tinggi pula. Dan setiap peserta didik mempunyai kapasitas pengetahuan disain grafis yang berbeda-beda.” (Catatan Wawancara 4, tanggal 21 September lampiran halaman 89)

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik peserta didik yang datang bervariatif mulai dari peserta didik yang baru mengenal istilah disain grafis hingga yang telah mengetahui dan ingin mengasah lebih baik lagi dalam mendisain suatu tema atau konsep. Karena pelatihan disain grafis sendiri dikategorikan sebagai sarana rekreasi edukatif yang dapat digunakan oleh semua


(1)

115 pelatihan disain grafis?

Indikator sosial, budaya dan pendidikan.

Bagaimana dampak program pelatihan disain grafis?

Indikator sosial, budaya dan pendidikan

Kepala laboratorium komputer:

siswa atau peserta didik pelatihan program mengalami peningkatan nilai belajar, dilihat dari raport belajar selama ini, dari nilai ujian harian lebih baik dan hanya sebagian yang mengalami penurunan.

Instruktur:

keberhasilannya terlihat kepercayaan dirinya yang tinggi terhadap apa yang mereka disain atau apa yang mereka temukan dalam pelatihan disain grafis

berdampak baik untuk lingkunganny a, secara sosial, budaya dan pendidikanny a. siswa atau peserta didik pelatihan program mengalami peningkatan nilai belajar, dilihat dari raport belajar selama ini, dari nilai ujian harian lebih baik dan hanya

sebagian yang mengalami


(2)

116 tersebut.

peserta didik lebih peka terhadap lingkungan sekitar. budaya dalam belajar dan menganalisis suatu masalah agar menjadi sebuah ide kreatif yang akan di tuangkan dalam bentuk disain grafis.

mereka sangat menikmati atas pelatihan disain grafis ini, mereka antusias

terhadap apa saja yang saya ajarankan, terlebih ketika praktek, mungkin yang mempunyai minat dan hobby dalam dunia disain grafis sangat bermanfaat dan menambah motifasi dalam belajar setelah pelatihan disain grafis ini.

penurunan. keberhasilann ya terlihat kepercayaan dirinya yang tinggi terhadap apa yang mereka disain atau apa yang mereka temukan dalam pelatihan disain grafis tersebut. peserta didik lebih peka terhadap lingkungan sekitar. budaya dalam


(3)

117

Peserta didik:

setelah saya mengikuti pelatihan disain grafis, mungkin secara sosialnya tidak telalu terasa, tetapi membuat saya lebih peka dan percaya diri untuk menangkap ide-ide dari luar.

dilingkungan saya, untuk medapatkan ide yang kekinian, kreatif dan inovatif.

belajar dan menganalisis suatu masalah agar menjadi sebuah ide kreatif yang akan di tuangkan dalam bentuk disain grafis.

mereka sangat menikmati atas pelatihan disain grafis ini, mereka antusias terhadap apa saja yang saya ajarankan, terlebih ketika praktek,


(4)

118

mungkin yang mempunyai minat dan hobby dalam dunia disain grafis sangat bermanfaat dan

menambah motifasi dalam belajar setelah pelatihan disain grafis ini.


(5)

119 Lampiran 9. Surat izin penelitian


(6)

120 Lampiran 10. Surat ijin penelitian dari BAPEDA