Evaluasi hasil program bimbingan keterampilan pada korban trafficking di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Usniawati

NIM: 107054002463

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTASILMUDAKWAHDANILMUKOMUNIKASI

UNIVERSITASISLAMNEGERISYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Evaluasi Hasil Program Bimbingan Keterampilan Pada Korban Trafficking Di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur

Kejahatan trafficking saat ini merupakan kejahatan yang sedang marak terjadi, trafficking sendiri merupakan salah satu pelanggaran terhadap pelaksanaan hak asasi manusia yang harus dicegah dan diberantas keberadaannya dikarenakan praktek

trafficking yang semakin merajalela, trafficking sendiri memiliki banyak definisi, ada beberapa definisi mengenai trafficking, namun banyak orang yang memahami definisi

trafficking sesuai dengan definisi yang dideklarasikan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dimana trafficking merupakan sebuah proses perekrutan, pengangkutan, pengiriman, penampungan atau penerimaan orang, dengan cara ancaman atau penggunaan kekerasan atau jenis paksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, atau penyalahgunaan kekuasaan yang rentan atau pemberian penerimaan pembayaran untuk mencapai kesepakatan seseorang memiliki kendali atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Perempuan dan anak merupakan makhluk yang paling rentan terhadap tindak kejahatankarena perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah.

Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” merupakan lembaga sosial yang berada dibawah naungan Kementerian Sosial, yang memiliki salah satu multi layanan sebagai tempat rehabilitasi para korban trafficking, Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) yang berdiri sejak tahun 2007 ini merupakan sarana yang dibangun guna dijadikan sebagai tempat rehabilitasi para korban tindak kekerasan

trafficking. Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) melindungi wanita dari berbagai bentuk eksploitasi dan deskriminasi serta secara khusus memberikan layanan untuk wanita yang membutuhkan perlindungan (protection), pemulihan dan perbaikan (recovery) terhadap kondisi trauma dan stress yang dialaminya, menjaga kerahasiaan, melakukan bimbingan mental, sosial, dan pelatihan keterampilan.

Salah satu usaha rehabilitasi yang dilakukan oleh Panti Sosial Karya Wanita adalah memberikan program bimbingan keterampilan untuk kelayan korban

trafficking dengan tujuan utama memberikan bekal ilmu kepada mereka sehingga setelah keluar dari panti mereka mampu menjadi manusia yang mandiri dan dapat berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Atas dasar pemaparan diatas peneliti bermaksud meneliti dan melakukan evaluasi terhadap program bimbingan keterampilan. Adapun metodologi yang digunakan adalah wawancara dan observasi dengan subyek yang telah ditentukan.

Hasil penelitianya dapat diketahui bahwa Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya telah mencapai tujuannya dalam program bimbingan keterampilan yang dilakukan pada korban trafficking, hal ini terlihat dari kemampuan dan perubahan yang signifikan dalam diri siswa, dan diperkuat dengan pernyataan para staf yang bersangkutan, dimana mereka mengatakan bahwa banyak dari siswa yang telah lulus dari panti saat ini telah bekerja dan membuka usaha sesuai dengan keterampilan yang dimiliki.


(6)

ii

Bismillahirohmannirohim alhamdulillahirobbil ‘alamin. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan senantiasa kehadirat Allah SWT pemilik segala daya dan upaya, kekuasaannya serta yang telah juga memberikan rahmat hidayahnya kepada hambanya. Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurah limpahkan kepada junjungan dan panutan umat manusia Baginda Rasulallah Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Penyertaan sholawat diharapkan semoga dapat memberikan safa’at di kemudian hari. Karena tidak terlepas dari kuasanya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Evaluasi Hasil Bimbingan Keterampilan Pada Korban Trafficking Di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur” ini disusun guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam, pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini tidaklah luput dari sumbangsih berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, MA, Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA. Pembantu Dekan II Drs. H. Mahmud Jalal, MA, Pembantu Dekan III Drs. Study Rizal LK, MA;

2. Ibu Wati Nilamsari Msi. Selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang telah memberikan warna-warni ilmu pengetahuan, menemani serta mendampingi penulis selama berada di bangku kuliah;


(7)

iii

4. Ibu Nurul Hidayati M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu, meluangkan waktu kepada penulis selama proses penyusunan skripsi;

5. Ibu Rini Laili Prihatini, selaku dosen yang tidak pernah lelah dan selalu memberikan semangat serta motivasi kepada penulis, serta seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membeikan ilmunya kepada penulis;

6. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Perpustakaan Utama beserta staf nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam mencari data-data yang diperlukan; 7. Kedua orangtua, mama dan bapak yang telah mencurahkan rasa kasih sayangnya tiada

henti kepada penulis, karena berkat kegigihan dan kesabaran serta doanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan kemudahan. Terutama untuk bapak ku tercinta yang selalu sabar dan senantiasa tiada henti memberikan dukungan dan doanya kepada penulis; 8. Kedua kakakku, Anguunk dan Angiti yang selalu jadi tempat untuk bertanya ketika penulis mendapatkan masalah dalam penyusunan skripsi ini, serta kakak iparku Ka Iyus, Mbak lulu yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan bertukar pikiran dan memberikan banyak motivasi bagi penulis, serta tidak lupa ucapan teruntuk Adikku tercinta Uni Sutiah yang senantiasa selalu membantu dan mengibur penulis;

9. Sahabatku sejak SMP, Dinar Lestari yang selalu memberikan dukungan dari jarak jauh kepada penulis untuk tetap semangat dan maju selama penyusunan skripsi ini;

10.Teman-temanku seangkatan terutama De Pita yang sangat dengan sabar menemani penulis dalam penelitiannya, Azhar, Rijal, Ega, Tika, Bayu, Tata, Yovi, Anton, Nawi, Deden, Imron, yang telah berjuang bersama selama kurang lebih empat tahun;


(8)

iv

12.Bapak. Waskito Budi Kusumo, M.Si. Selaku ketua Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

13.Bapak Abdulrahman S.Sos.I Selaku pembimbing penulis dalam melakukan penelitian di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta yang telah berkenan memberikan masukannya dalam penyelesaian skripsi ini;

14.Bpk. Ali Samantha selaku Kasubag Tata Usaha, Kasie Rehabilitasi Sosial, Ibu Sri Gantini M. Si. Dan Staf Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta antara lain Bpk. Hasan, Bpk. Bambang Suwidyo, Bpk. Subianto, Ibu Sinta, dan Ibu Yani Handayani selaku pengasuh asrama Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) dll dan Ibu Eni, yang telah bersedia memberikan banyak sumber data dan informasi kepada penulis;

15.Seluruh Warga Binaan Sosial (WBS), yang juga telah berkenan memberikan banyak informasi;

Demikian sebagai pengantar dalam penelitian ini, dengan penuh harapan dapat bermanfaat bagi almamater dan masyarakat. Akhirnya sebagai penutup pengantar ini, penulis haturkan banyak rasaterimakasih kepada para pihak yang terkait dalam membantu penyusunan skripsi ini.

Jakarta, 27 Juli 2011


(9)

v

Hal

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 11

C. Perumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Metodologi Penelitian ... 14

G. Tinjauan Pustaka ... 20

H. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Evaluasi ... 25

1. Definisi Evaluasi ... 25

2. Model Evaluasi ... 28

3. Pendekatan Dalam Evaluasi ... 32

4. Tujuan Dan Manfaat Evaluasi ... 34

B. Bimbingan Keterampilan ... 36

1. Definisi Bimbingan Keterampilan ... 36


(10)

vi

1. Definisi Trafficking ... 40

2. Korban Trafficking ... 42

3. Pola Penanganan Korban Trafficking ... 44

BAB III GAMBARAN UMUM PSKW MULYA JAYA A. Sejarah Berdirinya PSKW Mulya Jaya ... 48

B. Visi dan Misi PSKW Mulya Jaya ... 51

C. Struktur Organisasi PSKW Mulya Jaya ... 52

D. Dasar Hukum ... 53

E. Proses Pelayanan dan Rehabilitasi ... 54

F. Program Keterampilan PSKW Mulya Jaya... 60

G. Kerjasama PSKW Mulya Jaya ... 61

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISA PROGRAM BIMBINGAN KETERAMPILAN TERHADAP KORBAN TRAFFICKING DI PSKW MULYA JAYA A. Analisa Pencapaian Tujuan Dalam Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Korban Trafficking ... 63

B. Analisa Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Perubahan Yang Terjadi Dalam Diri Korban Trafficking Akibat Dari Program Bimbingan Keterampilan ... 70

C. Analisa Kriteria Keberhasilan Dari Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Korban Trafficking Di PSKW Mulya Jaya ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77


(11)

(12)

1

A.Latar Belakang Masalah

Masalah sosial merupakan segala permasalahan yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, masalah sosial juga merupakan suatu fenomena yang memiliki berbagai dimensi, oleh karena itu begitu banyaknya dimensi yang terkandung di dalamnya, mengakibatkan hal ini menjadi objek kajian, ini merupakan problematika yang telah lama terjadi tetapi sampai saat ini belum diperoleh rumusan mengenai pengertian dari masalah sosial yang disepakati berbagai pihak. Namun pada umumnya masalah sosial ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar warga masyarakat.1

Saat ini masalah sosial sudah menjadi wacana yang tidak asing lagi kita dengar, masalah sosial ini dapat terjadi apabila suatu individu atau institusi sosial tidak berhasil mengatur dan menyesuaikan dengan kecepatan perubahan yang terjadi, dan oleh karena itu hal tersebut akan mengganggu atau menghancurkan bekerjanya organisme sosial. Maka dalam hal ini individu atau institusi sosial itu dapat dikatakan dalam keadaan sakit.2

Pengertian suatu individu dikatakan dalam keadaan sakit adalah ketika suatu individu tersebut tidak dapat mentaati atau melaksanakan peraturan dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakatnya dan selalu melakukan

1

Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya PT:Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2008. h.1

2


(13)

penyimpangan-penyimpangan sosial, sedangkan suatu institusi dikatakan sakit ialah apabila institusi tersebut tidak dapat atau tidak berhasil mengatur dan menyesuaikan dengan kecepatan perubahan yang terjadi, artinya terdapat kesalahan sistem di dalam institusi tersebut, misalnya dalam suatu masyarakat di lingkungan Rukun Tetangga (RT) banyak peraturan atau norma yang tidak berlaku, hal tersebut dapat membuktikan bahwa di dalam lingkungan tersebut terjadi kesalahan dalam sistem atau mungkin dari masyarakatnya.

Salah satu dari banyaknya masalah sosial yang banyak terjadi dan sedang marak menjadi persoalan pada saat ini adalah kasus Trafficking, dimana

Trafficking sendiri merupakan salah satu pelanggaran terhadap pelaksanaan hak asasi manusia yang harus dicegah dan diberantas keberadaannya dikarenakan praktek trafficking yang semakin menjalar dan merajalela, Human Trafficking sendiri memiliki makna secara umum Perdagangan Manusia, yang sebenarnya trafficking sendiri memiliki banyak definisi, ada beberapa definisi mengenai trafficking, namun banyak orang yang memahami definisi trafficking

sesuai dengan definisi yang dideklarasikan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) .

Adapun definisi trafficking menurut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah sebagai berikut: trafficking adalah: "sebuah proses perekrutan, pengangkutan, pengiriman, penampungan atau penerimaan orang, dengan cara ancaman atau penggunaan kekerasan atau jenis paksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi yang rentan atau pemberian atau penerimaan pembayaran atau tunjangan untuk mencapai


(14)

kesepakatan seseorang memiliki kendali atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi."3

Makna dari eksploitasi sendiri adalah tindakan memanfaatkan orang, baik dengan atau tanpa persetujuan orang tersebut untuk tujuan eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, sebuah praktek perbudakan, transplantasi organ atau jaringan tubuh, atau segala tindakan yang berupa penindasan, pemerasan, pemanfaat tenaga atau kemampuan seseorang secara sewenang-wenang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan baik berupa keuntungan materil maupun imateril.4

Berangkat dari permasalahan Trafficking, sudah tentu ada sasaran yang kemudian menjadi obyek atau korban kekerasan dari proses trafficking, perempuan saat ini dianggap sebagai makhluk yang sangat rentan terhadap kekerasan, dimana kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang.5

Menurut Coomaraswamy, perempuan dianggap sebagai kelompok yang rentan terhadap kekerasan karena disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

a. Objektifikasi dan subordinasi seksualitas perempuan, sehingga menjadi sasaran perkosaan, direndahkan, dan bentuk kekerasan seksual lainnya.

3

KOMNAS Perempuan, Buruh Migran Pekerja Rumah Tangga Indonesia (TKW-PRT);Kerentanan dan Inisiatif-inisiatif Baru untuk Perlindungan Hak Asasi TKW-PRT, Jakarta: 2003. h.27.

4

R. Valentina Sagala, Jurnal Perempuan 49 Untuk Pencerah Dan Kesetaraan, Hukum Kita Sudahkah Melindungi?. Jakarta:2006. h. 33

5

Ema Marzu HIZ, S.Th.i, Ayat-ayat Feminis (Equilibrium Gender) Sebuah Manifest Islam Rahmatan Lil Alamin, PT: Multazam Mitra Prima, Jakarta: 2008. hal. 27


(15)

b. Konsep sosial bahwa perempuan adalah milik dan tergantung pada perlindungannya yang laki-laki, seperti ayah, suami, anak lelaki, dll. Atas dasar itu perempuan perempuan menjadi sangat rentan terhadap kekerasan domestik.

c. Dalam situasi yang penuh dengan kekerasan seperti konflik, kerusuhan dan perang, perempuan menjadi sasaran kekerasan yang lebih ganas sehubungan dengan objektifitas dan subordinasi seksualitas perempuan serta konsep pemilikan perempuan oleh laki-laki.6

Biasanya kekerasan terhadap perempuan dapat berbentuk pemerkosaan, pemukulan atau serangan fisik dalam rumah tangga, penyiksaan organ alat kelamin, prostitusi, pornografi, kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam Keluarga Berencana (KB), serta anggapan bahwa perempuan memiliki beban kerja ganda dalam keluarga.7

Kenyataan yang terjadi saat ini kaum laki-laki menganggap perempuan itu sebagai makhluk yang lemah dan tidak memiliki hak lebih dari mereka. Padahal di dalam islam tindak kekerasan itu sangat dilarang dan diharamkan, apalagi kekerasan yang banyak dilakukan terhadap perempuan dan anak. Karena sesungguhnya perempuan itu memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki di mata Allah, seperti halnya penjelasan yang terdapat dalam surat at-Tahrim ayat 11 yang berbunyi:

َﻠﱢﻟ ًﻼَﺜ َ ﻣ ُﷲا َ ب َ ﺮَﺿَ و

ْﺖَﻟﺎَﻗ ْذِا َن ْ ﻮَﻋ ْ ﺮِﻓ َتا َ ﺮ َ ﻣا ْ ﻮُـﻨ َ ﻣَا َ ﻦْﻳ ِﺬ

َﺘ ْﻴ َ ـﺑ َك َﺪْﻨ ِﻋ ِﱄ ِﻦْﺑا ﱢبَ ر

ِﺔﱠﻨ َْﳉا ِﰱ ﺎ

َْ ﲔِﻤِﻠَﻈﻟا ِم ْ ﻮَﻘْﻟا ﻦِﻣ ْ ِﲏﱢَﳒَ و ِﻪِﻠ َ ﻤَﻋ َ و َن ْ ﻮَﻋ ْ ﺮِﻓ ْ ﻦِﻣ ْ ِﲏﱢَﳒ َ و

6

Taty, Krisnawati Negara dan Kekerasan Terhadap Perempuan: Kekerasan di Sekitar Buruh Migran Perempuan (TKW), Jakarta, 2000, h.220-221.

7


(16)

Artinya: “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”8.

Ayat tersebut telah menjelaskan bahwa perbuatan zalim atau tindakan kekerasan terhadap kaum perempuan sangatlah diharamkan, telah dicontohkan dari perbuatan zalim yang dilakukan Fir’aun terhadap istrinya, karena sesungguhnya Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat zalim.

Dari beberapa kasus yang terjadi, biasanya para korban trafficking

dalam industri seks juga mengalami berbagai bentuk pengucilan, dan diskriminasi oleh keluarga atau masyarakat karena mereka dianggap sebagai perempuan “kotor”. Sehingga mereka harus dipindahkan ketempat lain untuk memulai hidup baru dimana tetangganya tidak akan mengetahui bahwa ia pernah menjadi korban trafficking dalam industri seks, selain cara tersebut, korban trafficking biasanya dilarikan ke panti sosial untuk menjalankan proses rehabilitasi.9

Praktek trafficking di Indonesia ini memang cenderung meningkat dengan jumlah diperkirakan antara 74.616 hingga 1 juta orang per tahunnya. Angka 74 ribu lebih itu bagian dari kasus penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri yang dicatat konsorsium Pembela Buruh Migran Indonesia pada 2001. Sementara sesuai data International Organization for Migration

(IOM) mencatat selama 2004-2005 mencapai 54.162 korban perdagangan

8

Departemen Agama RI, Al-Qur,an dan Terjemahya. SYGMA, Jakarta 2007. h. 561. 9


(17)

orang dari 216 kasus yang ditangani IOM, 79 persen adalah perempuan dan 21 persen anak. Sedangkan data Bareskrim Mabes Polri pada 2004 mencatat dari sekitar 1,5 juta Tenaga Kerja Wanita (TKW), sekitar 20 persen diantaranya adalah korban perdagangan orang (trafficking). Data Komnas Perempuan tahun 2004 menyebutkan diantara 14.020 kasus perempuan yang mengalami kekerasan sebanyak 526 kasus atau sekitar 4 persen adalah kasus trafficking .10

Data tersebut telah membuktikan kepada kita semua ternyata praktek

trafficking sudah sangat mencemaskan. Apalagi data bersumber dari berbagai organisasi itu merupakan bagian dari korban perdagangan manusia di dunia sebagaimana dilaporkan International Labour Organization (ILO) yang mencapai 2,4 juta jiwa dan 1,2 juta diantaranya adalah korban pedagangan anak di bawah usia 18 tahun. Praktek perdagangan manusia itu dapat difahami memiliki daya tarik tersendiri, karena ternyata menjanjikan keuntungan cukup fantastis yakni mencapai 32 milyar dolar AS atau sekitar Rp.288 trilyun lebih.11

Berdasarkan data tersebut penanganan terhadap korban trafficking

memang telah banyak dilakukan dibeberapa lembaga terkait, meskipun dikatakan sangat lambat, tetapi perlu dicatat bahwa pemerintah kita saat ini telah memulai melakukan upaya pemberantasan jaringan perdagangan manusia melalui berbagai kebijakan dan jalur-jalur diplomatik, dikatakan demikian karena negara memiliki peran melalui kebijakan-kebijakan yang memihak

10

Dirjen Rehsos, Kemensos RI “Penjelasan Data Korban Trafficking”, artikel diakses pada 3 Juli 2011 dari

http://yanrehsos.depsos.go.id/modules.php?file=article&name=News&sid=740. 11


(18)

kepada kaum perempuan yang dalam konteks trafficking ini negara wajib memberikan perlindungan hukum kepada korban tindak kekerasan oleh sebab itu perlu dirubah ideologi negara dalam memandang perempuan. Upaya lainnya adalah pemulihan terhadap korban.

Sebagai salah satu upaya pemulihan dan penanganan terhadap korban tindak kekerasan atau trafficking dalam usaha rehabilitasi korban, Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta telah memberikan beberapa macam bimbingan kepada siswanya antara lain adalah bimbingan sosial, bimbingan mental dan bimbingan keterampilan dengan tujuan untuk memotivasi siswa untuk kearah yang lebih baik serta menghilangkan rasa trauma yang ada dalam diri siswa.

Seperti yang telah dipaparkan di atas, usaha rehabilitatif merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam penangganan segala permasalahan sosial, yang dalam hal ini adalah kasus korban trafficking, dimana fokus utama dalam usaha rehabilitatif terletak pada kondisi penyandang masalah sosial tersebut, terutama dalam upaya untuk melakukan perubahan atau perbaikan terhadap kondisi yang tidak diharapkan atau yang dianggap bermasalah, menjadi kondisi yang sesuai harapan dan standar sosial yang berlaku dalam lingkungan masyarakatnya.

Usaha rehabilitatif ini didasari dari sebuah asumsi bahwasannya pada diri penyandang masalah sosial, baik pada level individu, kelompok, maupun


(19)

masyarakat terkandung adanya potensi untuk berubah menuju kondisi yang normal.12

Proses rehabilitasi sosial bagi para korban trafficking merupakan salah satu proses yang sangat penting dan perlu dilakukan karena perempuan korban

trafficking telah mengalami banyak kerugian baik yang berupa kerugian ekonomi, kerugian fisik, maupun jiwa, adapun proses rehabilitasi sosial adalah serangkaian kegiatan pemberian pelayanan sosial secara terencana dan profesional untuk:

1. Memecahkan masalah klien dari lingkungan sosialnya 2. Memulihkan rasa percaya diri klien

3. Meningkatkan status perasaan sosial klien serta lingkungannya.13

Oleh karena itu sebagai upaya pemulihan bagi korban trafficking atau tindak kekerasan, pemerintah telah mendirikan Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC) dengan tujuan pertama, meningkatkan efektivitas pemberian layanan baik berupa informasi dan advokasi, perlindungan awal, pemulihan psikososial, resosialisasi, maupun pemberian rujukan bagi korban. Kedua, menghindarkan dari berbagai penyimpangan atas pemberian pelayanan terhadap korban.14

Sedangkan dalam hal ini kementerian sosial mendirikan Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW), yang berada di dalam lingkungan Panti

12

Soetomo, Masalah Sosial, h. 53. 13

Buku panduan PSKW MULYA JAYA “Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila” 2007.

14

Departemen Sosial RI, Kumpulan Peraturan Tentang Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan. Jakarta:2007


(20)

Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulia Jaya” Jakarta. Dimana Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) adalah bentuk multi layanan dari Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta, yang berfungsi memberikan perlindungan, pemulihan/rehabilitasi, advokasi dan reintegrasi bagi wanita korban trafficking yang mengalami eksploitasi fisik, psikis maupun seksual.

Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) melindungi wanita dari berbagai bentuk eksploitasi dan deskriminasi serta secara khusus memberikan layanan untuk wanita yang membutuhkan perlindungan (protection), pemulihan dan perbaikan (recovery) terhadap kondisi trauma dan stress yang dialaminya, menjaga kerahasiaan, melakukan bimbingan mental, sosial, dan pelatihan keterampilan, karena Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) berpedoman pada prinsip kepentingan terbaik kelayan dan menjamin terpenuhinya hak-hak wanita akan perlindungan dari upaya “perdagangan” dan eksploitasi sosial.15

Pemulihan pada korban trafficking perlu dilakukan karena melihat semakin banyaknya siswa yang masuk ke Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) dari data base yang diperoleh oleh penulis pada saat penelitian dapat terlihat rincian jumlah siswa yang masuk. Pada tahun 2007 tercatat 32 siswa, pada tahun 2008 tercatat 4 siswa, pada tahun 2009 tercatat 59 siswa, pada tahun 2010 tercatat 50 siswa, dan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 36 siswa.16

15

Kementerian Sosial RI. Profil RPSW, PSKW Mulya Jaya, Pasar Rebo, Jakarta Timur. 16

Data Base Korban Trafficking yang ditangani di Rumah Perlindungan Sosial Wanita Tahun 2007-2011.


(21)

Selain itu ada beberapa alasan kuat mengapa perlindungan terhadap perempuan korban trafficking penting dilakukan dalam konteks pelayanan dan rehabilitasi sosial, antara lain meliputi:

1. Pertama, karena kondisi perempuan korban trafficking merupakan kondisi yang sangat rentan menjadi dan dijadikan sebagai Wanita Tuna Susila (WTS).

2. Kedua, perlindungan dan proses rehabilitasi terhadap korban trafficking

perlu dilakukan untuk menumbuhkan kembali kepercayaan diri korban, yang dilakukan melalui bimbingan fisik, mental dan sosial untuk memulihkan trauma serta mengembalikan korban pada kehidupan yang berlaku di masyarakat.

3. Ketiga, untuk meningkatkan keterampilan kerja sehingga korban mempunyai kemampuan untuk meningkatkan perekonomian dalam kehidupannya.17

Upaya penanganan serta bimbingan skill, mental, fisik, sosial, dan intelektual, yang diperuntukan bagi para korban trafficking juga memang telah banyak diberikan, tetapi tidak seluruh program yang diberikan mencapai puncak keberhasilan dan keberlanjutan. Oleh sebab itu dalam hal ini peneliti berusaha membahas mengenai evaluasi kegiatan bimbingan keterampilan kerja yang diperuntukkan bagi korban yang kemudian berdampak pada penguatan ekonomi para korban trafficking, dimana bimbingan keterampilan kerja yang diberikan oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) ”Mulya Jaya” Jakarta

17

Siti Maryamah, “Peran Pekerja Sosial Rumah Perlindungan Sosial Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Dalam Melakukan Perlindungan Dan Pelayanan Terhadap Korban Trafficking,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta 2009), h. 5.


(22)

adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengetahui, mendalami, dan menguasai suatu bidang keterampilan kerja tertentu, sehingga menjadi tenaga yang terampil dibidangnya yang memungkinkan klien mampu memperoleh pendapatan yang layak sebagai hasil pendayagunaan keterampilan kerja yang mereka miliki.

Selain itu demi keberlanjutan program keterampilan yang dilaksanakan oleh pihak panti, maka suatu program tidak akan terlepas dari proses evaluasi, dimana kegiatan evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu program yang sedang berjalan, kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk pengambilan keputusan berikutnya.

Maka dengan melihat latar belakang diatas dan dengan melalui berbagai pertimbangan peneliti akan berusaha melakukan penelitian dengan memilih judul, “Evaluasi Hasil Program Bimbingan Keterampilan Pada Korban Trafficking Di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur”.

B.Pembatasan masalah

Masalah Sosial yang salah satunya adalah Human Trafficking telah menimbulkan banyak permasalahan yang kemudian menimbulkan banyak aspek yang perlu dikembangkan dalam diri para korban trafficking, antara lain: pengembangan skill/ kemampuan, sikap, mental, intelektual, sosial, maupun agama. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka dalam hal ini peneliti hanya membatasi masalah pada permasalahan bimbingan keterampilan


(23)

yang diberikan oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Jakarta terhadap korban trafficking.

Selain itu dalam hal ini peneliti hanya membatasi penelitiannya pada proses evaluasi dari program bimbingan keterampilan, dan evaluasi program tersebut hanya fokus kepada masalah evaluasi hasil (out put) pada program keterampilan untuk korban trafficking di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”.

C. Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian dan berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah, sebagai berikut.

1. Bagaimana pencapaian tujuan dari program bimbingan keterampilan untuk korban trafficking di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta? 2. Bagaimana program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita

“Mulya Jaya” Jakarta dikatakan menghasilkan perubahan pada korban

trafficking?

3. Bagaimana indikator keberhasilan dari program bimbingan keterampilan yang diberikan kepada korban trafficking di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil atau (output) pada program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita


(24)

“Mulya Jaya” terhadap para korban trafficking. Namun selain itu ada beberapa tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pencapaian tujuan dari program bimbingan keterampilan terhadap korban trafficking di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis terjadinya perubahan dalam diri klien setelah mengikuti program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis indikator keberhasilan dari program bimbingan keterampilan terhadap korban trafficking di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta.

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:

1. Ilmu Pengetahuan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bidang sosial, khususnya dalam bidang pengembangan masyarakat.

2. Akademis, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan kontribusi serta masukan terhadap jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, serta dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta, maupun bagi Kementerian Sosial, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan


(25)

dalam segala hal guna menjalankan proses pengembangan masyarakat dari berbagai aspek.

F. Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian ini dilakukan di Wilayah Pasar Rebo, Jakarta Timur tepatnya di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Jakarta. Lokasi ini dipilih peneliti berdasarkan beberapa alasan diantaranya:

a. Lokasi memiliki peranan penting terhadap pengembangan keterampilan korban trafficking serta merupakan pusat rehabilitasi penyandang masalah sosial, baik pada Wanita Tuna Susila maupun pada korban

trafficking yang mengalami tindak kekerasan seksual serta eksploitasi. b. Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti, karena lokasinya

merupakan tempat peneliti melakukan praktikum.

c. Lokasi penelitian yang dipilih ini letaknya sangat terjangkau oleh peneliti sehingga peneliti dapat mempertimbangkan waktu, biaya dan tenaga.

2. Jadwal penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima bulan terhitung dari bulan Maret sampai dengan Juli 2011. Dalam jadwal penelitian dibagi beberapa tahap yaitu:

a. Pematangan proposal sebagai acuan untuk memulai penelitian skripsi b. Penentuan informan sebagai usaha untuk perolehan data di lapangan c. Analisis masalah


(26)

3. Subyek dan Obyek Penelitian

a. Subyek penelitian ini adalah staf yang terkait dengan program dan beberapa siswa korban trafficking yang bertempat tinggal di Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Jakarta. Selain itu peneliti juga bermaksud memilih beberapa alumni untuk dijadikan subyek penelitian hanya saja terhalang oleh alamat alumni yang sulit untuk dijangkau, selain itu peneliti juga sudah berusaha menghubungi hubungi melalui telepon namun informasi yang diharapkan peneliti sangat sulit diperoleh. Oleh sebab itu subyek penelitian ini adalah staf dan siswa yang berada di Rumah Perlindungan Sosial Wanita.

b. Objek penelitian ini adalah evaluasi hasil program bimbingan keterampilan pada korban trafficking di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Jakarta.

4. Model Evaluasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model evaluasi hasil (output). Dimana dengan menggunakan model ini peneliti berusaha untuk mengetahui tujuan-tujuan apa saja yang telah berhasil dicapai oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Jakarta dari adanya program bimbingan keterampilan yang diberikan terhadap para korban trafficking, dan untuk mengetahui hasil dari program tersebut apakah memberikan pengaruh serta perubahan atau tidak terhadap peningkatan skill atau kemampuan siswa atau kelayan khususnya kepada para korban trafficking.


(27)

5. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, Dimana dalam buku Prosedur Penelitian yang ditulis oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, penelitian kualitatif memiliki: kejelasan unsur: subyek sampel, sumber data tidak mantap dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan, langkah penelitian: baru diketahui dengan mantap dan jelas setelah penelitian selesai, Hipotesis:

tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir selama penelitian berlangsung. Hasil penelitian terbuka. Desain: desain penelitiaannya adalah fleksibel dengan langkah dan hasil yang dapat dipastikan sebelumnya. Pengumpulan data: kegiatan pengumpulan data harus dilakukan sendiri oleh peneliti dan tidak dapat diwakilkan. Analisis data: dilakukan bersama analisis data.18

6. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau suatu peristiwa dengan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang tampak, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkap fakta (fact finding), hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang sedang disellidiki, akan

18

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penellitian Suatu Pendekatan Praktek,


(28)

tetapi untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas biasanya dalam jenis penelitian ini dilakukan juga pemberian berbagai intepretasi.19

7. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:

a. Teknik Observasi

Istilah observasi berasal dari bahasa latin, yang berarti “melihat” dan memperhatikan”. Istilah observasi ini diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh suatu pemahaman atau sebagai alat re-cheeking atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.20

Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan oleh peneliti dengan mengunjungi, meninjau lokasi penelitian yaitu Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta, serta mengamati segala bentuk kegiatan yang berlangsung di lokasi penelitian dengan hasil pengamatannya digunakan sebagai sumber data.

19

Prof. DR. H. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta:1991. h. 31 dan 64.

20

Rahayu Tri Iin, S.Psi dan Ardani Ardi Tristiadi, Observasi & Wawancara?, PT: Bayu Media, Malang:2004


(29)

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dengan cara kontak langsung atau tatap muka untuk usaha mengumpulkan informasi, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan terwawancara, dengan maksud antara lain, mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, dan motivasi, adapun wawancara dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur.21

Dalam penelitian yang dilakukan, teknik wawancara ini merupakan teknik yang terpenting karena dalam penelitiannya penulis melakukan wawancara dengan beberapa staf dan siswa terkait, guna memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dimana peneliti sudah membuat pertanyaan wawancaranya terlebih dahulu.

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan mengenai pendapat, teori, maupun hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan atau penelitian. Oleh sebab itu dalam setiap penelitian tidak dapat dilepaskan

21


(30)

dari literatur-literatur ilmiah, sehingga kegiatan kepustakaan ini menjadi sangat penting.22

Penerapan teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah peneliti mengkaji dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan guna dijadikan sebagai sumber penelitian.

8. Teknik Analisis Data

Seluruh informasi dan keterangan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis Taksomonik. Dimana teknik analisis Taksomonik ini adalah teknik yang berfokus pada domain-domain tertentu, kemudian memilih domain tersebut menjadi sub-sub domain serta bagian-bagian yang lebih khusus dan terperinci yang pada umumnya merupakan rumpun yang memiliki kesamaan.23

Teknik Taksomonik ini akan menghasilkan hasil analisis yang terbatas pada satu domain saja, dimana dalam hal ini adalah evaluasi hasil. Teknik ini memiliki kelebihan karena memberikan gambaran tentang suatu fenomena lebih rinci yang kemudian di analisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk Bab III dan Bab IV.

9. Teknik Keabsahan Data

Seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya Metodologi Kualitatif . Untuk menentukan keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi. Dimana triangulasi adalah teknik pemeriksaan

22

Nawawi, Metode Penelitian, h. 133 23

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif, UIN Jakarta Press, h. 68.


(31)

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.24

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh dengan kenyataan yang ada pada saat penelitian.

10. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara mauun observasi langsung dari penelitian yang dilakukan, baik diperoleh dari partisipan maupun sasaran penelitian yaitu para korban

trafficking yang mengikuti program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber-sumber pendukung yang berupa catatan atau dokumen yang diambil peneliti dari berbagai literatur, buku-buku maupun internet yang berhubungan dengan masalah penelitian.

G. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis melakukan studi kepustakaan ternyata terdapat banyak buku yang berhubungan dengan trafficking dan kekerasan terhadap wanita antara lain: Tati Krisnawati Kekerasan di Sekitar Buruh Migran Perempuan (TKW), KOMNAS Perempuan, Buruh Migran Pekerja Rumah Tangga

24

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Rosda Karya 2001), h.330


(32)

Indonesia (TKW-PRT);Kerentanan dan Inisiatif-inisiatif Baru untuk Perlindungan Hak Asasi TKW-PRT, Ema Marzu HIZ, S.Th.i, Ayat-ayat Feminis (Equilibrium Gender) Sebuah Manifest Islam Rahmatan Lil Alamin,

dan Jurnal Perempuan edisi 49.

Selain melakukan studi kepustakaan terhadap beberapa buku yang berkaitan dengan permasalahan, penulis juga melakukan studi kepustakaan terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan terutama yang melakukan penelitian di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya”:

1. Pemberdayaan Pekerja Seks Komersial Pada Program Keterampilan Menjahit High Speed Di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Oleh: M. Arif Iskandar, skripsi ini mengkaji mengenai program pemberdayaan yang dilakukan kepada pekerja seks komersial pada program keterampilan khususnya keterampilan menjahit high speed yang diberikan oleh Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta. Perbedaannya dengan skripsi yang dikaji oleh penulis terletak pada subyek penelitiaannya, dimana M. Arif Iskandar memiih para Pekerja Seks Komersial sebagai subyeknya sedangkan dalam hal ini penulis memilih korban trafficking sebagai subyeknya, selain itu obyek penelitiannya pun berbeda dimana dalam skripsi yang ditulis oleh Arif ini, yang dikaji adalah bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan panti kepada para Pekerja Seks Komersial sedangkan penulis mengkaji mengenai evaluasi dari program keterampilan yang diberikan panti kepada para korban


(33)

2. Peran Pekerja Sosial Rumah Perlindungan Sosial Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Dalam Melakukan Perlindungan Dan Pelayanan Terhadap Korban Trafficking, oleh: Siti Maryamah, skripsi ini mengkaji mengenai peranan Peksos di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”, terhadap pemberian perlindungan dan pelayanan terhadap para korban

trafficking, berbeda dengan skripsi penulis yang mengkaji mengenai evaluasi program bimbingan keterampian pada korban trafficking, persamaan dengan skripsi penulis terletak pada subyek penelitiaannya. 3. Bimbingan Keterampilan Bagi Wanita Tuna Susila Dalam Upaya

Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Pasar Rebo, Jakarta Timur, oleh: Nuraini. Skripsi ini mengkaji mengenai program bimbingan keterampilan yang diberikan oleh Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” kepada Wanita Tuna Susila dengan upaya untuk peningkatan ekonomi keluarga. Perbedaannya terletak pada subyeknya, yang menyamakan dengan skripsi penulis terletak pada lokasi penelitiaannya.

4. Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Terhadap Pengembangan Ekonomi Keluarga Melalui Pelatihan Tata Boga (Pembuatan Kue Kering) Di Kelurahan Manggarai Selatan. Oleh Hafiz Kurnia, Skripsi ini menjelasakan mengenai evaluasi hasil terhadap program keterampilan pelatihan, perbedaan dengan penelitian penulis adalah pada subyeknya, penulis menggunakan para korban


(34)

5. Evaluasi Program Baitul Mall wa Tamwil Ar-Ridho Dalam Pemberdayaan Ekonomi Mayarakat Di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur. Oleh Fanny Nur Oktaviana. Perbedaan skripsi ini dengan penulis juga terletak pada subyeknya dimana penulis menggunakan para korban trafficking yang bertempat di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta sebagai subyeknya. Sedangkan persamaan dalam penelitiaanya terletak pada obyeknya dimana skripsi yang ditulis oleh fanny dan penulis keduanya sama-sama mengkaji mengenai evaluasi hasil.

Inti dari perbedaan skripsi yang penulis buat dengan beberapa skripsi di atas adalah, terletak pada subyek dan obyek penelitiannya, dimana penulis melakukan penelitian dengan subyeknya adalah staf yang terkait dengan program dan korban trafficking yang bertempat tinggal di Rumah Perlindungan Sosial Wanita, Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta, dan obyeknya adalah evaluasi terhadap seluruh bimbingan keterampilan kerja yang diberikan oleh panti kepada para korban trafficking.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima Bab yaitu:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.


(35)

BAB II Tinjauan Teoritis yang terdiri dari: Definisi Evaluasi, Model Evaluasi, Pendekatan dalam Evaluasi, Definisi Bimbingan Keterampilan, Tujuan Bimbingan Keterampilan, Metode dan Teknik Bimbingan, serta teori mengenai Definisi Trafficking, Korban Trafficking, dan Pola Penanganan Korban Trafficking.

BAB III Dalam bab ini yang akan dipaparkan adalah mengenai profil lembaga Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta yang mencakup: Sejarah Berdirinya Panti, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Proses pelayanan dan Rehabilitasi Panti, Program-program keterampilan Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”, serta Kerjasama Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”.

BAB IV Hasil analisa dan evaluasi program bimbingan keterampilan Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta Pada korban trafficking.

BAB V PENUTUP


(36)

25

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Evaluasi

1. Definisi Evaluasi

Bila berbicara mengenai suatu program tentu tidak akan terlepas dari proses evaluasi, karena untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan penentuan keputusan dari suatu program yang dilaksanakan suatu lembaga organisasi atau instansi, perlu melaksanakan kegiatan evaluasi, evaluasi mempunyai dua fungsi yaitu fungsi formatif artinya evaluasi dapat digunakan untuk perbaikan dan pengembangan dari suatu program, yang kedua adalah fungsi sumatif artinya evaluasi digunakan untuk pertanggungjawaban. Secara umum evaluasi memiliki definisi sebagai sebuah proses yang kompleks yang melibatkan beberapa komponen dan bahan pertimbangan dengan tujuan untuk menilai keberhasilan dari suatu program dan berguna sebagai penentu suatu keputusan.

Mengevaluasi berarti “menguji dan menentukan suatu nilai, kualitas, kadar kepentingan, jumlah, derajad atau keadaan, seorang pengevaluasi berusaha memberi jawaban atas suatu program pembangunan atau suatu aktivitas serta kebutuhan para pengambil keputusan dari program atau aktivitas tersebut.1

Selain itu terdapat beberapa definisi mengenai evaluasi menurut para ahli dan instansi pemerintahan seperti: Fink dan Kosecoff, Gosling

1

Mochtar Buchori, Riset Partisipatris Riset Pembebasan, PT: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1993. h. 68-69.


(37)

dan Edward, Casley dan Kumar, dan American Evaluation Association

dalam memaknai evaluasi sesuai dengan sudut pandang masing-masing, adalah sebagai berikut:2

a. Fink dan Kosecoff mendefinisikan evaluasi sebagai berikut: “Evaluasi merupakan serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah program dan menyediakan informasi tentang tujuan, aktifitas, hasil, dampak dan biaya program.”

b. Gosling dan Edward:

“Mendefinisikan evaluasi sebagai penilaian yang dilakukan pada waktu tertentu terhadap dampak dari serangkaian kegiatan dimana tujuan yang telah ditetapkan tercapai.”

d. Casley dan Kumar:

“Evaluasi adalah suatu penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efisiensi dan dampak dari suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.”

e. American Evaluation Association:

“Evaluasi adalah sebuah profesi yang terdiri dari orang yang memiliki kepentingan macam-macam, kemampuan yang luar biasa meliputi bahkan tidak ada batas untuk mengevaluasi program, hasil, perorangan, kebijakan, kinerja, rencana, teknologi, penelitian teori dan sama dengan mengevaluasi dirinya sendiri.” g. Worthen dan Sanders (1973, dalam Anderson 1971)

“Evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, juga alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.3

Dari beberapa definisi diatas penulis sependapat dengan definisi yang dijelaskan oleh Casley dan Kumar dimana evaluasi diartikan sebagai suatu penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efisiensi, dan dampak dari suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan. Jadi

2

Nurul Hidayati, S.Ag., M.Pd. Buku Ajar Evaluasi Program. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta: 2008.

3

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Cepi Syarifudi Abdul Jabar, M.Pd. Evaluasi Program Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta:2009, h.1-2.


(38)

dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses atau serangkaian prosedur kegiatan dengan melakukan penilaian secara berkala terhadap suatu program dengan tujuan untuk melihat keberhasilan program dan pengambilan keputusan berikutnya.

Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya suatu standar, tolok ulur, atau sebuah kriteria.4

Sedangkan definisi dari evaluasi program menurut Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.5

Evaluasi program memiliki empat unsur yaitu:

a. Pertama, yaitu proses evaluasi, dimana langkah pada proses evaluasi adalah penyediaan informasi, menggambarkan dengan menaksir dan memperkirakan keadaan, mengukur keberhasilan serta mencari penyebab dari kegagalan dan keberhasilan, melakukan penilaian secara berkala dengan waktu yang ditentukan dan dengan cara mengkritisi program.

b. Kedua, yaitu kaitan evaluasi dengan ilmu. Kaitan evaluasi program dengan ilmu pengetahuan bahwa ia merupakan salah satu tipe yang khusus dari penelitian ilmu sosial dan terapan. Evaluasi program juga menerapkan prosedur penelitian sosial yang sistematis, oleh karenanya evaluasi program dinyatakan menggunakan pendekatan formal.

4

Ibid, h.8 5


(39)

c. Ketiga, yaitu objek evaluasi, dimana objek dari evaluasi program adalah program itu sendiri.

d. Keempat, yaitu manfaat evaluasi dimana evaluasi dapat membuat keputusan penting tentang program tersebut.6

Kesimpulan penulis mengenai unsur dari evaluasi program itu dilihat dari proses evaluasi yang berlangsung sehingga hasil yang diperoleh dari proses evaluasi dapat digunakan sebagai pengambilan kebijakan atau keputusan berikutnya.

2. Model Evaluasi

Menurut Suharsimi Arikunto dalam melakukan kegiatan evaluasi, seorang evaluator perlu menentukan terlebih dahulu model yang akan digunakan, karena hal tersebut akan mempermudah evaluator dalam proses evaluasinya. Dalam hal ini Pietrzak, Ramler, Renner, Ford, dan Gilbert mengemukakan tiga evaluasi guna mengawasi suatu program secara lebih seksama yaitu: (a) evaluasi input, (b) evaluasi proses dan (c) evaluasi hasil/ output. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi Input

Evaluasi ini memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan program, tiga unsur utama yang terkait dengan evaluasi ini adalah klien, staf dan program. Pietzark dan kawan-kawan menjelaskan bahwa variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti: variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti: susunan keluarga dan berapa anggota keluarga yang

6


(40)

ditanggung. Variabel staf meliputi aspek demografi staf seperti latar belakang pendidikan staf, pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu seperti: lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. Ada empat kriteria yang dapat dikaji dalam evaluasi input, antara ain adalah sebagai berikut:

1) Tujuan dan obyektif

2) Penilaian terhadap kebutuhan komunitas 3) Standar dari suatu praktek yang terbaik 4) Biaya per unit layanan.

b. Evaluasi Proses

Evaluasi ini adalah evaluasi yang memfokuskan diri pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti: ‘standar praktek terbaik’, kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasan klien.

c. Evaluasi Hasil

Evaluasi ini merupakan evaluasi yang diarahkan pada keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap penerima layanan. Pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah:

1) Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya.


(41)

2) Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima bantuan program tersebut. Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup: a).Berorientasi pada program. Kriteria keberhasilan pada umumnya

dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program. Misalnya presentase cakupan program terhadap populasi sasaran.

b).Berorientasi kepada masyarakat. Kriteria keberhasilan pada umumnya dikembangkan berdasarkan pada perubahan prilaku masyarakat. Misalnya munculnya sikap kemandirian dan sebagainya.7

Selain model-model evaluasi di atas terdapat pula model evaluasi CIPP (Contect, Input, Proces, Product), yang telah dikembangkan oleh Daniel L.Stuflebem, adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Contect evaluation to serve planning desicion. Konteks evaluasi ini berfungsi untuk membantu merencanakan suatu keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh suatu program, serta untuk merumuskan tujuan program. Evaluasi ini juga merupakan suatu upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani serta tujuan dari suatu proyek.

2) Input evaluation, structuring desicion. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi yang digunakan untuk

7

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta, FEUI, 2003), edisi revisi, h.160


(42)

mencapai kebutuhan. Dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

3) Process evaluation, to serve implemanting desicion. Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana tersebut telah diterapkan, dan apa yang harus direvisi. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, maka prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki.

4) Product evaluation, to serve recycling desicion. Evaluasi produk ini digunakan untuk menolong keputusan selanjutnnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah suatu program berjalan?, serta mengenai pertanyaan apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan telah tercapai?.8

Begitu banyaknya model evaluasi dalam proses penilaian terhadap suatu program. Hanya saja dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan model evaluasi hasil/output yang dikembangkan oleh Pietzark. Begitu signifikan kegiatan evaluasi dalam suatu program ataupun organisasi oleh sebab itu agar evaluasi berjalan dengan baik maka diperlukan partisipasi dari seluruh variabel yang berperan dalam proses evaluasi.

8

DR. Farida Yusuf Tayibnapis, M.Pd. Evaluasi Program, PT: Rineka Cipta, Jakarta: 2000. h.13-22


(43)

3. Pendekatan dalam Evaluasi a. Pendekatan Eksperimental.9

Yang dimaksud dengan pendekatan eksperimental ini adalah evaluasi yang berorientasi pada penggunaan eksperimental science

dalam program evaluasi. Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik, dengan tujuan evaluator yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu yang mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program. Pendekatan ini membuat evaluator sebagai orang ketiga yang obyektif dalam program yang menjalankan prinsip desain penelitian dalam situasi yang diberikan untuk memperoleh desain penelitian dalam situasi yang diberikan untuk memperoleh informasi yang tidak diragukan kebenarannya atas dampak program.

b. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan

Pada pendekatan ini tujuan merupakan kriteria utama untuk menentukan keberhasilan suatu program. Evaluator mencoba mengukur sampai dimana pencapaian tujuan telah dicapai. Pendekatan ini mempengaruhi hubungan antara evaluator dan klien.

c. Pendekatan yang Berfokus pada Keputusan

Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk mengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan sangat berguna apabila

9


(44)

dapat membantu para pengelola program membuat keputusan, oleh sebab itu kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program. Keunggulan pendekatan ini adalah perhatiannya terhadap kebutuhan pembuat keputusan yang khusus dan pengaruh yang makin besar pada keputusan program yang relevan.

d. Pendekatan yang Berorientasi pada Pemakai

Kelebihan dari pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap individu yang berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu tersebut. Dalam pendekatan ini evaluator lebih terlibat dalam kegiatan program daripada evaluator yang menganut pendekatan lain karena mereka lebih bertindak sebagai orang dalam daripada sebagai konsultan luar. Evaluator bukan sebagai ahli, tetapi sebagai rekan organisasi, pendekatan ini dilakukan dengan bersahabat, evaluator mencari pengetahuan tentang fungsi program dan keperluan orang-orang yang mempengaruhi keputusan.

e. Pendekatan yang Responsif

Pendekatan ini mempercayai bahwa evaluasi yang berarti yaitu mencari pengertian suatu isu berbagai sudut pandang dari semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dengan program. Tujuan evaluator dalam hal ini ialah berusaha mengerti urusan program melalui berbagai sudut pandang yang berbeda. Evaluasi responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian yang kualitatif, naturalistik, bukan kuantitatif. Evaluator juga mengandalkan observasi


(45)

yang langsung atau tidak langsung terhadap kejadian dan intepretasi data yang impresionistik.

f. Goal Free Evaluation

Goal Free Evaluation, memiliki makna evaluasi bebas tujuan dimana dalam evaluasi ini tujuan harus dievaluasi, dikarenakan banyak hasil program penting tidak sesuai dengan tujuan program.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan karena untuk mengetahui keberhasilan dari suatu program yang dalam hal ini tepatnya adalah program bimbingan keterampilan diperlukan terlebih dahulu untuk mengetahui tujuan-tujuan dari program tersebut sehingga dapat diketahui tujuan-tujuan-tujuan-tujuan mana saja dari program yang sudah tercapai dan yang belum, karena dalam hal ini evaluator mencoba mengukur sampai dimana pencapaian tujuan telah dicapai. Pendekatan ini mempengaruhi hubungan antara evaluator dan klien.

4. Tujuan dan Manfaat Evaluasi

Evaluasi pada dasarnya merupakan suatu proses belajar memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam menyelesaikan aksi tujuan yang diharapkan. Selain itu evaluasi juga penting dilakukan untuk melihat seberapa jauh tingkat pecapaian aksi target yang sesuai dengan kondisi nyata mereka, sehingga mereka dapat melakukan mobilisasi berikutnya dengan lebih baik melalui pengalaman dan pembelajaran pada waktu evaluasi.


(46)

Tujuan evaluasi program menurut Edi Suharto dalam bukunya yang berjudul “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat” adalah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan

b) Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran c) Megetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang

mungkin terjadi diluar rencana.10

Selain itu kegiatan evaluasi juga memiliki beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

a) Mengetahui sejauhmana kegiatan yang dilaksanakan dapat memperoleh hasil.

b) Mengetahui sasaran mana yang dapat dicapai.

c) Mengetahui sejauh mana setiap tahap kegiatan sesuai dengan jadwal yang direncanakan.

d) Mengetahui dukungan biaya yang tersedia dapat digunakan untuk memberikan hasil produksi yang maksimal.

e) Mengetahui apakah ada kendala didalam mekanisme pengeolaan kegiatan program atau organisasi.

f) Mengetahui apakah ada akibat atau dampak dari suatu kegiatan baik yang berupa dampak positif maupun dampak negatif.11

10

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung, PT. Refika Aditama, 2005), cet, ke-1, h.119

11

Muhamad Nurseha, “Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Komunitas Proklamasi Yayasan Nurani Dunia Di Kelurahan Pegangsaan Menteng Jakarta Pusat.,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta 2009), h. 23-24.


(47)

B.Bimbingan Keterampilan

1. Definisi Bimbingan Keterampilan

Sebelum membahasan mengenai bimbingan keterampilan lebih jauh, maka terlebih dahulu penulis akan menguraikan mengenai definisi bimbingan itu sendiri, yang ditinjau dari beberapa pendapat para ahli antara lain:

Definisi bimbingan dalam “Jear Book of Education”:

Bimbingan adalah “suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial”.12

Stoops:

Bimbingan ialah “suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat”.13

Dari beberapa definisi di atas maka dapat penulis simpulkan, bahwa definisi bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang berkelanjutan/terus-menerus dan sistematis kepada suatu individu atau kelompok, melalui usahanya sendiri untuk menemukan serta mengembangkan kemampuannya agar dapat memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.

Sedangkan pengertian keterampilan itu sendiri adalah kecakapan untuk dapat menyelesaikan suatu tugas, atau dengan kata lain keterampilan juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk melakukan

12

Drs. Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, C. V. Ilmu (Bandung: 1975). h. 25

13


(48)

suatu pekerjaan atau tugas yang kompleks dengan mudah dan cermat serta dapat menyelesaikannya dengan baik.14

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa definisi dari bimbingan keterampilan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada suatu individu dengan tujuan agar dapat mengetahui, memahami serta menguasai suatu hal/keterampilan yang sesuai dengan bidang keterampilan yang dimiliki, sehingga menjadi tenaga ahli yang memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan, pendapatan serta penghidupan yang layak di masyarakat.

Adapun bimbingan keterampilan yang diteliti oleh penulis merupakan kategori dalam pendidikan non formal, dimana pendidikan non formal merupakan pendidikan yang telah ada dalam diri manusia jauh sebelum ia mendapat pendidikan formalnya. Adapun bimbingan keterampilan yang diberikan di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Pasar Rebo Jakarta, kepada para siswanya antara lain ialah: bimbingan keterampilan olah pangan/kuliner, menjahit manual. menjahit high speed, tata rias rambut, handycraft, dan tata rias pengantin.

2. Tujuan Bimbingan Keterampilan

Tujuan dari diadakannya bimbingan keterampilan adalah sebagai berikut:

14

Nuraini, “Bimbingan Keterampilan Bagi Wanita Tuna Susila Dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 17.


(49)

a. Membantu individu untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan yang dimiliki.

b. Membantu proses sosialisasi dan sensitivitas kepada kebutuhan orang lain.

c. Membantu individu untuk mengembangkan motif-motif intrinsik dalam proses belajar sehingga tercapai kemajuan yang berarti.

d. Membantu memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan dalam proses pendidikan.

e. Membantu individu dalam proses memilih pekerjaan dan memasuki dunia kerja.15

3. Metode dan Teknik Bimbingan

Dalam buku yang berjudul “Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan (Konseling) Islam”, dijelaskan beberapa metode dan teknik dalam bimbingan antara lain yaitu:16

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan serta mengetahui mengenai fakta-fakta mental atau kejiwaan yang ada dalam diri klien. Dalam jalannya wawancara seorang pembimbing harus melakukan pencatatan mengenai informasi tentang klien misalnya dengan cara merekam percakapan tersebut.

15

Ibid, h. 30. 16

Drs. M. Lutfi, MA. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,


(50)

b. Observasi

Observasi adalah salah satu cara yang digunakan dengan cara mengamati secara langsung sikap dan prilaku klien yang tampak pada saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental dan kejiwaanya. Dalam hal ini ada dua observasi, pertama yaitu observasi secara langsung yaitu dengan pembimbing ikut terlibat dalam peristiwa yang sedang dijadikan objek observasi, observasi ini sering disebut dengan observasi partisipasi. Kedua, observasi non partisipan yaitu pembimbing berada diluar obyek atau peran yang sedang diidentifikasi, bisa dilakukan dari jarak dekat maupun jarak jauh.

c. Tes (Kuisioner)

Tes/kuesioner merupakan teknik bimbingan dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan yang telah disediakan alternatif jawabannya. Penggunaan teknik ini ialah untuk mengetahui fakta dan fenomena kejiwaan yang tidak bisa diperoleh melalui teknik wawancara dan observasi.

d. Bimbingan Kelompok

Ialah teknik bimbingan yang digunakan melalui kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan sebagainya, penggunaan teknik ini biasanya untuk mempelajari dan mengetahui komunikasi dan interaksi sosial yang dilakukan klien.


(51)

e. Psikoanalisis (Analisa Kejiwaan)

Psikoanalisis adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap peristiwa dan pengalaman kejiwaan yang pernah dialami klien sejak kecil.

C.Trafficking

1. Definisi Trafficking

Terdapat beberapa definisi mengenai trafficking menurut para ahli maupun instansi/lembaga, antara lain yang tertuang dalam Pasal 1 angka 1 RUU PTPPO (Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang), keputusan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

a. Menurut Pasal 1 angka 1 RUU PTPPO mendefinisikan trafficking

“Mendefinisikan trafficking sebagai proses perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi”.17

17

R. Valentina Sagala, Jurnal Perempuan 49 Untuk Pencerah Dan Kesetaraan, Hukum Kita Sudahkah Melindungi?. Jakarta:2006. h. 33


(52)

b. Deklarasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), mendefinisikan

trafficking sebagai:

“Sebuah proses perekrutan, pengangkutan, pengiriman, penampungan atau penerimaan orang, dengan cara ancaman atau penggunaan kekerasan atau jenis paksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi yang rentan atau pemberian atau penerimaan pembayaran atau tunjangan untuk mencapai kesepakatan seseorang memiliki kendali atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi”.18

c. Dalam definisi yang terdapat pada seri dokumen kunci laporan pelapor khusus PBB, dijelaskan bahwa:

“Perdagangan manusia berarti perekrutan, transportasi, pembelian, penjualan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan orang:

(i) dengan ancaman atau penggunaan kekerasan, penculikan, paksaan, penipuan, pemaksaan dengan kekerasann (termasuk penyalahgunaan wewenang), atau jeratan utang untuk tujuan: (ii) menempatkan atau menahan orang tertentu, apakah dibayar atau

tidak, dalam kerja paksa atau praktek seperti perbudakan, di dalam komunitas lain di luar tempat orang itu menetap pada saat terjadinya tindakan yang digambarkan pada bagian (i) di atas.”19

18

KOMNAS Perempuan, Buruh Migran Pekerja Rumah Tangga Indonesia (TKW-PRT);Kerentanan dan Inisiatif-inisiatif Baru untuk Perlindungan Hak Asasi TKW-PRT, Jakarta: 2003. h.27.

19

Seri Dokumen Kunci laporan Pelapor Khusus PBB, tentang kekerasan terhadap perempuan, KOMNAS Perempuan. 2006. h. 9


(53)

Dari berbagai definisi trafficking di atas, penulis sependapat dengan definisi yang dideklarasikan oleh PBB dimana penulis mendefinisikan trafficking sebagai suatu proses perekrutan, transportasi, penipuan, maupun penyalahgunaan kekuasaan terhadap seseorang dengan menggunakan ancaman dan kekerasan dengan tujuan eksploitasi yang dapat menguntungkan pihak-pihak tertentu.

Selain itu, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa inti dari seluruh definisi trafficking atau perdagangan manusia adalah adanya sebuah pengakuan bahwa perdagangan manusia tidak pernah berdasarkan atas persetujuan dari pihak yang diperdagangkan atau korban. Sifat perdagangan yang tanpa persetujuan inilah yang dapat membedakannya dengan bentuk-bentuk migrasi lainnya, selain itu pada dokumentasi pola perdagangan manusia diungkapkan juga bahwa perdagangan manusia tidaklah terbatas pada prostitusi atau pekerjaan seks lainnya, pekerjaan rumah tangga, buruh manual, atau industri, dan perkawinan, adopsi, atau hubungan dekat lainnya. Unsur-unsur yang biasanya ditemukan di dalam semua pola perdagangan adalah: (i) tidak adanya persetujuan, (ii) pencaloan manusia, (iii) proses pemindahan, (iv) suatu pekerjaan atau hubungan yang eksploitatif atau yang bersifat merendahkan.20

2. Korban Trafficking

Korban dalam kasus trafficking ini juga memiliki beberapa definisi, ada beberapa penjelasan mengenai definisi dari korban antara lain:

20


(54)

Dalam buku “Standarisasi Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan”, dijelaskan bahwa korban adalah orang, baik individu, kelompok, keluarga maupun kesatuan masyarakat tertentu yang dalam hal ini mengalami tindak kekerasan, baik sebagai akibat dari perlakuan salah, penelantaran, eksploitasi, ataupun dengan membiarkan orang berada dalam sebuah situasi yang berbahaya sehingga dapat menyebabkan fungsi sosialnya terganggu.21

Sedangkan dalam Pasal 1 Ayat 3, Peraturan menteri sosial RI tentang pendirian dan penyelenggaraan pelayanan pada Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC), didefinisikan bahwa korban adalah orang, baik individu, keluarga maupun kelompok yang mengalami gejala traumatik baik sebagai akibat dari perilaku salah, penelantaran, eksploitasi serta diskriminasi ataupun dengan cara membiarkan orang berada dalam situasi yang berbahaya atau darurat atau pengungsian sehingga menyebabkan terganggunya fungsi sosial.22

Berbeda dengan kedua definisi di atas, dalam RUU PTPPO Pasal 1 angka 3, menjelaskan bahwa korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, fisik, mental, ekonomi, sosial ataupun kerugian lainnya yang diakibatkan tindak pidana perdagangan orang.23

Menurut beberapa definisi di atas, korban dari tindakan kekerasan perdagangan atau trafficking menurut penulis adalah seseorang yang

21

DEPSOS RI, Direktorat Jendral Bantuan dan Jaminan Sosial, Standarisasi Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan, Jakarta:2003. h. 8

22

Departemen Sosial RI, Kumpulan Peraturan Tentang Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan. Jakarta:2007. h. 4

23


(55)

dirugikan secara fisik maupun non fisik, dan dalam hal ini korban

trafficking biasanya mengacu pada perempuan dan anak dibawah umur.

Dimana dalam RUU di pasal 1 angka 5 mendefinisikan bahwa anak adalah seseorang yang belum genap berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang berada dalam kandungan.24

Sedangkan dalam penelitian ini korban trafficking yang dimaksud adalah seseorang khususnya wanita dan anak yang mengalami tidak kekerasan atau perdagangan manusia serta eksploitasi karena ulah para

trafficker dan bertempat tinggal di Rumah Perlindungan Sosial Wanita Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta.

3. Pola Penanganan Korban Trafficking

Dalam melakukan penanganan terhadap korban trafficking

pemerintah telah bekerjasama dengan beberapa lembaga terkait hal tersebut didasarkan juga karena Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang No. 21 Tahun 2007 (UUPTPPO). Ini merupakan pencapaian yang monumental memuat pasal-pasal yang mengkriminalisasi perdagangan orang dan memandatkan seluruh bangsa Indonesia untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada korban perdagangan orang.

Dalam hal ini penulis berusaha memaparkan pola-pola penanganan terhadap korban trafficking di beberapa lembaga antara lain International Organization for Migration (IOM),dan Panti Sosial Karya Wanita “Mulya

24


(56)

Jaya” Jakarta. Adapun penjelasan dari penanganan korban trafficking di lembaga-lembaga tersebut adalah sebagai berikut:

a. International Organization for Migration (IOM)

Mandat utama dari didirikannya IOM adalah mendukung pemerintah dalam mengedepankan usaha pemberantasan perdagangan orang, IOM terus menyediakan bantuan peningkatan kapasitas dan dukungan teknis bagi pemerintah. Sejak Juni 2005, IOM telah bekerja dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk mengembangkan Pusat Pelayanan Terpadu yang terletak di RS. Polri di Jakarta untuk menyediakan bantuan pemeriksaan dan perawatan medis dan psikososial IOM membantu RS. Polri untuk merenovasi Pusat Pelayanan Terpadu untuk perempuan dan anak-anak yang mengalami kekerasan, IOM telah bekerja untuk meningkatkan kemampuan kapasitas mitra organisasi melalui peningkatan kesadaran dan keahlian operasional untuk memberikan pelayanan kepada korban yang lebih berkualitas prima. 25

Prioritas IOM adalah untuk mendukung perlindungan bagi korban, melalui identifikasi yang benar, pemulangan yang aman, pemberian bantuan medis dan psikososial dan reintegrasi ke masyarakat. Melalui jaringan kerja pemerintah, LSM, Lembaga keagamaan yang memfokuskan pada konseling, koperasi simpan pinjam, dan kegiatan peningkatan pendapatan. IOM telah membantu lebih dari 3.000 korban atau sama dengan 100 orang perbulan. Pusat

25

IOM Indonesia, “Penjelasan Mengenai Penanganan Terhadap Korban Trafficking di IOM” artikel diakses pada 19 Juli 2011 dari http://www.iom.or.id/index.jsp?lang=ind.


(57)

Pemulihan terpadu telah menjadi tempat dimana korban dapat berlindung dan mendapatkan pemulihan dari semua bentuk kekerasan dan eksploitasi yang dialaminya selama berada dalam situasi perdagangan orang.26

Dari pemaparan di atas dapat dijelaskan bahwa IOM melakukan penanganan terhadap para korban trafficking dengan cara melakukan pemulihan fisik, psikis maupun mental korban di Pusat Pemulihan Terpadu.

b. Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”

Berbeda dengan penanganan terhadap korban trafficking yang dilakukan oleh International Organization for Migration (IOM), di Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta penanganan yang dilakukan adalah dengan cara memberikan beberapa program kepada mereka antara lain program-program bimbingan yang mencakup bimbingan keterampilan (keterampilan menjahit High Speed, Tata Kecantikan Rambut, Tata Rias Pengantin, Handycraft, serta Olah Pangan dan Kuliner), bimbinngan mental, bimbingan fisik, dan bimbingan agama, program bimbingan tersebut memiliki satu tujuan yang sama yaitu berusaha mengembalikan semangat serta rasa kepercayadirian terhadap korban dan menghilangkan rasa trauma yang berkepanjangan.27

Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta juga memberikan program keterampilan khusus yang disesuaikan dengan

26

Ibid 27

Hasil pengamatan peneliti saat berada dilokasi penelitian Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”, tanggal 19 Mei 2011.


(58)

bakat siswa/korban trafficking dengan tujuan utama agar setelah mereka keluar dari panti mereka dapat mempergunakan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di panti sehingga mereka dapat menjadi manusia yang mandiri serta dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat.


(59)

48

“MULYA JAYA” JAKARTA

A. Sejarah Berdirinya PSKW Mulya Jaya

Sebelum bernama Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”, pada awal berdirinya di tahun 1959 panti ini merupakan Pilot Proyek Pusat Pendidikan Wanita di Jakarta. Diresmikan oleh Mentri Sosial RI Bpk H. Moelyadi Djoyomartono (Alm) pada tanggal 20 Desember 1960 dan dinamakan “Mulya Jaya” yang artinya “ Wanita Mulya Negara Jaya”. Pada tanggal 1 Juni 1963 diresmikan sebagai Panti Pendidikan Wanita (PPW) “Mulya Jaya” dan di tahun 1969 diubah menjadi Pusat Pendidikan Pengajaran Kegunaan Wanita (P2KW).

Berdasarkan SK Mensos RI No. 41/HUK/Kep./XI/1979 berubah nama menjadi Panti Rehabilitas Wanita Tua Susila (PRWTS) “Mulya Jaya” Dan sejak tangggal 24 April 1995 ditetapkan sebagai Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mulya Jaya” Jakarta berdasarkan Kepmensos RI No. 22/HUK/1995.1

Dalam hal ini, Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta memiliki sarana untuk menampung korban trafficking yang mengalami kekerasan seksual, sarana tersebut diberi nama Rumah Perlindungan Sosial

1

DEPSOS RI, Standard Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila, Jakarta:2007


(60)

Wanita (RPSW), dimana RPSW adalah bentuk multi layanan dari Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta yang berfungsi memberikan perlindungan, pemulihan/rehabilitasi, advokasi dan reintegrasi wanita korban

trafficking yang mengalami eksploitasi fisik, psikis dan seksual.

Visi dan Misi RPSW adalah sebagai berikut:

1. Visi

Menjadi pusat pelayanan dan perlindungan bagi wanita korban eksploitasi seksual yang di trafficking secara propesional.

2. Misi

Memberi perlindungan, advokasi, rehabilitas sosial, pengembangan kemampuan dan keterammpilan hidup dan pemenuhan hak-hak dasar wanita yang membutuhkan perlindungan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan mereka.

Adapun tujuan dari Rumah Perlindungan Sosial Wanita adalah sebagai berikut:2

1. Melidungi wanita agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya di masyarakat sesuai dengan hak dan kewajibannya.

2. Memulihkan kondisi fisik, psikis, mental, dan sosila wanita korban

trafficking yang terganggu akibat permasalahan yang dialaminya.

2


(61)

3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami wanita korban trafiking akibat dari tekanan dan trauma.

4. Mengembangkan relasi sosial, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat lingkungan sekitar.

Sedangkan fungsi dari Rumah Perlindungan Sosial Wanita adalah sebagai berikut:

1. Emergency Service

Pemberian Pelyanan segera bagi wanita korban trafficking yang dilacurkan baik yang dirujuk oleh lembaga perujuk maupun melalui penjangkauan langsung.

2. Protection

Memberikan perlindungan kepada wanita korban trafficking yang dilacurkan pihak-pihak tertentu yang sengaja ingin memanfaatkan kondisi rentan mereka.

3. Rehabilitasi

Mengembalikan keberfugsian sosial wanita korban trafficking yang dilacurkan, agar mereka dapat melaksanakan perannya di masyarakat.

4. Recovery

Melakukan pemulihan terhadap kondisi fisik, psikis, mental, sosial wanita korban trafficking yang dilacurkan.

5. Advokasi

Melakukan pembelaan hak-hak kelayen yang sudah dilanggar baik secara hukum maupun penyelesaian secara kekeluargaan, dan menghubungkan kelayen terhadap akses pelayanan yang dibutuhkan.


(62)

6. Reintegrasi/ Pemulangan

Penyatuan kembali korban ke masyarakat lembaga-lembaga formal dan informal serta pemulangan korban ke keluarga asli.

7. Monitoring dan Bimbingan lanjut

Untuk mencegah terulangnya kembali praktek-praktek perdagangan orang pada diri kelayen pasca pemulihan, maka dilakukan pemantauan agar usaha yang telah dicapai dapat dipertahankan.

B. Visi dan Misi Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”

Visi: Pelayanan dan rehabilitasi tuna susila yang bermutu dan profesional.

Misi:

1. Melaksanakan pelayanan dan rehabilitas tuna susila sesuai dengan panduan yang telah ada.

2. Mewujudkan keberhasilan pelayanan dan rehabilitas tuna susila sesuai dengan indikator keberhasilan, pelayanan dan rehabilitas tuna susila. 3. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan pihak-pihak terkait,

pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi tuna susila.3

3

Laporan Kelompok Praktikum mahasiswa PMI di Panti Sosial Karya Wanita ”Mulya Jaya”, Jakarta:2010


(63)

C.Struktur Organisasi Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya”

Adapun struktur organisasi berdasakan Kep. Mensos RI, No. 106 HUK 2009. Adalah sebagai berikut.


(1)

Gambar 7: Ruang Tamu Rumah Perlindungan Sosial Wanita, RSKW “Mulya Jaya”

Gambar 8: Kamar Tidur Siswa Rumah Perlindungan Sosial Wanita, RSKW “Mulya Jaya”


(2)

Gambar 9: kegiatan bimbingan keterampilan Tata Kecantikan Rambut


(3)

Gambar 11: Kegiatan Bimbingan Keterampilan Tata Rias Pengantin


(4)

Gambar 13: Perlengkapan Keterampilan Tata Rias Pengantin


(5)

Gambar 15: Hasil Kegiatan Bimbingan Keterampilan High Speed


(6)

Contoh Sertifkat