Yurisprudense menyatakan bahwa norma aturan hukum dari suatu negara harus mencerminkan dan dibuat berdasarkan norma hukum moral atau rasa keadilan hukum
yang hildup dalam masyarakat
10
. Oleh karena itu apa yang dirumuskan dalam pandangan berbagai pihak dalam masalah hendak berfikir dengan kesadaran hukum
masyarakat Indonesia. Oleh karena pandangan-pandang yang kontroversi tersebut hendaknya dikerucutkan menjadi satu pangkal yang selaras dengan keimanan, ketaatan
dan perbaikan untuk masyarakat banyak umumnya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Rajam adalah hukuman yang diatur dalam hukum Islam dengan cara dipendam setengah badan dan dilempari batu sedang sampai mati karena telah melukan
perzinahan dan pelaku telah menikah, hukuman rajam ini berupa penjerahan pada badan dan kematian. Namun adanya pandangan lain dari deklarasi Internasional yang
melahirkan tentang konvensi anti penyiksaan dan hukuman mati yang juga membahas tentang etika penghukuman dimana tidak ada bentuk penyiksaan dan penghinaan
dalam penghukuman hal ini menjadi sebuah titik tengkar pandangan antara hukum Islam dan HAM Internasional. Hal inilah yang menyebabkan hukuman rajam
cenderung dianggap sebagai hukuman yang tidak layak untuk diterapkan di masa ini dalam hukum Indonesia. Sementara perbedaan pandangan yang datang dari umat
Islam sendiri atau dari kalangan barat, namun tak lain hal ini dilatar belakangi dari perbedaan pandangan akan cara penghukuman rajam yang cederung dinilai menyiksa
10
Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zina Menurut Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Jakarta : Satelit Buana, Bulan Bintang, 2003, h.14
dan membunuh terhukum yang mana dalam hal ini HAM tidak membenarkannya. Dengan uraian yang ada di atas penulis membatasi penelitian ini agar permasalahan
menjadi lebih jelas dan mengarah kepada titik permasalahan serta agar ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas tidak terlalu meluas dan melebar, akan tetapi terfokus
pada satu masalah yang menjadi akar permasalahan sehingga pembahasan dan analisa permasalahan dapat dirincikan secara mendalam.
Dalam pembahasan dan kajian ini adalah pidana rajam menurut pandangan hukum Islam yang dibatasi pada pengertian dari hukum rajam itu sendiri, kemudian
penulis juga membahas perihal yang berkenaan dengan sejarah rajam di zaman Rasul. Dalam hal ini juga hanya membatasi pada kandungan nash yang berkenaan dengan
pidana rajam, berikut pandangan ulama Islam tentang pidana rajam. Sanksi pidana rajam dijatuhkan untuk orang yang sudah menikah karena melakukan zina atau
pemerkosaan. Tidak termasuk ke dalam pembahasan ini hukuman cambuk seratus kali, dan pengasingan selama setahun. Pemerkosaan lebih berat dari perzinahan bagi
pelakunya karena perbuatan zinanya dan tindakan memaksanya yang berdampak menyakiti segi fisik atau pun psikhis dari korban, dan bagi korbannya tidak dikenai
hukuman karena dia dalam keadaan dipaksa dan tidak berdaya. Adapun pelaku perzinahan dari wanita atau lelaki yang belum menikah tidak dibahas karena tidak
masuk dalam kategori dirajam, penulis membahas sedikit tentang perzinahan orang yang telah menikah ini dalam mengkaitkan kepada titik dan akar permasalahan.
Demikian juga halnya dengan tindak pidana yang lain dalam hukum pidana Islam seperti delik-delik hudud selain perzinahan bagi yang telah menikah maupun qishash
diyat dan ta’zir yang hukumannya selain pidana rajam atau sanksi pidana yang lain dalam hukum Islam penulis tidak membahas dalam penelitian ini.
Selanjutnya penulis membatasi pembahasan ini pada latar belakang lahir nya HAM, dan membahas kandungan HAM tentang konvensi anti penyiksaan dan
hukuman mati, dengan mengasumsi hasil deklarasi hukum Internasional tentang HAM dan ketentuan atas hukuman yang berbentuk penyiksaan, kematian dan penghinaan
terhadap badan dan martabat, serta membahas HAM menurut Islam dalam sorotan piagam madinah, dan tidak membahas tentang keputusan HAM yang lain selain terkait
pada ketentuan anti penyiksaan dan hukuman mati. Penulis tidak membahas tentang keputusan HAM pada Deklarasi lain selain deklarasi universal hukum Internasional
tentang HAM terkait larangan bentuk hukuman yang menyiksa. Dalam hal ini juga penulis akan membahas tentang aplikasi HAM di negara Indonesia.
Selanjutnya penulis juga mengemukakan tentang suatu perbandingan antara pandangan hukum Islam dan HAM tentang pidana rajam, bagaimana hukum Islam
mengatur tentang pidana rajam dan bagaimana HAM mengatur tentang penyiksaan dalam hukuman mati yang mana keduanya saling bertolak belakang. Maka dalam hal
ini penulis hanya memasukkan berbagai sebab yang menjadi latar belakang titik tengkar perbedaan dan juga persamaannya dari hukum Islam dan HAM. Kemudian
juga penulis akan menguraikan tentang kompatibelitas hukum tuhan yang mana pidana rajam menurut pandangan hukum Islam adalah produk hukum Tuhan. Di samping itu
juga pada hal ini memaparkan tentang aspek mashlahat dari pidana rajam.
Perbandingan antara keduan pandangan tersebut dalam hal titik tengkarnya menyikapi tentang hukum pidana rajam dan penyiksaan dalam hukuman penulis akan
membahas tentang titik persamaan antara Islam dan HAM, dan juga sisi perbedaannya. Berikut dengan teori-teori yang ada dalam Islam dan HAM serta sumber akan kedua
hukum tersebut diambil. Serta menarik kesimpulan dari perbandingan kedua pandangan antara hukum Islam dan HAM tentang hukum pidana rajam.
Jadi penelitian dan pembahasan masalah pidana rajam dalam pandangan hukum Islam dan HAM pada analisa ini dilakukan dengan metode pendekatan
normative atau study pustaka. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan normatif sebagaimana kita ketahui bersama merupakan pendekatan melalui aturan hukum
pidana Islam Al- Qur’an dan Hadist, KUHP dan RUU KUHP, Deklarasi Universal
Tentang HAM, Piagam Madinah serta buku lainnya, kemudian jalur pustaka terkait
masalah pandangan hukum Islam dan HAM dalam hukum pidana rajam.
Dengan adanya pembatasan masalah seperti disebutkan di atas maka pokok- pokok masalah atau pembahasan yang akan diteliti dan dibahas dalam analisa ini perlu
dirumuskan dengan perumusan sebagai berikut: a.
Bagaimana hukum Islam mengatur tentang pidana rajam? b.
Bagaimana HAM dalam Islam dan HAM Internasional mengatur tentang pemidanaan terkait penyiksaan dan hukuman mati?
c. Bagaimana perbandingan antara hukum Islam dan HAM tentang pidana rajam?
Selanjutnya mengenai subpokok masalah yang dibahas dalam pembahasan ini adalah pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut yang ingin diungkap berikutnya yaitu:
bagaimana cara dan etika melakukan pidana rajam? Apakah syarat-syarat untuk diberlakukannya rajam? Mengapa terjadi perbedaan pendapat dalam masalah rajam
baik dalam ulama Islam maupun kaum barat? Jika demikian halnya maka bagaimana pandangan HAM terhadap hukuman rajam? Dan beberapa kovenant HAM terkait
pemidanaan. Demikianlah kira-kira ruang lingkup permasalahan yang diteliti dan akan
dibahas dalam karya ilmiah ini selanjutnya. Pembahasan dan analisa masalah yang akan dilakukan melalui pendekatan dalil-dalil naqli ayat-
ayat Alqur’an dan hadist serta dalil-dalil aqli dan berbagai pendapat para ulama dan beberapa dokumen tentang
HAM. C.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan umum dari penulisan ini adalah:
1. Untuk menjelaskan, memberi pemahaman dan mengangkat kepermukaan
warga Indonesia bagaimana Islam mengatur tentang hukum pidana rajam, dan bagaimana HAM mengatur tentang pemidanaan.
2. Untuk menjelaskan dan memberi pemahaman kepada masyarakat tentang
perbandingan dari pandangan hukum Islam dan HAM tentang pidana rajam.
3. Memberikan sumbangan pemikiran dan solusi titik terang antara perbedaan
dan titik tengkar dari pandangan hukum Islam dan HAM tentang pidana rajam
D. Metode Penelitian