Maksudnya adalah orang yang pernah bersetubuh dengan wanita yang halal dari nikah yang sahih. Meski ketika bersetubuh itu tidak sampai mengeluarkan mani.
Ini adalah yang maksud dengan ihshan oleh Asy-Syafi`iyah
83
. Bila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka pelaku zina itu bukan muhshan sehingga pidana rajampun
menjadi gugur.
1. Penetapan Vonis Pidana Rajam
84
Dalam syariat Islam pelaksanaan rajam bisa dilakukan namun harus ada ketetapan hukum yang sah dan pasti dari sebuah mahkamah syariah atau pengadilan
syariat. Dan semua itu harus melalui proses hukum yang sesuai pula dengan ketentuan dari apa yang telah di tetapkan dalam syariat Islam. Allah telah menetapkan
bahwa hukuman zina hanya bisa dijatuhkan hanya melalui salah satu dari dua cara :
a. Ikrar atau pengakuan dari pelaku
Pengakuan sering disebut dengan `sayyidul adillah` yaitu petunjuk yang paling utama
85
. Karena pelaku langsung mengakui dan berikrar di muka hakim bahwa dirinya telah berzina, maka tidak perlu adanya saksi-saksi. Di zaman Rasulullah
83
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005 , Cet Ke-1, h. 27, lihat juga pada Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP,
Jakarta: Bulan Bintang dan Satelit Buana, 2003, h. 89.
84
Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Jakarta: Bulan Bintang dan Satelit Buana, 2003, h. 51.
85
A. Hassan,Tarjamah Bulughul Maram Ibnu Hajar Al- ‘Atsqalani, Bandung: Diponogoro,
1999, cetakan ke-23, hadist No. 1188, h. 521. Lihat juga pada Ibnu Hajar Al- ‘Atsqalani yang ditulis
oleh Mahmud Amin Nawawi, Bulugh al-Maram min adillati al-Ahkam, Surabaya: Maktabah Shahabat Ilmu, 1378 H, h. 271, hadist No. 5 pada kitab hudud, dan lihat juga pada catatan kaki hadist
ini No. 1 dan 2.
SAW, hampir semua kasus perzinahan diputuskan berdasarkan pengakuan para pelaku langsung. Seperti yang dilakukan Maiz dan wanita Ghamidiyah
86
.
Teknis pengakuan atau ikrar didepan hakim adalah dengan mengucapkan sekali saja. Hal itu seperti yang dikatakan oleh Imam Malik r.a, Imam Asy-Syafi`i r.a,
Daud, At-Thabarani dan Abu Tsaur dengan berlandaskan apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada pelaku zina
87
. Beliau memerintahkan kepada Unais untuk mendatangi wanita itu dan menanyakannya, `bila wanita itu mengakui perbuatannya,
maka rajamlah`. Hadits menjelaskan kepada kita bahwa bila seorang sudah mengaku maka rajam berlaku dan tanpa memintanya mengulang-ulang pengakuannya.
Namun Imam Abu Hanifah r.a. mengatakan bahwa tidak cukup hanya dengan sekali pengakuan, harus empat kali diucapkan di majelis yang berbeda. Sedangkan
pendapat Al-Hanabilah dan Ishaq seperti pendapat Imam Abu Hanifah r.a, kecuali bahwa mereka tidak mengharuskan diucapkan di empat tempat yang berbeda.
Bila orang yang telah berikrar bahwa dirinya berzina itu lalu mencabut kembali pengakuannya, maka hukuman hudud bisa dibatalkan
88
. Pendapat ini didukung oleh Al-Hanafiyah, Asy-Syafi`iyyah dan Imam Ahmad bin Hanbal r.a.
Dasarnya adalah peristiwa yang terjadi saat eksekusi Maiz yang saat itu dia lari
86
Ibnu Hajar Al- ‘Atsqalani yang ditulis oleh Mahmud Amin Nawawi, Bulugh al-Maram min
adillati al-Ahkam, Surabaya: Maktabah Shahabat Ilmu, 1378 H, h. 272, hadist No. 9dan 10, pada kitab hudud, dan lihat juga pada catatan kaki hadist ini No. 4 dan 5.
87
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, cetakan ke-1, h. 35.
88
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, cetakan ke-1, h. 39.
karena tidak tahan atas lemparan batu hukuman rajam. Lalu orang-orang mengejarnya beramai-ramai dan akhirnya mati. Ketika hal itu disampaikan kepada Rasulullah
SAW, beliau menyesali perbuatan orang-orang itu dan bersabda: “Mengapa tidak kalian biarkan saja dia lari”
Sedangkan bila seseorang tidak mau mengakui perbuatan zinanya, maka tidak bisa dihukum. Meskipun pasangan zinanya telah mengaku.
Dasarnya adalah sebuah hadits berikut
89
:
Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata bahwa dia telah berzina dengan seorang wanita. Lalu Rasulullah SAW mengutus seseorang untuk
memanggilnya dan menanyakannya, tapi wanita itu tidak mengakuinya. Maka Rasulullah SAW menghukum laki-laki yang mengaku dan melepaskan wanita yang
tidak mengaku.
b. Adanya Saksi yang Bersumpah di depan Mahkamah