HAM dalam Islam KONSEP HAM INTERNASIONAL TERKAIT PEMIDANAAN DAN HAM

1993 diselenggarakan konferensi dunia tentang HAM yang dihasilkan Sekjen Wina sebagai penegasan HAM di seluruh dunia termasuk Indonesia. Dalam konferensi itulah Sekjen PBB Boutros Ghali menyatakan “Bahwa yang menyetujui Deklarasi Vienna dan Piagam Aksi itu, adalah mereka yang memahami komitment masyarakat Internasional dalam memajukan dan melindungi hak-hak asasi manusi a”. 41 Indonesia merupakan salah satu negara yang bergabung dalam keanggotaan PBB dan telah resmi menjadi anggota Komisi Hak-Hak Asasi Manusia yang berpusat di Jenewa sejak januari 1991, menyambut deklarasi wina tersebut. Maka pada tahun 1993, melalui KEPPRES RI No. 501993, dibentuklah Komisi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Komnas HAM. Keputusan tersebut segera disusul dengan KEPPRES No. 476 tahun 1993 tentang susunan organisasi dan personilnya. 42 Sejalan dari terbentuk pula sebuah Undang-undang Republik Indonesia tentang Hak Asasi Manusia HAM No. 39 Tahun 1999.

D. HAM dalam Islam

Di atas telah di paparkan tentang HAM yang semua nya berasal dari PBB atau kemajuan barat. Namun sejauh ini perlu untuk di ketahui bahwasanya dalam Islam pun telah ada komitmen HAM hak-hak Asasi Manusia jauh sebelum HAM di 41 Deklarasi Vienna, Program Aksi Konferensi Dunia Hak-hak Asasi Manusia, Jakarta: Komnas HAM, 1997, h. 1. 42 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, Edisi Pertama, 2003, h. 104. Indonesia dan barat terbentuk, bahkan HAM menurut Islam sendiri telah ada dan lahir ketika zaman dakwah Nabi Muhammad SAW. Dari apa yang telah dikaji dalam Islam bahwasanya Hak yang bersifat absolut menurut Islam ada di tangan kekuasaan Allah. Allah adalah pemilik yang sesungguhnya atas apa yang ada pada alam semesta termasuk manusia itu sendiri. Oleh karena itu disamping memiliki hak namun manusia juga memilki kewajiban kepada Tuhan penciptanya maupun kepada manusia dan makhluk lainnya yang mesti di penuhi sebelum datangnya hak. Dari kalimat tersebut sepanjang ajaran Islam, Allah adalah pemilik hak mutlak, sebaliknya manusia sebagai khalifah di bumi yang bertugas sebagai pengemban amanah mewujudkan kemashlahatan manusia lahiriyah dan bathiniyah dan juga berikut alam semesta. Dalam pemahaman Islam hak akan timbul tanpa dituntut jika manusia masing-masing mentaati apa yang menjadi kewajiban terhadap Allah SWT. Yang mana hal tersebut selalu terlukis dalam ikrar lima kali setiap hari saat mendirikan shalat:           Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam QS. Al- An’am :162. Dalam hal ini penulis katakan dalam hal ini seperti apa yang telah ditulis dalam karya Ahmad Kosasih dalam bukunya yang berjudul HAM Dalam Persfektif Islam bahwasanya manusia adalah jagat kecil atau suatu mikrokosmos yang menjadi cermin bagi jagat besar atau makrokosmos yang meliputi alam semesta. Manusia adalah puncak ciptaan Tuhan yang mana dikirim ke bumi untuk menjadi khalifah atau wakilNya. Dalam pandangan Islam HAM adalah tuntutan fitrah manusia 43 . Dismping itu manusia mempunyai nilai yang sangat tinggi di muka bumi ini, oleh Islam ditempatkan sebagai makhluk yang memilki keutamaan dan kemulian, memilki harkat dan martabat sebagaimana apa yang telah dismpaikan dalam QS. Al- Isra ayat 70                   Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan QS. Al- Isra’ : 70. Adapun dalam Islam bukan hanya terdapat HAM hak asasi manusia, akan tetapi berimbang dengan KAM kewajiban asasi manusia yang mana jika tidak terpenuhinya kewajiban maka tidak didapatkannya pula haknya. Islam juga membatasi hak dan kebebasan seseorang dengan hak dan kebebasan orang lain, maka 43 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, Edisi Pertama, 2003, h. 29. hendaknya tidak dibenarkan untuk mendapatkan hak yang menghilangkan atau mengganggu hak orang lain. Seperti : 1. Dengan perbuatannya dapat merugikan orang lain. 2. Perbuatan tersebut tidak menghasilkan manfaat bagi dirinya, sebaliknya menimbulkan kerugian baginya. 3. Perbuatan tersebut menimbulkan bencana umum bagi masyarakat. 44 Maka dengan adanya hal di atas mesti terdapat perimbangan antara hak individu dan masyarakat beserta kewajiban asasi nya terhadap Tuhan dan manusia. Dalam hal ini negara-negara Islam pun mempunyai ketentuan tentang garis-garis HAM yang mereka anut, yang mana pada beberapa muatannya terdapat garis yang sama namun juga tidak sedikit garis dan unsur yang berbeda. Dalam hukum Islam jelas tingginya kedukan antara HAM Hak Asasi Manusia dan KAM Kewajiban Asasi Manusia 45 . Seperti apa yang telah ditunjukkan pada ayat- ayat berikut: Perintah untuk saling mengenal dan toleransi antar manusia Q. S. 49, ayat: 13                        44 Ahmad Zaki Yamani, Syari’at Islam Yang Abadi Menjawab Tantangan Masa Kini, Bandung: Al- Ma’arif, 1974, h. 47. 45 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. Xi. Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Q. S. 49, ayat: 13 Perintah untuk menunaikan amanat Q.S. 4, ayat: 58                             Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat . Q.S. 4, ayat: 58 Ayat bagi para penentang hukum Allah Q. S. 4; 105                  Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang orang yang tidak bersalah, karena membela orang-orang yang khianat. Q. S. 4, ayat: 105 Dan sesungguh nya masih banyak ayat-ayat Al- Qur’an yang menunjukkan atas makna kewajiban namun dalam hal ini sebuah kewajiban yang telah diberikan Tuhan terhadap manusia melebihi nialai hak asasi manusia 46 . Hak yang bersifat absolut dalam hukum Islam hanya ada pada Allah. Allah adalah maha pemilik yang sesungguhnya atas segala apa yang ada pada alam semesta termasuk manusia sejatinya 47 . Oleh karena itu selain manusia memilki hak asasi, manusia juga mempunyai kewajiban asasi baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada manusia dan makhluk lainnya. Sejauh ini hukum Islam pun merumuskan tentang HAM dan KAM sebagai aplikasi dari apa yang ada pada ayat- ayat Al- Qur’an dan Sunnah Nabi, yang mana manusia mempunyai tugas sebagai khalifah Nabi sehingga tertuang konsep HAM dan KAM Islam tersebut dalam konstitusi yang terjadi pada era nabi Muhammmad yang disebut Piagam Madinah. Disamping itu negara-negara Islam pun merumuskan konsep HAM dan KAM dalam rancah Deklarasi Kairo 5 Agustus 1990 yang dikenal dengan Cairo Declaration CD 48 . 46 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. Xi. 47 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. xii. 48 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, Edisi Pertama, 2003, h. xxv Piagam Madinah Piagam ini adalah piagam perjanjian atau jaminan yang di berikan Nabi Muhammad SAW kepada umat muslim dan kaum Yahudi Madinah mengenai hak dan kewajiban untuk mengadakan sulhun perdamaian dan perbaikan dalam lingkungan Madinah ketika masa Nabi Muhammad SAW yang mana ketika itu beliau bukan hanya sebagai Rasul dan kepala agama tapi juga beliau adalah pemimpin negara yang membuatkan piagam madinah bagi segenap warganya sebagai konstitusi yang diikuti dan berisi 49 : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ini adalah piagam dari Muhammad SAW dan berlaku bagi orang beriman dan Islam yang berasal dari suku Quraisy dan Yatsrib Madinah serta orang-orang yang mengikuti, menggabungkan diri dan berjuang dengan mereka. 1. Sesungguhnya mereka adalah satu umat, di luar golongan orang lain. 2. Kaum Muhajirin dari suku Quraisy, sesuai dengan kebiasaan mereka sebelumnya, bersama-sama menerima atau membayar tebusan darah antar sesama mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di sesama orang-orang Mukmin. 3. Bani Auf, sesuai dengan kebiasaan mereka, bersama-sama membayar tebusan darahseperti yang sudah-sudah, dan setiap suku menebus tawanan mereka dan mereka sendiri dengan baik dan adil di antara sesama Mukmin. 4. Bani Sa’idah, sesuai dengan kebiasaan mereka, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah, dan setiap suku menebus tawanan mereka sendiri dengan baik dan adil di antara sesama orang-orang Mukmin. 5. Bani Hars, sesuai dengan kebiasaan mereka, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah, dan setiap suku menebus 49 Nourouzzaman shiddiqi, Piagam Madinah, dalam M. Luqman Hakim, ed., Deklarasi Islam Tentang HAM, Surabaya: Risalah Gusti, 1993, h. 178. tawanan mereka sendiri dengan baik dan adil di antara sesama orang- orang Mukmin 50 . 6. Bani Jusyam, sesuai dengan kebiasaan mereka, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah, dan setiap suku menebus tawanan mereka sendiri dengan baik dan adil di antara sesama orang- orang Mukmin. 7. Bani Najjar, sesuai dengan kebiasaan mereka, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah, dan setiap suku menebus tawanan mereka sendiri dengan baik dan adil di antara sesama orang- orang Mukmin 51 . 8. Bani Amr Bin Auf, sesuai dengan kebiasaan mereka, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah, dan setiap suku menebus tawanan mereka sendiri dengan baik dan adil di antara sesama orang-orang Mukmin. 9. Bani Nabit, sesuai dengan kebiasaan mereka, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah, dan setiap suku menebus tawanan mereka sendiri dengan baik dan adil di antara sesama orang- orang Mukmin. 10. Bani Aus, sesuai dengan kebiasaan mereka, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah, dan setiap suku menebus tawanan mereka sendiri dengan baik dan adil di antara sesama orang- orang Mukmin 52 . 11. Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan seseorang, yang menanggung beban hidup dan hutang di antara sesama mereka. Mereka harus dibantu dengan cara yang baik dalam membayar tebusan tawanan perang atau menunaikan diat. 50 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 167, kemudian lihat juga pada Nourouzzaman shiddiqi, Piagam Madinah, dalam M. Luqman Hakim, ed., Deklarasi Islam Tentang HAM, Surabaya: Risalah Gusti, 1993, h. 178. 51 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 168. 52 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 168. 12. Seorang yang beriman tidak diperkenankan mengikat janji tertentu pada kelompko lain untuk memusuhi orang yang beriman lainnya 53 . 13. Orang-orang yang beriman dan bertaqwa harus menentang orang yang suka berbuat jahat, aniaya, permusuhan, dan kerusakan di antara orang mukmin sendiri, termasuk pada anak sendiri. 14. Orang beriman tidak boleh membunuh orang beriman lainnya, lantaran membunuh orang kafir. Tidak boleh juga orang mukmin membantu orang kafir untuk membunuh orang mukmin 54 . 15. Jaminan Allah SWT, itu satu yaitu jaminan perlindungan yang diberikan pada mereka yang lemah, sesungguhnya antara sesama mukmin itu saling membantu dan tidak bergantung satu sama lain. 16. Sesungguhnya orang-orang Yahudi yang mengikuti kita umat Islam berhak atas pertolongan dan persamaan, selam mereka tidak menzhalimi umat Islam 55 . 17. Perdamaian bagi seluruh orang yang yang beriman adalah satu, seseorang yang beriman tidak boleh melakukan perdamaian secara mandiri dalam suatu peperangan di jalan Allah SWT, tanpa menyertakan seseorang yang beriman yang lain, kecuali jika perdamaian yang dibuat itu mengandung hak-hak prinsip-prinsip keadilan yang sama. 18. Setiap orang yang satu pasukan dengan kita umat Islam harus bekerja sama satu dengan yang lainnya. 19. Orang-orang beriman boleh menuntut bela atas pembunuhan orang beriman lainnya dalam peperangan di jalan Allah SWT. Mereka yang beriman dan bertaqwa berada dalam petunjuk yang baik dan benar. 20. Orang Musyrik Madinah dilarang melindungi harta dan jiwa orang musyrik Quraisy, dan mereka musyrik Madinah tidak boleh campur tangan ketika orang mukmin berperang dengan musyrik Quraisy 56 . 53 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 169. 54 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 169. 55 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 168. 56 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 170. 21. Siapa yang membunuh orang mukmin dan perbuatannya itu didukung oleh bukti-bukti yang kuat, maka si pembunuh itu harus dikenai hukum bunuh Qishash, kecuali wali orang yang dibunuh itu rela menerima diat. Seluruh orang yang beriman harus bersatu dalam melaksanakan hukuman bunuh terhadap si pembunuh. 22. Tidak dibenarkan bagi orang beriman mengakui piagam ini dan percaya kepada Allah SWT dan hari Akhir, namun di sisi lain membantu dan melindungi pembunuh. Siapa yang membantu dan melindungi pembunuh maka akan dimurkai dan dikutuk oleh Allah SWT di hari kiamat nanti, di saat penyesalan tidak berlaku lagi 57 . 23. Apabila terjadi suatu perselisihan di antara kamu, maka kembalilah pada ketentuan Allah SWT, dan keputusan Muhammad SAW. 24. Orang-orang kaum Yahudi memikul biaya perang bersam orang-orang mukmin. 25. Orang-orang Yahudi dan Bani Auf, adalah satu umat dengan orang mukmin. Orang-orang Yahudi hendaknya berpegang teguh pada agama mereka, dan orang Islam pun berpegang teguh pada agama mereka, termasuk juga sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi orang yang bernuat aniaya dan durhaka, orang-orang seperti ini hanya akan merusak diri dan keluarga mereka. 26. Kaum Yahudi Bani Najjar, Bani Hars, Bani Sa’idah, Bani Jusyam, Bani Aus, Bani Sa’labah termasuk suku Jafnah dan sekutu-sekutunya yang lain, Bani Syutaibh diperlakukan sama sebagaimana Bani Auf, kecuali bagi mereka yang berbuat zhalim dan jahat. Karena kezhaliman dan kejahatan hanya akan merusak diri dan keluarga mereka. 27. Kerabat kaum Yahudi di luar kota Madinah sama seperti mereka Yahudi Madinah 58 . 28. Tidak seorang pun dibenarkan keluar untuk perang kecuali seizin Muhammad SAW. 29. Seseorang tidak boleh dihalangi untuk menuntut haknya, karena ia dilukai oleh orang lain. Jika seseorang diserang, maka wajib baginya dan keluarganya untuk menjaga diri, kecuali ia berbuat aniaya 57 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 170. 58 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 171, lihat juga pada Nourouzzaman shiddiqi, Piagam Madinah, dalam M. Luqman Hakim, ed., Deklarasi Islam Tentang HAM, Surabaya: Risalah Gusti, 1993, h. 181. sebelumnya. Sesungguhnya Allah SWT telah membenarkan ketentuan ini. 30. Orang-orang Yahudi dan orang-orang mukmin memiliki kewajiban yang sama yaitu saling menasehati, saling memenuhi janji tanpa berkhianat 59 . 31. Seseorang tidak berhak menanggung hukuman akibat kesalahan sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang teraniaya. 32. Orang-orang Yahudi dan orang-orang mukmin secara bersama-sama memikul biaya peperangan 60 . 33. Tanah Yatsrib Madinah adalah kota haram suci yang dihormati oleh orang-orang yang mengakui piagam madinah ini. 34. Para tetangga itu seperti jiwa sendiri, tidak boleh diganggu dan dikenai perbuatan jahat. 35. Tempat-tempat yang dihormati tidak diperkenankan untuk didiami kecuali seizin warganya Madinah 61 . 36. Apabila terjadi perselisihan antara pendukung piagam ini, yang dikhawatirkan menimbulkan kerusakan, maka penyelesaiannya diserahkan kepada Allah SWT bersama orang-orang yang teguh dan setia memegang piagam ini. 37. Sesungguhnya tidak ada perlindungan bagi kaum quraisy Makkah dan para pendukung mereka. 38. Para pendukung piagam ini harus saling membantu dalam menghadapi penyerang kota Madinah. 39. Apabiala para pendukung piagam ini diajak berdamai oleh para penyerang, maka kaum mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan kewajiban masing-masing sesuai dengan tugasnya 62 . 59 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 171. 60 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 171 61 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 171. 62 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 172. 40. Orang-orang Yahudi Aus, baik dari diri mereka sendiri atau para sekutunya, memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti kelompok lain pendukung piagam ini, yaitu mendapat perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung piagam ini. 41. Setiap kebaikan kesetiaan itu berbeda dari kejahatan penghianatan dan seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, sesungguhnya Allah SWT bersama pihak yang benar dan patuh terhadap isi piagam ini. 42. Seseorang tidak akan melanggar isi piagam ini, kecuali mereka yang berbuat aniaya dan jahat 63 . 43. Siapa saja yang keluar bepergian dari Madianah, atau tetap berada di Madinah dijamin keselamatannya, kecuali mereka yang zhalim dan khianat. 44. Allah SWT dan Muhammad SAW adalah penjamin orang yang berbuat baik dan taqwa. Demikianlah uraian tentang isi piagam Madinah akan jaminan hak dan kewajiban yang diberikan oleh Nabi Muhammad kepada segenap warga Madinah ketika masa awal mula berdiri Islam. . 63 Ahmad Kosasih, HAM Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, ed-1, h. 172. 99

BAB IV PERBANDINGAN HUKUM ISLAM DAN HAM TENTANG PIDANA RAJAM