bahwasanya  masih  ada  umat  Islam  yang  sejati  memeluk  hukum  agamanya  dengan memberlakukan  pidana  rajam  bagi  anggotanya  yang  melakukan  zina  muhshan.  Hal
ini diyakini oleh para kelompok laskar jihad ahlu sunnah wal jama’ah karena lebih baik dan lebih mempunyai nilai mashlahat bagi masyarakat  yang mana bukan hanya
mematuhi  perintah  Al- Qur’an  dan  sunnah  namun  juga  sebagai  pembersihan  dan
pensucian bagi pelaku dan masyarakat sekitarnya.
B. Kandungan Nash tentang Pidana Rajam
Syariat  Islam  mengatur  rajam  sebagai  mana  hukum  terdahulu  sebelum  Islam mengatur  dan  memberlakukannya
syar’un  qoblana
32
,  yang  mana  semua  itu ditujukan  karena  kepatuhan  seluruh  umat  Islam  terhadap  ketetapan  yang  telah
ditetapkan oleh Allah ‘azza wa jalla jalaaluhu. Kepatuhan tersebut memang karena telah  ada  ketentuan  tentang  dalil-dalil  yang  mengharuskan  umat  Islam  untuk
memberlakukan pidana rajam. Seperti apa yang telah diterangkan di atas bahwasanya hukuman rajam dikenakan pada pelaku zina Muhshan orang yang telah menikah hal
ini telah ditegaskan dalam hadist nabi Muhammad saw yang berbunyi
33
:
32
Abdul  Hamid  Hakim,  Ushul  al-Fiqh,  Ponorogo:  Darussalam  Press  dan  Maktabah Sa’adiyah Peteran,1927, h. 52.
33
Imam  Abu  Hasan  Muslim  Ibnu  Hajjaji  Al-Quraisy  An-Naisaburi  w  206-261,  Shahih Muslim,  Darul  Fikri:  juz  ke  2,  1998,  h.  108,  hadist  no:  3211,  lihat  juga  pada  Zainudin  Ali,  Hukum
Pidana Islam , Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 42 Hadist yang dikutip dari CD Holy Qur’an da Hadist
Riwayat Buhkari dan Muslim Th. 2002.
ا    ع  ع ت
: س   ا   ي ع ها  ص ها  س
: ع ا خ  ع ا خ
ها  عج ي س
. ج ا   ئ   ج  ي   ي ا   س
ئ    ج ا
ا ا اا  ع ج ا
يئ س ا
Artinya:  Dari  ubaidah  ibn  Ash-Shamit  ia  berkata:  Rasulullah  saw  bersabda: Ambillah  dariku,  ambillah  dariku,  sesungguhnya  Allah  telah  memberikan
jalan  keluar  hukuman  bagi  mereka  penzina.  Jejaka  dan  gadis hukumannya  dera  seratus  kali  dan  pengasingan  selama  satu  tahun
sedangkan duda dan janda dera seratus kali dan rajam. diriwayatkan oleh
jama’ah: Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi kecuali Bukhari dan Nasa’i. Sebagaimana  kita  ketahui  bahwasanya  salah  satu  dari  fungsi  hadist  adalah
juga  sebagai  tafsir  atau  bayan  dari  ayat  Al- Qur’an  atau  keterangan  yang  berupa
perincian  dari  ayat  Al- Qur’an  yang  bersifat  global
34
.  Dalam  hadist  ini  menjelaskan tentang ketentuan hukuman cambuk bagi pelaku zina yang belum menikah sebanyak
seratus kali dera, adapun pelaku zina yang telah menikah di hukum dengan hukuman rajam
35
. Hadist ini menjelaskan tentang kandungan Nash Al- Qur’an yang berbunyi :
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya:   Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap- tiap  seorang  dari  keduanya  seratus  dali  dera,  dan  janganlah  belas
kasihan  kepada  keduanya  mencegah  kamu  untuk  menjalankan  agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
34
Muhammad  Abduh  Malik,  Perilaku  Zina  pandangan  Hukum  Islam  dan  KUHP,  Jakarta: Bulan Bintang dan Satelit Buana, h. 94.
35
Muhammad  Abduh  Malik,  Perilaku  Zina  pandangan  Hukum  Islam  dan  KUHP,  Jakarta: Bulan  Bintang  dan  Satelit  Buana,  h.  88,  kemudian  liat  juga  Zainudin  Ali,  Hukum  Pidana  Islam,
Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 39.
pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
36
QS. An Nuur : 2 Dalam  ayat  ini  juga  dijelaskan  selain  hukuman  cambuk  dan  rajam  yang
dikenakan  pada  pelaku  disamping  itu  juga  ada  kesempurnaan  hukuman  yang  mana mesti  tidak  ada  belaskasihan  terhadap  pelaku  dan  disaksikan  orang  banyak,  hal  ini
merupakan  bagian  dari  hukuman  tersebut  yang  mempunyai  daya  pencegahan  untuk yang lainnya
37
. Dan ayat lain yang berkaitan dengan hal ini antara lain :
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya:   Maka  demi  Tuhanmu,  mereka  pada  hakekatnya  tidak  beriman  hingga mereka  menjadikan  kamu  hakim  terhadap  perkara  yang  mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan  terhadap  putusan  yang  kamu  berikan,  dan  mereka  menerima
dengan sepenuhnya QS. An-Nisa ’: 65.
Surat An- Nisaa’ ayat 15
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
36
Yayasan  Penyelenggara  Penterjemah,  Dep.  Agama  RI,  Al- Qur’an  dan  Terjemahannya,
Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci Al- Qur’an, 1985, h. 543.
37
Muhammad  Abduh  Malik,  Perilaku  Zina  Pandangan  Hukum  Islam  dan  KUHP,  Jakarta: Satelit Buana, Bulan Bintang, 2003, h. 14.
Artinya: dan  terhadap  Para  wanita  yang  mengerjakan  perbuatan  keji
38
, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu yang menyaksikannya.
kemudian  apabila  mereka  telah  memberi  persaksian,  Maka  kurunglah mereka  wanita-wanita  itu  dalam  rumah  sampai  mereka  menemui
ajalnya,  atau  sampai  Allah  memberi  jalan  lain  kepadanya
39
.Q.S.  An- Nisa’:15
Ayat  ini  juga  menjelaskan  tentang  para  utusan  Allah  dari  para  nabi  yang memimpin  umat  nya  dengan  segala  ketentuan  yang  telah  ditetapkan  Allah  pada
mereka, namun dikala itu umat mereka menerima dan memberlakukan hukum rajam dalam bermasyarakat. Bahkan dalam kitab injil sekalipun Allah telah memberlakukan
hukum  rajam  tersebut  sama  hal  nya  sepeti  hukum  salib  sampai  mati,  namun kebanyakan  hal  tersebut  tidak  dihiraukan  oleh  pemeluknya  untuk  dijadikan  hukum
agama seperti apa yang di jelaskan dalam Al- Qur’an :
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya:   Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa  yang  diturunkan  Allah  didalamnya.  Barangsiapa  tidak  memutuskan
perkara  menurut  apa  yang  diturunkan  Allah,  Maka  mereka  itu  adalah orang-orang yang fasik QS. Al-Maidah : 47.
38
Perbuatan  keji:  menurut jumhur  mufassirin  yang dimaksud perbuatan  keji ialah perbuatan zina, sedang  menurut Pendapat  yang lain ialah  segala perbuatan  mesum  seperti : zina,  homo  sek dan
yang sejenisnya. menurut Pendapat Muslim dan Mujahid yang dimaksud dengan perbuatan keji ialah musahaqah  homoseks  antara  wanita  dengan  wanita.  Lihat  Al-
Qur’an dan Terjemahannya,  Op, Cit, No. 275
39
Menurut  jumhur  mufassirin  jalan  yang  lain  itu  itu  ialah  dengan  turunnya  ayat  2  surat  An Nuur. Lihat Ibid, No. 276
Pengikut  Injil  itu  diharuskan  memutuskan  perkara  menurut  apa  yang diturunkan Allah di dalam Injil sampai pada masa diturunkan Al-Qu
’ran. Orang yang tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah, ada tiga macam
40
: a
karena  benci  dan  ingkarnya  kepada  hukum  Allah,  orang  yang  semacam  ini kafir surat Al Maa-idah ayat 44.
b karena menurut hawa nafsu dan merugikan orang lain dinamakan zalim surat
Al Maa-idah ayat 45. c
karena dirinya telah fasik Al-Maa-idah ayat 47.
Di antara dalil dan aturan yang mengarahkan umat Islam untuk melaksanakan pidana  rajam  adalah  dalil  dari  hadist  nabi  muhammad  SAW  yang  berupa  hadist
41
fi’liy dan Qouly yang berbunyi :
س   ي ع ها ي ص ها  س   ا  س  ا    ج  ع :
ا ج ي ع   ج
Artinya:  Tentang  jabir  ibnu  samarah  berrkata  bahwasanya  Rasulullah  SAW melakukan rajam terhadap Ma’iz bin Malik dan beliau tidak mengungkit
tentang hukuman cambuk dera seratus kali HR. Muslim
42
.
40
Kata  sambutan  Bismar  Siregar  mantan  Hakim  Agung  R.I  pada  buku  Ahmad  Kosasih, HAM dalam Persfektif Islam Menyingkap persamaan dan perbedaan Antara Islam dan Barat,Jakarta:
Salemba Diniyah, 2003, ed ke-1, h. xiii
41
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam,Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 43.
42
Imam  Abu  Hasan  Muslim  Ibnu  Hajjaji  Al-Quraisy  An-Naisaburi  w  206-261,  Shahih Muslim, Darul Fikri: juz ke 2, 1998, h. 107, hadist no: 3205, lihat juga pada Ahmad Wardi Muslich,
Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, cet ke-1, h. 30. Lihat juga pada Zainuddin  Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 45.
Dan  hadist  ini  menjelaskan  tentang  apakah  tidak  perlu  hukuman  cambuk untuk  pelaku  yang  akan  dirajam,  karena  pada  akhirnya  pelaku  akan  mengalami
kematian.
Berikut dalil lain yang mewajibkan untuk merajam penzina muhshan
43
:
ع ها ها  ع
س   ع :
حي ا  س   ي ع ها  ص ها  س اإ  س
ا     ح أ :
ا   ج ,
ت    ج ,
ع  ج ا  ع  ت   ج س   ا
Artinya:   Dari  Masruq  dari  Abdillah  ra.  berakta  bahwa  Rasulullah  SAW  bersabda, Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga hal:
orang  yang  berzina,  orang  yang  membunuh  dan  orang  yang  murtad  dan keluar dari jamaah
HR. Muslim. Dan hadist yang diriwayatkan ol
eh ‘Aisyah salah satu istri Rasulullah saw
44
:
ها  س   ع  ع ها ي شئ ع  ع
س   ي ع ها  ص :
ح  اإ  س     حيا خ  ا
: ج يف
ح   ا ,
يف ا ع   س   ي  ج ,
اسإا ي  ج
أا    ي  أ ي  أ  يف  س  ها
حيف ححص   س ا   ا   أ  ا
ح ا .
Artinya: Dari  ‘Aisyah  r.a,  dari  Rasulullah  saw.  Bersabda:  tidak  halal  membunuh
seorang  muslim  melainkan  lantaran  tiga  perkara:  muhshan  yang  berzina maka  dirajam  dia,  dan  seorang  muslim  yang  membunuh  seorang  muslim
dengan  sengaja  maka  dia  dibalas  dengan  dibunuh,  dan  seorang  laki-laki yang  keluar  dari  Islam  kemudian  memerangi  Allah  dan  Rasul-Nya  maka
43
Imam  Abu  Hasan  Muslim  Ibnu  Hajjaji  Al-Quraisy  An-Naisaburi  w  206-261,  Shahih Muslim,  Darul  Fikri:  juz  ke  2,  1998,  h.  107,  hadist  no:  4194,  Muhammad  Abduh  Malik,  Perilaku
Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Jakarta, Bulan Bintang dan Satelit Buana, 2003, h. 95.
44
Abu Daud Sulaiman Ibnu Al- Asy’ast Al-Sajsatany w 275 H, Sunan Abu Daud, yang ditulis
oleh  Sidqi  Muhammad  Jamal,  Darul  Fikri:  juz  ke  3,  1994,  h.  135,  hadist  no:  4243,  lihat  juga  pada Ibnu Hajar Al-
‘Atsqalani yang ditulis oleh Mahmud Amin Nawawi, Bulugh al-Maram min adillati al- Ahkam, Surabaya: Maktabah Shahabat Ilmu, 1378 H, hadist No. 2 pada kitab jinayat, h. 254.
dibunuhlah dia atau disalib atau dibuang dia dari tanah airnya. HR. Abu Daud dan Nasa’i dan disahkan oleh Hakim
45
. Hadist  ini  menjelaskan  bahwa  hukuman  pelaku  zina  Muhshan  darahnya
dihalalkan atau pantas untuk dihukum mati.
khalifah  Umar  bin  Khatab
46
berkhutbah  ketika  selesai  menunaikan  ibadah hajinya di atas minbar di hadapan para shahabat:
ا  ع ّ ا  ا  ع
ع ها ي ف  ّخ  أ
: ي ع ها  ص ا ح   ع    ها  إ
ج ف ع   يع   أ   ج ا  يأ  ي ع  أا  يف  ف
ا  ي ع  أ   ح   س ع   ج   س   ي ع ها  ص ها  س
, ح
ّت  ا تيشخ ع
ا يف ها      ف  ج ا    يا  ج  ا  ئ    ي
ت ف
ي ها  أ
, ج ا  أ اأ
ها ف
ع ٌ ح ا إ
حأ ء س ا   ج ا
ي ا ت  ا إ ,
ح ا ت   أ ,
ف ا ع إا   أ ا   ا
س
Artinya:   Diriwayatkan  oleh  ibnu  Umar  Bin  Khatab  r.a  berkata;  Sesungguhnya Allah  telah  mengutus  Muhammad  SAW  dengan  sebenar-benarnya  dan
menerunkan  kepadanya  kitab  suci  Al- Qur’an  maka  dari  sebagian  yang
diturunkan kepadanya adalah  ayat  tentang rajam dan  kami membacanya, memeliharanya
dan mencernanya
maka Rasulullah
SAW pun
memberlakukan  rajam  dan  kami  melakukan  setelahnya,  aku  khawatir
45
Abu Daud Sulaiman Ibnu Al- Asy’ast Al-Sajsatany w 275 H, Sunan Abu Daud, yang ditulis
oleh  Sidqi  Muhammad  Jamal,  Darul  Fikri:  juz  ke  3,  1994,  h.  135,  hadist  no:  4243,  lihat  juga  A. Hassan,Tarjamah Bulughul Maram Ibnu Hajar Al-
‘Atsqalani, Bandung: Diponogoro, 1999, cetakan ke-23,  hadist  No.  1188,  h.  521.  Lihat  juga  pada  Ibnu  Hajar  Al-
‘Atsqalani yang ditulis oleh Mahmud Amin  Nawawi,  Bulugh  al-Maram  min  adillati  al-Ahkam,  Surabaya:  Maktabah  Shahabat  Ilmu,  1378
H, h. 271, hadist No. 5 pada kitab hudud, dan lihat juga pada catatan kaki hadist ini No. 1 dan 2.
46
Abu Hasan Nur Addin Muhammad Ibnu Abdul Hadi Assanadi w 1138 H,  Shahih Bukhari, Beirut Libanon: Darul Kutub Ilmiah, 1998, h. 338, hadist no: 4560, lihat juga  Zainudin Ali, Hukum
Pidana  Islam ,  Jakarta:  Sinar  Grafika,  2007,  h.  41  yang  dikutip  dari  CD  Holy  Qur’an  dan  Hadist,
Kumpulan Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim, Th 2002, Hadist, No. 997 lihat juga pada Muhammad Abduh Malik Op. Cit, h. 89, yang dikutip dari As-
San’ani, Subul al- Salam, Jilid. 4, h. 8. Dan Sayid Sabiq, fiqh al- Sunnah, Jilid. 2, h. 374.
bahwa  telah  berlalu  waktu  yang  panjang,  ada  orang  yang  mungkin  akan berkata;  “kami  tidak  menemukan  ayat  tentang  hukum  rajam  dalam
Kitabullah”,  sehingga  akibatnya  mereka  akan  tersesat  dengan meninggalkan  kewajiban  yang  telah  diwahyukan  Allah,  ketahuilah
bahwasanya  hukuman  rajam  itu  benar  di  dalam  kitab  Allah  ditimpakan atas  orang  yang  melakukan  hubungan  kelamin  yang  terlarang  berzina
sedangkan dia telah menikah dari laki-laki dan wanita, dan perbuatan itu dibuktikan  oleh  saksi-saksi,adanya  kehamilan,  atau  pengakuan
”.  HR. Bukhari dan Muslim.
Selain  itu,  sesungguhnya  hukuman  rajam  ini  pernah  diperintahkan  di  dalam Al-Quran, namun lafadznya dihapus tapi perintahnya tetap berlaku
47
. Khalifah Umar bin  Al-Khattab  yang  menyatakan  bahwa  dahulu  ada  ayat  Al-Quran  yang  pernah
diturunkan dan isinya
48
adalah :
ج ف  ي  ا إ  يش ا  خيش ا ها   ا   ا
Orang  yang  sudah  menikah  laki-laki  dan  perempuan  bila  mereka  berzina maka rajamlah sebagai balasan dari Allah.
Namun  lafadz  ayat  tersebut  kemudian  dinasakh  dihapus  tetapi  hukumnya tetap  berlaku  hingga  hari  kiamat.  Sehingga  bisa  dikatakan  bahwa  pidana  rajam
dilandasi bukan hanya dengan dalil Sunnah, melainkan dengan dalil Al-Quran juga.
Dari ayat Al- Qur’an dan Hadist yang dinasakh maupun tidak ini menunjukan
bahwasanya  di  zaman  nabi  Muhammad  banyak  terdapat  hukuman  rajam  yang dijatuhkan  pada  para  sahabat  yang  telah  mengakui  melakukan  perbuatan  zina
47
Pendapat al- San’ani, Subul as-Salam, Jilid 4, h.5-6, dan Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid.
2,  h.  350  yang  dikutip  dalam  bukunya  Muhammad  Abduh  malik,  Perilaku  Zina  Pandangan  Hukum Islam dan KUHP, Jakarta: Bulan Bintang dan Satelit Buana, 2003, h. 102.
48
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 47, lihat juga pada catatan  kaki No.2 pada Ibnu Hajar Al-
‘Atsqalani yang ditulis oleh Mahmud Amin Nawawi, Bulughu al-Maram min adillati al-Ahkam, Surabaya: Maktabah Shahabat Ilmu, 1378 H, h. 271.
muhshan.  Hadist  di  atas  menunjukkan  bahwasanya  hukum  Islam  sangatlah  adil  dan dikenakan  bagi  siapa  saja  tanpa  pandang  bulu  bahkan  sampai  pada  sahabat  terdekat
Nabi sekalipun. Hal di atas adalah beberapa kandungan Al- Qur’an dan Sunnah yang
menjelaskan sekaligus memerintahkan untuk memberlakukan hukuman rajam.
C. Pandangan Ulama tentang Pemberlakuan Pidana Rajam