Signifikansi atau Kegunaan Penelitian Penelitian Terdahulu yang Relevan

18 1. Menambah wawasan mengenai model pembelajaran pendidikan agama Islam yang sesuai bagi siswa berkebutuhan khusus. 2. Memberikan pemahaman tentang pentingnya memberikan perlakuan yang sama kepada siswa berkebutuhan khusus dalam mendapatkan pendidikan agama di lingkungan yang sama dengan siswa yang normal. 3. Memberikan motivasi kepada para pemikir pendidikan untuk mengadakan pembahasan lebih lanjut tentang pembelajaran pendidikan agama Islam bagi siswa berkebutuhan khusus untuk kemudian menemukan teori-teori baru yang bermanfaat khususnya bagi siswa berkebutuhan khusus. 4. Memberikan kesadaran kepada masyarakat khususnya orang tua bahwa pendidikan agama untuk siswa berkebutuhan khusus adalah penting dan perlu diupayakan agar mereka bisa menjadi generasi muslim yang mandiri dan berkualitas.

D. Signifikansi atau Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap khazanah ilmiah yang menjadi bahan bacaan yang berguna bagi masyarakat umum dalam pengembangan wacana pendidikan terutama pendidikan agama Islam bagi siswa berkebutuhan khusus. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Guru pada umumnya agar memahami pentingnya upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah inklusi yang berimplikasi pada keberhasilan belajar siswa. 2. Memberikan informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan, dalam hal ini kepala sekolah, terhadap pengembangan model pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah inklusi dan pola pembinaan guru-gurunya dalam meningkatkan mutu pendidikan. 3. Menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait, dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama tingkat daerah dan pusat untuk peningkatan perhatiannya pada pendidikan bagi kelompok siswa berkebutuhan khusus. 19 4. Memberikan pemahaman ulang kepada masyarakat tentang perlakuan yang harus diberikan kepada anak berkebutuhan khusus, terutama pemenuhan hak memperoleh layanan pendidikan bagi mereka sebagai warga masyarakat yang memiliki hak yang sama dengan orang lain.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian tentang model pembelajaran pendidikan agama Islam bagi siswa berkebutuhan khusus sejauh penelusuran penulis belum ada yang melakukannya. Hasil dari pelacakan penulis tercatat ada beberapa penelitian serupa tetapi tidak spesifik mengkaji aspek pendidikan agama Islam, diantaranya: Berit H. Johnsen dan Miriam D. Skjorten dalam Education-Special Needs Education, 31 menjelaskan tentang hakikat dan penyebab kecacatan yang pada dasarnya tidak ada perbedaan antara kebudayaan di Utara, Selatan, Timur dan Barat. Dalam buku ini dibahas pula pentingnya memberikan layanan pendidikan yang disesuaikan secara individual. Oleh karena itu, guru perlu diberi pelatihan tentang metode dan teknik yang diperlukan untuk diterapkan. Namun kita tidak bisa berharap bahwa guru akan dapat mengatasi semua tantangan yang dihadapinya. Mereka kadang memerlukan saran dan bimbingan dari seorang ahli berdasarkan pengalaman praktek digabung dengan pengetahuan berbasis penelitian. Dalam buku ini tidak dibahas sama sekali tentang pendidikan agama bagi siswa berkebutuhan khusus. Sue Stubs dalam buku Inclusive Education Where There Are Few Resources, 32 menjelaskan tentang berbagai instrumen internasional yang mendasari pendidikan inklusi. Disamping itu dijelaskan pula tentang isu utama dalam pendidikan inklusi yaitu bahwa pendidikan inklusi didasarkan pada hak 31 Berit H. Johnsen Miriam D Skjorten , Education-Special Needs Education Oslo University: Unifub Forlag, 2001, 2-4. 32 Sue Stubbs, Inclusive Education Where There Are Few Resources Oslo: The Atlas Alliance, 2002, 1-5. 20 asasi dan model sosial. Dengan demikian maka sistem yang harus disesuaikan dengan anak, bukan anak yang menyesuaikan diri dengan sistem. Dan untuk menghadapi tantangan dan mengatasi hambatan, sangat diperlukan adanya partisipasi yang berkesinambungan dari semua stakeholder utama pendidikan. Dalam buku ini sama sekali tidak dibahas tentang pendidikan agama untuk mendukung dalam menyukseskan pendidikan inklusi. Siti Barokah dalam Moralitas Peserta Didik Pada Pendidikan Inklusif : Studi Kasus pada Sekolah Inklusi SD Hj.Isriati Semarang, 33 penelitian Tesis yang dilakukan di Program Magister Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang tahun 2008 ini mengkaji tentang pendidikan moral atau etika bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah yang menerapkan pendidikan Inklusi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan moral dapat dilakukan oleh institusi sekolah umum terhadap semua siswa tanpa membedakan yang normal dan tidak normal. Dengan instrumen yang digunakannya, disimpulkan bahwa pendidikan moral yang diterapkan oleh pihak sekolah dalam penanaman moral terbukti telah berhasil dengan prosentase yang memuaskan. Akan tetapi penelitian ini hanya sebatas pendidikan moral yang hanya terbatas pada aspek lahiriyah semata dan tidak sampai pada penanaman penghayatan dan pengamalan aspek spiritual agama sesuai dengan agama yang dianutnya. Selanjutnya sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan PULITJAKNOV Badan Penelitian dan Pengembangan BALITBANG Depdiknas tahun 2008 tentang Pengkajian Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Pada Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, 34 mengkaji tentang efektifitas penyelenggaraan pendidikan inklusi di beberapa tempat yang dijadikan percontohan oleh pemerintah. Hasil penelitiannya menilai bahwa ada beberapa fasilitas dan faktor 33 Siti Barokah, “Moralitas Peserta Didik Pada Pendidikan Inklusif : Studi Kasus pada Sekolah Inklusi SD Hj.Isriati Semarang”, Tesis, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2008. 34 PUSLITJAKNOV BALITBANG DEPDIKNAS, Pengkajian Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Pada Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah Jakarta: Diknas, 2008, 1-5. 21 pendukung yang belum siap dalam penyelenggaraan pendidikan Inklusi. Hal yang paling dominan dari ketidaksiapan itu adalah faktor penyediaan fasilitas belajar yang tingkat kesesuaiannya dengan tujuan dan hakikat pendidikan Inklusi belum terpenuhi. Selain itu, ditemukan juga beberapa kasus yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara teori dan kebijakan yang diterapkan di sekolah inklusi. Dalam penelitian ini tentu saja tidak menyinggung sama sekali tentang model pembelajaran pendidikan agama yang diterapkan di sekolah-sekolah inklusi tersebut. Bandi Delphie dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi, menjelaskan tentang pengenalan jenis kelainan anak dan sejumlah teknik pembelajaran yang berpusat pada aplikasi gerak. Gerak manusia dapat dijadikan sebagai basis pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus. Buku ini sama sekali tidak menyentuh aspek pendidikan agama bagi siswa berkebutuhan khusus.

F. Metodologi Penelitian