Manajemen Pendidikan Inklusi ELEMEN-ELEMEN KEBERHASILAN PENDIDIKAN INKLUSI

69 tepat akan sangat mempengaruhi kualitas proses pendidikannya. Cerminan disain yang tepat akan terlihat pada keseluruhan rencana pendidikannya mulai dari landasan filosofis, visi, misi, tujuan, perencanaan program dan tenaga pendidik dan kependidikannnya sampai sistem manajemennya.

B. Manajemen Pendidikan Inklusi

Elemen penting dalam pengelolaan pendidikan inklusi adalah penerapan manajemen pendidikan yang mendukung pada inklusivitas pengajaran dan pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus. Manajemen pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu dan sebagai seni, dalam prakteknya dapat memainkan peranan yang amat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan. Apabila manajemen pendidikannya profesional, maka seluruh sumber daya pendidikan yang ada akan berpengaruh terhadap pembangunan sumber daya manusia yang bermutu. Sumber daya manusia yang bermutu tinggi hanya akan didapatkan melalui pendidikan yang bermutu, berperadaban, efektif dan efisien. Manajemen pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1991 menunjukkan bahwa manajemen sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan. 42 Sebagai tindak lanjutnya belakangan ini pemerintah mensosialisasikan penerapan sistem Manajemen Berbasis Sekolah MBS yang disebut juga sebagai otonomi sekolah school autonomy atau site-based management. 43 Sistem manajemen ini juga dapat dijadikan sebagai alat pendukung dalam proses pendidikan inklusi karena dalam MBS, otonomi sekolah diberikan lebih besar dalam pengelolaannya sehingga sekolah lebih bisa menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. MBS pada prinsipnya bertujuan untuk memberdayakan sekolah dalam menetapkan berbagai kebijakan internal sekolah yang mengarah pada 42 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bandung: Intima, 2007, 228. 43 L.G. Beck J. Murphy, The Four Imperatives of a Successful School Thousand Oaks, California: Corwin, 1996, 53. 70 peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan. 44 Melalui MBS, sekolah lebih diberdayakan untuk menentukan sendiri kebijakan operasional yang dipandang sesuai dengan kondisi-kondisi internal dan lokalnya. Kepala Sekolah, guru, karyawan, siswa dan orang tua memiliki kewenangan yang luas untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi sekolahnya dalam memecahkan masalah dan menjawab tantangan yang dihadapinya serta memenuhi kebutuhan dan mewujudkan cita-citanya yang dirumuskan dalam visi, misi, tujuan, dan strategi pokok dan operasional dalam kerangka upaya peningkatan mutu. Beck dan Murphy mengemukakan empat kondisi yang wajib dipenuhi untuk peningkatan mutu sekolah yaitu: fokus yang kuat dan konsisten pada mutu, kepemimpinan yang kuat dan fasilitatif, komitmen untuk memelihara kekompakan internal dan eksternal, dan sumberdaya yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan semua orang dalam komunitas sekolah. 45 Keuntungan dari pengambilan keputusan partisipatoris dalam MBS adalah keputusan merupakan hasil bersama, dan upaya mewujudkannya pun harus bersama-sama, disertai rasa ikut terlibat dan ikut memiliki. Orang tua misalnya, tidak bisa lagi hanya mempercayakan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada sekolah, melainkan harus ikut memantau dan mendorong siswa serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi belajar anak dalam keluarganya. Bila orang tua memiliki harapan yang tinggi terhadap pendidikan anaknya di sekolah- yang itu diperlukan dukungan dana, maka mereka pun harus siap menanggungnya. 46 Dalam pendidikan, manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. 47 Tujuan pendidikan terus menerus diarahkan pada pemerdekaan manusia yaitu manusia yang dapat 44 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah Bandung: Rosda, 2003, 18. 45 L.G.Beck J.Murphy, The Four Imperatives of a Successful School , 63. 46 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, 22. 47 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 4. 71 memilih kehidupannya yang rasional dan bermoral di dalam tatanan budayanya, masyarakat lokalnya, masyarakat nasional dan kemanusiaan global. Dalam pandangan H.A.R Tilaar, pedagogik yang demikian adalah pedagogik yang membebaskan peserta didik atau pedagogik libertarian. Pedagogik libertarian adalah pedagogik transformatif yang melihat proses pendidikan bukan sebagai suatu proses yang statis yang membawa peserta didik menyesuaikan diri dengan berbagai peraturan yang ada baik berupa tradisi, maupun ikatan-ikatan sosial lainnya yang disepakati oleh manusia seperti lembaga-lembaga sosial yang ada, lembaga negara, serta lembaga-lembaga organisasi dunia. Pedagogik transformatif berupaya mentransformasikan potensi yang ada pada diri seseorang sebagai makhluk yang bebas, dan dengan mentransformasikan dirinya dia dapat mentransformasikan lingkungannya, adat istiadatnya, dan lembaga-lembaga masyarakat yang dimilikinya. 48 Istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda yaitu: pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen manajemen merupakan inti dari administrasi; kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi administrasi merupakan inti dari manajemen; dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi. 49 Istilah manajemen yang diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber- sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal . 50 Dengan demikian perbedaan penggunaan istilah tersebut tidak untuk diperdebatkan, karena yang paling esensi adalah bagaimana agar suatu organisasi atau institusi 48 H.A.R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional Jakarta: Kompas, 2005, 126-127. 49 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Manajemen Sekolah dalam Pendidikan Inklusif Jakarta, Ditplb, 2006, 1-2. 50 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Manajemen Sekolah dalam Pendidikan Inklusif, 2. 72 pendidikan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan sumber daya pendidikan yang ada. Pengertian lain tentang manajemen diungkapkan oleh Dale yang mengutip beberapa pendapat ahli tentang pengertian manajemen sebagai: mengelola orang-orang, pengambilan keputusan dan proses mengorganisasi dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan. 51 Pengertian yang lain adalah kelompok khusus orang-orang yang tugasnya mengarahkan usaha ke arah tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain. 52 Sesuatu aktivitas menggerakkan orang lain, sesuatu kegiatan memimpin, atas dasar sesuatu yang telah diputuskan terlebih dahulu. 53 Dan suatu pandangan yang lebih bersifat umum menyatakan bahwa manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber- sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. 54 Yang dimaksud sumber disini ialah mencakup orang-orang, alat- alat, media, bahan-bahan, uang dan sarana. Semuanya diarahkan dan dikoordinasi agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan. Manajemen pendidikan adalah penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam mengelola praksis pendidikan agar efektif dan efisien sehingga output dari organisasi pendidikan mempunyai mutu yang tinggi. 55 Manajemen pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, yaitu pendidikan yang mempunyai relevansi serta akuntabilitas. Relevansi pendidikan hanya dapat dicapai apabila masyarakat sendiri ikut serta dalam proses pelaksanaan visi, misi, kebutuhan dari masyarakat pemiliknya. Demikian pula, lembaga 51 Ernest Dale, Management: Theory and Practice Tokyo: Mc Graw Hill Kogakhusa, Ltd, 1973, 4. 52 Joseph L. Massie, Essentials of Management New Delhi: Prentice Hall off India Private Limited, 1973, 4. 53 Siagian, Filsafat Administrasi Jakarta: Gunung Agung, 1979, 74-75. 54 Richard A. Johnson, et al, The Theory and Management of Systems Tokyo: Mc Graw Hill Kogakhusa Ltd, 1973, 15. 55 H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan Magelang: Indonesiatera, 2003, 270. 73 pendidikan memiliki kualitas yang tinggi apabila mempunyai akuntabilitas terhadap masyarakatnya. 56 Dalam pelaksanaan manajemen pendidikan, perlu seorang pemimpin yang berpandangan luas dan berkemampuan, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Seorang pemimpin sekolah diharapkan m emiliki pengetahuan tentang administrasi sekolah . Selain itu memiliki keterampilan dalam bidang: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian pelaksanaan kegiatan yang ada di bawah tanggungjawabnya. Manajemen yang baik ialah manajemen yang sesuai dengan konsep, obyek yang ditanganinya serta tempat organisasi itu berada. Namun variasi bisa terjadi akibat kreasi dan inovasi para pimpinan. Variasi ini berkaitan dengan obyek yang ditangani dan tempat organisasi itu. Artinya setiap obyek membutuhkan cara tersendiri untuk menanganinya, begitu pula masing-masing tempat organisasi memiliki situasi dan kondisi yang berbeda yang membutuhkan penyesuaian pula bagi manajemen pada organisasi itu. Demikian juga dengan sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi, diperlukan keterampilan manajemen yang inovatif dan kreatif dari para pengelolanya. Tentu saja kebutuhan penanganannya tidak jauh berbeda dengan sekolah regular, hanya terdapat penanganan tambahan untuk melayani siswa berkebutuhan khusus. Dalam implementasinya di lapangan, manajemen yang dijalankan di sekolah inklusi akan membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari seorang pimpinan karena kondisi sekolah akan lebih banyak menyesuaikan dengan kekhususan layanan masing-masing siswa. Disamping itu, diperlukan suatu upaya penciptaan suasana lingkungan pendidikan yang dapat memungkinkan setiap individu dalam kelas dapat mengoptimalkan potensinya untuk maju dan berhasil. Salah satunya adalah upaya manajemen sekolah yang dapat mengidentifikasi kekurangan siswa sehingga dapat dibantu dan maju dalam lingkungan pendidikan inklusinya. 56 H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan, 284. 74 Manajemen pengelolaan pendidikan yang dibutuhkan sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi dicontohkan dengan baik oleh lembaga pendidikan Madania. 57 Suasana pendidikan yang mendukung terhadap pendidikan inklusi digerakkan oleh satu unit yang bertanggungjawab dalam upaya pemenuhan pendidikan inklusi terutama untuk siswa berkebutuhan khusus. Di Madania, manajemen layanan untuk siswa berkebutuhan khusus ditangani oleh satu unit organisasi yang diberi nama Special Educational Needs Unit SEN Unit. 58 Ditinjau dari struktur organisasi pendidikan di Madania, SEN Unit merupakan sub bagian dari bidang Head of Educational Support yang sejajar dengan sub bagian student services, sub bagian extra curricular dan sub bagian community service. Head of Educational Support yang menangani urusan pendukung pendidikan sejajar dengan Kepala SD, Kepala SMP dan Kepala SMA yang semuanya berada di bawah koordinasi satu badan yang bernama Prinsipal. Prinsipal sendiri langsung berada di bawah koordinasi Direktur Pendidikan Madania. 59 Keberadaan SEN Unit adalah bertujuan untuk membantu sekolah dalam layanan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus. Dari sudut manajemen, wilayah kerja unit ini adalah melakukan upaya proses kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan inklusi. Urutan-urutan proses kegiatan SEN Unit dimulai dari planning, organizing, implementing, dan controlling. Unit ini menjalankan fungsi manajemen yakni menggerakkan keseluruhan kegiatan atau fungsi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pendidikan inklusi. Kemudian, dari sudut institusi manajemen, SEN Unit juga merupakan suatu lembaga yang secara totalitas melakukan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan institusi yang telah ditetapkan bersama sebelumnya. 57 Madania menerapkan pendidikan inklusi sejak tahun 1998. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P. di Madania, 30-4-2010. 58 Educational Support Department, Handbook 2009-2011, 9. 59 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P . , koordinator SEN Unit di Madania, 22-7- 2010. 75 Tanggungjawab SEN Unit adalah merencanakan dan melaksanakan seluruh aktifitas pendidikan yang diperlukan untuk siswa berkebutuhan khusus. Diantara tugasnya selain menangani langsung siswa berkebutuhan khusus secara individual, juga menciptakan suasana belajar yang bisa membentuk sikap toleran dan mengenal perbedaan bagi seluruh siswa yang normal di lingkungan Madania. Selain itu, unit ini bertugas untuk menjelaskan dan melatih semua guru yang akan mengajar di kelas yang diantara siswanya adalah siswa berkebutuhan khusus. 60 SEN Unit di Madania ini dipimpin oleh seorang koordinator SEN Unit yang membawahi 14 guru SEN Unit. SEN Unit ini berada di bawah tanggung jawab Head of Educational Support yang menangani bidang pendukung pendidikan di lingkungan Madania. Personil yang terlibat dalam menjalankan fungsi lembaga ini adalah Head of Educational Support, koordinator SEN Unit, dan guru-guru SEN Unit. Seorang guru SEN Unit bertanggung jawab untuk menangani antara 3 sampai 5 siswa berkebutuhan khusus. Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, guru SEN Unit dapat dibantu oleh guru pendamping yang disediakan oleh orang tua siswa berkebutuhan khusus untuk mendampingi anaknya selama menjalankan aktivitas sehari-hari di sekolah. 61 Siswa berkebutuhan khusus yang ditangani oleh SEN Unit adalah siswa yang didiagnosa mempunyai gangguan perkembangan. Orang yang berhak melakukan asesmen psikologi dan memberi diagnosa gangguan perkembangan tertentu adalah psikolog. Oleh karenanya, untuk menentukan siswa berkebutuhan khusus yang ditangani SEN Unit, mutlak diperlukan data tertulis mengenai hasil asesmen psikologi. 62 60 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P . , koordinator SEN Unit di Madania, 30-4- 2010. 61 Educational Support Department, Handbook 2009-2011, 8-9. 62 Educational Support Department, Handbook 2009-2011, 9. Lihat juga pendapat Wagner yang mengatakan bahwa dalam melakukan pengkajian terhadap anak berkebutuhan khusus, ia melakukan beberapa langkah yaitu: menentukan kelebihan dan kekurangan siswa 76 Tidak semua sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi dapat melayani pendidikan bagi semua jenis gangguan perkembangan siswa. 63 Masing-masing sekolah memiliki kemampuan dan kelengkapan fasilitas yang berbeda sehingga hanya beberapa jenis gangguan saja yang dapat dilayani oleh sebuah sekolah. Demikian juga Madania yang hanya menerima siswa berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan perkembangan saja. 64 Adapun jenis gangguan perkembangan siswa berkebutuhan khusus yang ditangani oleh SEN Unit di Madania adalah autism, asperger syndrom, Attention Deficit Disorder ADD Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD, learning difficulties, dyslexia, Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified PDD-NOS dan speech delay. 65 Penjelasan tentang masing-masing jenis ganguan perkembangan tersebut diuraikan dalam buku panduannya sebagai berikut: Pertama, autism adalah gangguan atau abnormalitas yang nyata pada interaksi sosial dan komunikasi dan adanya pengulangan kegiatan dan minat yang kaku. Gejala autism adalah kekakuan yang sangat besar pada hal-hal yang sama, isolasi sosial yang ekstrim, dan hambatan yang berat pada kemampuan bahasa. Kedua, asperger syndrom atau sindroma asperger mirip dengan autisma infantil autisma pada masa kanak- kanak. Sindroma asperger ditandai oleh adanya gangguan yang berat dan strengths and deficits, mengobservasi kelas reguler yang akan dimasuki anak, mengulas tujuan IEP, menetapkan target keterampilan sosial, melakukan pengkajian motivasional, mengadakan pertemuan rutin, dan menarik kesimpulan. K.A.Waldron, Introduction to a Special Education: the Inclusive Classroom USA: Delmar Publisher, 1996, 83. 63 Berdasarkan kemampuan intelektualnya, peserta didik berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu 1 peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, 2 peserta didik berkelainan yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Kelompok yang pertama merupakan peserta didik yang dapat mengikuti pendidikan inklusi. Hal ini sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri No.22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa peserta didik pendidikan inklusi adalah peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata yang berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Berkelainan dalam hal ini adalah tunanetra, tunarungu, tunadaksa ringan, dan tunalaras. Lihat Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006. 64 Fasilitas yang ada di Madania belum memungkinkan untuk menerima siswa berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan fisik. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P . , koordinator SEN Unit di Madania, 30-4- 2010. 65 Educational Support Department, Handbook 2009-2011, 9-10. 77 menetap dalam interaksi sosial serta adanya perkembangan yang terbatas, pola- pola perilaku, minat dan kegiatan yang berulang. 66 Ketiga, Attention Deficit Disorder ADD atau gangguan pemusatan perhatian dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas mempunyai gejala yang sekilas mirip autisma tetapi memiliki kemampuan komunikasi dan interaksi sosial yang jauh lebih baik. Keempat, learning difficulties atau kesulitan belajar adalah sebuah kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan belajar yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor yang tidak diketahui yang berpengaruh terhadap kemampuan otak menerima dan memproses informasi. 67 Kelima, dyslexia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Keenam, Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified PDD-NOS umumnya digunakan untuk menjelaskan beberapa karakteristik autisma pada seseorang. PDD-NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun dan bersifat neurologis yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain, dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketujuh, speech delay atau keterlambatan bicara merupakan salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada siswa terutama keterlambatan bicara fungsional. 68 Berdasarkan diagnosa psikolog, siswa berkebutuhan khusus di Madania ada 48 siswa dengan perincian gangguan perkembangan sebagai berikut: autism 21 siswa, autism mental retardation 1 siswa, dyslexia 5 siswa, learning difficulties 7 siswa, learning difficulties dan sensorik 1 siswa, ADD 1 siswa, speech delay 2 siswa, ADHD 8 siswa, asperger 1 siswa, PDD-NOS 1 siswa. 69 66 Educational Support Department, Handbook 2009-2011, 10. 67 Educational Support Department, Handbook 2009-2011, 10-11. 68 Educational Support Department, Handbook 2009-2011, 11-13. 69 Berdasarkan dokumen database, dilihat dari sudut sebaran jenjang, jumlah tersebut tersebar di tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk perincian gangguan perkembangan tingkat SD adalah: autism 5 siswa, dyslexia 2 siswa, learning difficulties 4 siswa, ADD 1 siswa, speech 78 Kemudian masih terkait dengan manajemen, berdasarkan fungsi pokoknya, manajemen mempunyai fungsi merencanakan planning, mengorganisasikan organizing, mengarahkan directing, mengkoordinasikan coordinating, mengawasi controlling, dan mengevaluasi evaluation. 70 Fungsi-fungsi ini sebagian besar dikerjakan sebelum proses pendidikan berlangsung, kecuali mengontrol dan melaporkan dilakukan selama dan setelah proses pendidikan berlangsung. Dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa langkah yang dilakukan oleh Madania dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi dan termasuk dalam konteks manajemen ini. Berikut ini dijelaskan langkah-langkah manajemen yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi : 1. Perencanaan planning Perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. T. Hani Handoko mengemukakan bahwa perencanaan planning adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 71 Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. Sembilan manfaat perencanaan yaitu membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan lingkungan, membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama, memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran, membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat, memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi, memudahkan delay 2 siswa, autism mental retardation 1 siswa, learning difficulties sensorik 1 siswa. Untuk perincian gangguan perkembangan tingkat SMP adalah: autism 7 siswa, dyslexia 1 siswa, learning difficulties 3 siswa, ADHD 5 siswa. Dan untuk perincian gangguan perkembangan tingkat SMA adalah: autism 9 siswa, dyslexia 2 siswa, ADHD 3 siswa, asperger 1 siswa, PDD NOS 1 siswa. 70 Hersey menyederhanakan fungsi manajemen menjadi 4 saja yaitu: merencanakan, mengorganisasi, memotivasi, dan mengontrol. Lihat Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard, Manajemen of Organizational Behavior New Delhi: Prentice-Hall of India Private Limited, 1978, 4. 71 T. Hani Handoko, Manajemen Yogyakarta : BPFE, 1995, 93. 79 dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi, membuat tujuan lebih khusus dan terperinci serta lebih mudah dipahami, meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, dan menghemat waktu, usaha dan dana. 72 Sedangkan Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu: Pertama, penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan yaitu menggunakan kata-kata yang sederhana, mempunyai sifat fleksibel, mempunyai sifat stabilitas, ada dalam perimbangan sumber daya, dan meliputi semua tindakan yang diperlukan. Kedua, pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal. Ketiga, merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas. 73 Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko yang menyatakan bahwa ada beberapa tahap dalam perencanaan, yaitu : menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan, merumuskan keadaan saat ini, mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan, dan mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. 74 Berdasarkan luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka menurut Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono, perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : Pertama, rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang. Kedua, rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang. Ketiga, rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis. 75 72 T. Hani Handoko, Manajemen, 93. 73 Walida, Konsep Manajemen Sekolah. http:manajemensekolah.teknodik.net?p=883 diakses 21-7-2010. 74 T. Hani Handoko, Manajemen, 94. 75 Walida, Konsep Manajemen Sekolah. http:manajemensekolah.teknodik.net. 80 Langkah perencanaan ini secara seksama dilaksanakan oleh Madania sesuai dengan visi dan misi serta landasan filosofisnya. Perencanaan pendidikan di Madania diarahkan untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki siswa. Perencanaan dibuat untuk jangka pendek dan jangka panjang yang dibuat setiap awal tahun ajaran baru, untuk kemudian dievaluasi pada akhir semester dan akhir tahun ajaran. 76 Dengan dikoordinasikan oleh SEN Unit, Madania memiliki perencanaan yang spesifik dalam hal pendidikan inklusi. Disamping perencanaan yang umum mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan oleh SEN Unit dalam menangani siswa berkebutuhan khusus secara keseluruhan, perencanaan yang khusus untuk setiap siswa juga dibuat yang diantaranya dalam bentuk IEP. 2. Pengorganisasian organizing George R. Terry mengemukakan bahwa pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. 77 Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : organisasi harus profesional, pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja, organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol, organisasi harus mengandung kesatuan perintah dan organisasi harus fleksibel dan seimbang. 78 76 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P . , koordinator SEN Unit di Madania, 30-4- 2010. 77 George R. Terry, Principles of Management Madison: R.D. Irwin, 1977, 123. 78 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Jakarta: Haji Masagung, 1989, 74. 81 Ernest Dale mengemukakan langkah-langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu: pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi, pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logis dapat dilaksanakan oleh satu orang, dan pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. 79 Di Madania, pengorganisasian dilakukan secara profesional. Pembagian kerja disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian masing-masing guru dan karyawan. Pembagian wewenang dan tanggung jawab seluruh guru dan karyawan biasanya dilakukan setahun sekali pada awal tahun ajaran. Misalnya, untuk pelayanan siswa berkebutuhan khusus, di Madania ditangani oleh SEN Unit. Pembagian kerja di SEN Unit dikoordinir oleh seorang koordinator SEN Unit yang membagi habis tugas-tugas unit yang dipimpinnya kepada seluruh stafnya yang berjumlah 14 orang. Masing-masing guru SEN Unit mendapat tugas untuk menangani 3 sampai 5 siswa berkebutuhan khusus dari tingkat SD, SMP dan SMA. Mereka berkumpul dalam satu ruangan SEN Unit untuk memudahkan berkoordinasi. Selain guru SEN Unit, guru kelas, guru pendamping aide teacher, dan guru mata pelajaran, diorganisir untuk ikut terlibat dalam proses pendidikan inklusi. Secara berkala mereka mengadakan pertemuan untuk memastikan program inklusi tetap berjalan. Demikian juga dengan pengorganisasian setiap rumpun mata pelajaran yang dikoordinir oleh seorang koordinator mata pelajaran. Koordinator mata pelajaran bertugas mengkoordinir seluruh guru mata pelajaran yang sama dari tingkat SD, SMP dan SMA. Mereka berkumpul dalam satu ruangan supaya memudahkan mereka untuk saling berbagi informasi mengenai berbagai hal menyangkut pelajaran tersebut dan kemudian mendiskusikannya untuk dicarikan solusinya. Setiap seminggu dua kali, 80 diprogramkan untuk berkumpul untuk 79 Ernest Dale, Management: Theory and Practice , 54. 80 Untuk rumpun mata pelajaran PAI, rapat dilakukan setiap hari rabu dan jum’at. Rapat hari rabu sore membicarakan tentang evaluasi pembelajaran minggu sebelumnya dan rencana pembelajaran untuk minggu berikutnya, sekaligus membuat dan merevisi RPP. Sedangkan rapat 82 mengevaluasi pembelajaran minggu itu dan membahas metode pembelajaran yang akan dipakai pada minggu berikutnya. Tidak jarang diantara guru ada yang mengeluh kesulitan menghadapi reaksi siswa berkebutuhan khusus ketika belajar di kelas. Dalam hal ini SEN Unit sangat berperan penting untuk diminta informasinya tentang cara penanganan siswa berkebutuhan khusus tersebut. 81 3. Pelaksanaan Implementing Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan implementing merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Pada fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi pelaksanaan justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, George R. Terry mengemukakan bahwa pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran tertentu. 82 Dengan demikian, maka pelaksanaan tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap orang dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Reddin memberikan beberapa gambaran tentang perilaku pimpinan yang efektif. Perilaku tersebut antara lain mengembangkan potensi para bawahan, tahu tentang apa yang diinginkan dan giat mengejarnya, memiliki motivasi yang tinggi, serta memperlakukan bawahan secara berbeda-beda sesuai dengan individunya. Seorang pimpinan tidak hanya memanfaatkan tenaga bawahannya yang sudah ahli atau terampil demi kelancaran organisasi yang dia pimpin saja, melainkan juga seharusnya memberikan kesempatan bahkan menghimbaumemberi jalan agar para bawahan dapat meningkatkan keahlian hari jum’at adalah rapat koordinasi dan membicarakan hal-hal yang sifatnya global. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdullah, koordinator mata pelajaran PAI di Madania, 26-7-2010. 81 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdullah, koordinator mata pelajaran PAI di Madania, 26-7-2010. 82 George R. Terry, Principles of Management, 145. 83 atau keterampilannya. Dengan cara itu, mutu organisasi akan semakin meningkat. 83 Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika mereka merasa yakin akan mampu mengerjakan, yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, mereka juga tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis. Menggerakkan semua unit kerja dalam organisasi pendidikan yang merupakan salah satu dari prinsip manajemen mendapat perhatian penting di Madania. Semua organ organisasi berjalan sesuai dengan fungsinya. Khusus di SEN Unit, untuk menjalankan proses pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus, semua guru dan karyawan diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berkreasi sesuai keahlian masing-masing. Bahkan di luar keahliannya sekalipun, kalau mau belajar maka siapapun akan menguasai bidang lain tersebut. Mereka diberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya dengan diikutkan pada berbagai pendidikan dan pelatihan, baik yang diadakan sendiri oleh pihak Madania maupun pihak lain. 84 4. Pengawasan Controlling Pengawasan dimaksudkan untuk menilai proses pendidikan dan hasil pendidikan. Pengawasan adalah bagian dari tugas pimpinan untuk melakukan kontrol apakah proses dan hasil pendidikan itu sudah sesuai dengan rencana semula atau dengan revisinya, secara kualitatif maupun kuantitatif. Kontrol terhadap proses pendidikan mencakup materi pelajaran yang diberikan, media 83 William J Reddin, Managerial Effectiveness Tokyo: Mc Graw Hill Kogakhusa, Ltd, 1970, 13. 84 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P . , koordinator SEN Unit di Madania, 30-4- 2010. 84 yang dipakai, metode belajar dan mengajar, pengendalian kelas, dan cara guru menilai siswa. Kegiatan ini dilakukan pada akhir semester dan akhir tahun ajarantahun kuliah. Hasil pengawasan dan laporan-laporan diolah oleh pimpinan sebagai umpan balik untuk memberikan revisi seperlunya kepada proses pendidikan dan untuk penyusunan aktivitas semester atau tahun berikutnya. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan- tujuan perusahaan. 85 Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan inklusi juga merupakan bagian penting dalam unsur manajemen pengelolaan organisasi pendidikan. Pengawasan dan kontrol dalam pendidikan inklusi diarahkan pada tiga aspek penting yang juga merupakan indikator keberhasilannya yakni aspek input, proses dan out put. Kontrol terhadap aspek input diarahkan pada penilaian terhadap upaya persiapan dalam pengelolaan pendidikan mulai dari konsep disain pendidikan inklusi, kriteria input siswa berkebutuhan khusus, kriteria input guru, sampai unit pendukung lainnya. Kontrol terhadap aspek proses 85 T. Hani Handoko, Manajemen, 102. 85 dalam pengelolaan pendidikan diarahkan pada upaya memastikan seluruh elemen pendidikan yang terlibat berjalan sesuai dengan rencana. Adapun kontrol terhadap outputnya diarahkan pada penilaian terhadap produk layanan pendidikan mulai dari prestasi siswa didik, sampai kepuasan customer terhadap layanan pendidikan inklusi dari kalangan orang tua. 86 Langkah ini dilakukan oleh lembaga pendidikan Madania. Fungsi kontrol ini dijalankan dengan baik oleh tim pengawas yayasan Madania. Khusus untuk pengawasan pendidikan inklusi pengawasan terhadap kinerja seluruh guru dan karyawan dijalankan oleh pimpinan berdasarkan jenjang dan tingkatan pendidikan. Untuk tingkat SD, maka pengawasan dilakukan oleh Kepala SD. Untuk tingkat SMP, pengawasan dilakukan oleh Kepala SMP, untuk tingkat SMA pengawasan dilakukan oleh Kepala SMA, dan untuk lembaga-lembaga seperti SEN Unit, pengawasan dilakukan oleh Head of Educational Support. 87 Selanjutnya, dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : penetapan standar pelaksanaan, penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata, pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan dan pengambilan tindakan koreksi, bila perlu. 88 Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling terkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen. Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen 86 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Manajemen Sekolah dalam Pendidikan Inklusif, 2. 87 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P . , koordinator SEN Unit di Madania, 22-7- 2010. 88 T.Hani Handoko, Manajemen, 112. 86 yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya. Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan. Komponen-komponen pendidikan yang meliputi input siswa kesiswaan, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, dana, lingkungan hubungan sekolah dengan masyarakat, dan kegiatan belajar-mengajar, merupakan sub- sistem dalam sistem pendidikan sistem pembelajaran. 89 Secara spesifik, subsistem ini memerlukan manajemen tersendiri sehingga dapat berjalan efektif untuk mendukung proses pendidikan inklusi. Diperlukan manajemen tersendiri karena apabila terdapat perubahan pada salah satu sub-sistem komponen, maka menuntut perubahan penyesuaian komponen lainnya. Dalam hal ini, bila dalam suatu kelas terdapat perubahan pada input siswa, yakni tidak hanya menampung siswa normal tetapi juga siswa luar biasa, maka menuntut penyesuaian modifikasi pengelolaan kesiswaan, kurikulum program pengajaran, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, dana, lingkungan,serta kegiatan belajar-mengajar. 90 Untuk itu dalam upaya pengendalian proses pendidikan yang mendukung pada efektifitas belajar mengajar sekolah maka diperlukan manajemen setiap komponennya. Komponen pertama adalah manajemen kesiswaan. Diantara manajemen kesiswaan adalah penerimaan siswa baru. Siswa berkebutuhan khusus yang diterima di Madania, menurut Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P.adalah siswa yang didiagnosa mempunyai gangguan perkembangan. Orang yang berhak melakukan asesmen psikologi dan memberi diagnosa gangguan perkembangan 89 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Manajemen Sekolah dalam Pendidikan Inklusif, 2. 90 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Manajemen Sekolah dalam Pendidikan Inklusif, 3. 87 tertentu adalah psikolog. 91 Manajemen kesiswaan dimaksudkan untuk mengatur berbagai kegiatan kesiswaan agar kegiatan belajar-mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur. Komponen kedua adalah manajemen kurikulum. Manajemen program pengajaran di Madania yaitu dengan melakukan modifikasi kurikulum nasional sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa berkebutuhan khusus. 92 Modifikasi kurikulum dilakukan tehadap program pengajaran untuk siswa kelompok reguler modifikasi dan kelompok individual. Guru SEN Unit yang bertugas membuat rancangan program pengajaran individual biasanya akan menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas mengajar, mengatur pelaksanaan penyusunan program pengajaran persemester dan persiapan pelajaran, mengatur pelaksanaan penyusunan program kurikuler dan ekstrakurikuler, mengatur pelaksanaan penilaian, membuat laporan kemajuan belajar siswa, mengatur usaha perbaikan dan pengayaan pengajaran. 93 Komponen ketiga adalah manajemen tenaga kependidikan yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, danatau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga pendidik di Madania terdiri dari: guru kelas, guru mata pelajaran, guru SEN Unit dan guru pendamping aide teacher. Komponen keempat adalah manajemen sarana prasarana. Siswa berkebutuhan khusus di Madania, di samping menggunakan sarana-prasarana seperti halnya siswa normal, mereka juga menggunakan sarana-prasarana khusus sesuai dengan jenis kelainan dan kebutuhan anak. Manajemen sarana-prasarana 91 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P . , koordinator SEN Unit di Madania, 22-7- 2010. 92 Modifikasi dapat dilakukan dengan cara modifikasi alokasi waktu, modifikasi isimateri, modifikasi proses belajar-mengajar, modifikasi sarana-prasarana, modifikasi lingkungan belajar, dan modifikasi pengelolaan kelas. Lihat Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Manajemen Sekolah dalam Pendidikan Inklusif, 4-5. 93 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Mardaih, S.Pd., guru SEN Unit di Madania, 22-7- 2010. 88 sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan secara optimal pada kegiatan belajar-mengajar. Komponen kelima adalah manajemen keuangandana. 94 Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama komponen-komponen lain. Setiap kegiatan yang dilakukan di Madania tentunya memerlukan biaya. Seperti untuk keperluan kegiatan identifikasi input siswa, modifikasi kurikulum, insentif bagi tenaga kependidikan yang terlibat, pengadaan sarana-prasarana, dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Untuk pembiayaan semua kegiatan tersebut diharapkan adanya kerjasama pihak sekolah bersama-sama orang tua siswa dan masyarakat untuk dapat menanggulanginya. Komponen keenam adalah manajemen lingkungan hubungan sekolah dengan masyarakat. Madania sebagai sebuah lembaga pendidikan merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Maju mundurnya sumber daya manusia SDM di Madania, tidak hanya bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan pihak Madania, namun sangat bergantung kepada tingkat partisipasi masyarakat orang tua terhadap pendidikan. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan, akan semakin maju pula sumber daya manusia. Dan untuk menarik simpati masyarakat agar mereka bersedia berpartisipasi memajukan Madania, perlu dilakukan berbagai hal, antara lain dengan cara memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, 94 Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan menganut asas pemisahan tugas antara fungsi Otorisator, Ordonator dan Bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban. Lihat Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Manajemen Sekolah dalam Pendidikan Inklusif, 6. 89 maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian, sekolah reguler yang menerapkan program pendidikan inklusi akan berimplikasi secara manajerial di sekolah tersebut. Sekolah reguler harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan. Sekolah inklusi harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual. Guru di kelas inklusi harus menerapkan pembelajaran yang interaktif. Guru pada sekolah inklusi dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dan guru pada sekolah inklusi dituntut melibatkan orangtua dan masyarakat secara bermakna dalam proses pendidikan sesuai tuntutan masa depan.

C. Kurikulum yang Mengakomodasi Perbedaan