Kurikulum yang Mengakomodasi Perbedaan

89 maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian, sekolah reguler yang menerapkan program pendidikan inklusi akan berimplikasi secara manajerial di sekolah tersebut. Sekolah reguler harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan. Sekolah inklusi harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual. Guru di kelas inklusi harus menerapkan pembelajaran yang interaktif. Guru pada sekolah inklusi dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dan guru pada sekolah inklusi dituntut melibatkan orangtua dan masyarakat secara bermakna dalam proses pendidikan sesuai tuntutan masa depan.

C. Kurikulum yang Mengakomodasi Perbedaan

Elemen penting dalam penggelolaan sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi adalah rumusan kurikulum yang dirancang dan disesuaikan dengan tujuan pengelolaan pendidikan. Kurikulum yang jelas dan terarah akan sangat menentukan tingkat keberhasilan pendidikan di suatu sekolah. Kurikulum pendidikan inklusi yang diimplementasikan dalam satu sekolah memiliki karakteristik sendiri dalam perumusannya karena setiap sekolah memiliki kewenangan dan kebebasan dalam menyusun kurikulum yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Namun kurikulum di sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi tidak perlu merubah kurikulum yang diperuntukan bagi siswa normal lainnya. Pemahaman kurikulum yang digunakan sebagai landasan teorinya, tidak jauh berbeda dengan perumusan kurikulum lainnya, bahwa kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman yang akan dihayati oleh peserta didik di dalam lingkungan pendidikan. Pada pendidikan formal, kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman, ilmu pengetahuan yang akan dihayati oleh peserta didik. Untuk itu kurikulum sangat penting untuk dirancang sejak awal dalam pengelolaan pendidikan inklusi. 90 Kurikulum mempunyai makna yang luas, yaitu sebagai semua rancangan pendidikan siswa dan semua pengalaman belajar yang diperoleh siswa berkat arahan dan bimbingan dari sekolah. Selain sebagai rencana, kurikulum juga diartikan sebagai sistem curriculum as a system, sistem kurikulum yang merupakan bagian dari sistem pendidikan, bahkan sistem kehidupan sebagai keseluruhan. 95 Menurut Hilda Taba, kurikulum biasanya terdiri dari pernyataan- pernyataan tentang tujuan umum, tujuan khusus, yang mengindikasikan kelompok bahan-bahan ajar terpilih, yang juga menyatakan tentang model- model pelaksanaan proses pembelajaran, dan juga mencakup program evaluasi hasil belajar. Sedangkan Robert Gagne menyatakan bahwa kurikulum adalah sekwensi isi dan bahan pelajaran yang dideskripsikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran setiap unitnya itu dapat diselesaikan sebagai sebuah satuan utuh, dan masing-masing unit tersebut juga mendeskripsikan kapabilitas kompetensi siswa yang harus dikuasai mereka. Ronald C. Doll menjelaskan bahwa kurikulum sudah bukan bermakna sebagai rangkaian bahan yang akan dipelajari siswa, tetapi bermakna sebagai seluruh pengalaman yang ditawarkan pada siswa di bawah arahan dan bimbingan sekolah. 96 Karena itu, di dalam pendidikan formal sekolah tidak mungkin diajarkan berbagai kompetensi yang akan digunakan oleh peserta didik di dalam menghadapi kehidupan. Kehidupan itu sendiri adalah kehidupan yang terbuka, oleh sebab itu kompetensi hari ini mungkin usang untuk hari esok. Yang diajarkan adalah pengenalan dan penguasaan terhadap berbagai dasar keterampilan hidup yang telah terakumulasi di dalam kebudayaan manusia dan yang diperkirakan akan bermanfaat untuk masa depan yang belum menentu. Kurikulum dengan demikian bukanlah untuk mempersiapkan penguasaan keterampilan untuk hidup tetapi dasar-dasar keterampilan untuk menghadapi hidup yang terbuka. Kurikulum berdasarkan kompetensi KBK merupakan 95 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, 99. 96 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Jakarta: Kencana, 2007, 26-27. 91 suatu keniscayaan. Kurikulum disusun untuk mempersiapkan peserta didik menuju kompetensi kehidupan yang terbuka. 97 Demikian pula kurikulum pendidikan formal dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan yang ditandai oleh berbagai kemungkinan. Hanya manusia merdeka yang berfikir independen, yang dapat memilih berdasarkan nilai-nilai moral yang diakui bersama, yang menjadi kriteria kurikulum abad ke- 21. 98 Karena itu kurikulum berbasis kompetensi bukan memperkenalkan semua kompetensi pada siswa untuk kemudian ditiru olehnya, akan tetapi justru menggali potensi kompetensi siswa yang memang dibutuhkan untuk kehidupannya kelak. Penggalian kompetensi siswa perlu direncanakan dan didisain dengan melibatkan seluruh elemen yang terlibat dalam proses pendidikan. Lingkungan sekolah dapat turut menentukan warna kompetensi yang dimiliki siswa. Lingkungan, kultur dan berbagai kebijakan sekolah memiliki pengaruh terhadap perubahan dan perkembangann siswa. Meskipun pengaruh nya tidak nampak secara langsung akan tetapi cukup efektif dalam membentuk perilaku siswa. Oleh sebab itulah, Allan A. Glatthorn menyebutnya sebagai the hidden curriculum kurikulum terselubung, yakni kurikulum yang tidak menjadi bagian untuk dipelajari, yang secara lebih definitif digambarkan sebagai berbagai aspek dari sekolah di luar kurikulum yang dipelajari, namun mampu memberikan pengaruh dalam perubahan nilai, persepsi dan perilaku siswa. 99 Sebagai contoh kebiasaan sekolah menerapkan disiplin terhadap siswanya seperti ketepatan guru memulai pelajaran, kemampuan dan cara-cara guru menguasai kelas, kebiasaan guru memperlakukan mereka yang melakukan kenakalan di dalam kelas, semuanya itu merupakan pengalaman-pengalaman yang dapat mengubah cara berpikir dan perilaku siswa. Demikian pula dengan lingkungan sekolah yang teratur, rapi, tertib dan mampu menjaga lingkungan yang bersih serta asri, merupakan pengalaman yang dapat memengaruhi kultur 97 J. Drost, Dari KBK sampai MBS Jakarta: Kompas, 2006, 7. 98 H.A.R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional, Jakarta: Kompas, 2005, 117-118. 99 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, 28. 92 siswa. Dengan demikian, kurikulum yang mengantarkan siswa sesuai harapan idealnya, tidak cukup hanya kurikulum yang dipelajari saja written curriculum, tetapi juga hidden curriculum yang secara teoritis sangat rasional memengaruhi siswa. 100 Dua kelompok kurikulum ini merupakan bagian-bagian integral yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan, karena kurikulum tertulis yang pada umumnya menjabarkan berbagai kompetensi akademik, skill, dan keterampilan yang diawali dengan pengetahuan dan penguasaan bidang-bidang keilmuan, memberikan arah pada penguasaan ilmu. Akan tetapi ketika tujuan pembelajaran itu untuk pembentukan sikap dan kebiasaan, memerlukan dukungan kultur lingkungan dimana para siswa itu menghabiskan banyak waktunya. 101 Kurikulum yang digunakan di kelas inklusi adalah kurikulum siswa normal reguler yang disesuaikan dimodifikasi sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa. Modifikasi dapat dilakukan dengan cara modifikasi alokasi waktu, modifikasi isimateri, modifikasi proses belajar-mengajar, modifikasi sarana-prasarana, modifikasi lingkungan belajar, dan modifikasi pengelolaan kelas. Manajemen kurikulum program pengajaran sekolah inklusi antara lain meliputi: modifikasi kurikulum nasional sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa berkebutuhan khusus, menjabarkan kalender pendidikan, menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas mengajar, mengatur pelaksanaan penyusunan program pengajaran persemester dan persiapan pelajaran, mengatur pelaksanaan penyusunan program kurikuler dan ekstrakurikuler, mengatur pelaksanaan penilaian, mengatur pelaksanaan kenaikan kelas, membuat laporan kemajuan belajar siswa, mengatur usaha perbaikan dan pengayaan pengajaran. 102 100 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, 28-31. 101 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, 31-32. 102 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Manajemen Sekolah dalam Pendidikan Inklusif, 6. 93 Proses perumusan kurikulum pendidikan inklusi lebih dekat dengan sistem kurikulum berbasis kompetensi yang sering dikenal dengan KBK. Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dikuasai lulusan. Kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. 103 Menurut Koordinator SEN Unit Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P, Kurikulum pendidikan inklusi di Madania menggunakan kurikulum sekolah reguler kurikulum nasional yang dimodifikasi diimprovisasi sesuai dengan tahap perkembangan siswa berkebutuhan khusus, dengan mempertimbangkan karakteristik ciri-ciri dan tingkat kecerdasannya. Modifikasi kurikulum dilakukan terhadap: alokasi waktu, isimateri kurikulum, proses belajar- mengajar, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas. 104 Modifikasipengembangan kurikulum pendidikan inklusi di Madania dilakukan oleh guru-guru yang mengajar di kelas inklusi bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait terutama guru-guru SEN Unit yang sudah berpengalaman menangani siswa berkebutuhan khusus di bawah koordinasi Koordinator SEN Unit. Modifikasi alokasi waktu dilakukan dengan mengacu pada kecepatan belajar siswa. Misalnya materi pelajaran pokok bahasan tertentu dalam kurikulum reguler diperkirakan alokasi waktunya selama 6 jam, untuk siswa berkebutuhan khusus kelompok reguler, dapat dimodifikasi menjadi sekitar 8 jam , dan untuk siswa berkebutuhan khusus kelompok reguler modifikasi dan kelompok individual dapat dimodifikasi menjadi 10 jam. 105 103 Thomas Lickona, Educating for Character How Our School Can Teach Respect and Responsibility New York: Bantam Books, 1992, 45. 104 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P . , koordinator SEN Unit di Madania, 30-4- 2010. 105 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P . , koordinator SEN Unit di Madania, 30-4- 2010. 94 Modifikasi isimateri dilakukan terhadap materi kurikulum . Misalnya untuk siswa berkebutuhan khusus kelompok reguler materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat tetap dipertahankan, atau tingkat kesulitannya diturunkan sedikit. Untuk siswa berkebutuhan khusus kelompok reguler modifikasi dan kelompok individual, materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat dikurangi atau diturunkan tingkat kesulitan seperlunya, atau bahkan dihilangkan bagian tertentu. 106 Modifikasi proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di kelas dengan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan pendekatan student centerred yang menekankan perbedaan individual setiap anak, lebih terbuka divergent, disesuaikan dengan berbagai tipe belajar siswa, dan menerapkan pendekatan pembelajaran kompetitif seimbang dengan pendekatan pembelajaran kooperatif. Untuk siswa berkebutuhan khusus kelompok reguler modifikasi dan kelompok individual, modifikasi dilakukan dengan cara memberikan kesempatan mobilitas tinggi, yang memungkinkan siswa yang saling bergerak kesana- kemari, dari satu kelompok ke kelompok lain. Modifikasi proses belajar mengajar juga dilakukan dengan one to one teaching, dimana siswa berkebutuhan khusus kelompok individual belajar di ruang SEN Unit oleh guru mata pelajaran atau guru SEN Unit. 107 Modifikasi sarana-prasarana dilakukan dengan menyediakan sarana prasarana tambahan yang disesuaikan dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus. Sarana prasarana tambahan di Madania diantaranya: beberapa ruang belajar untuk one to one teaching yang ada di ruang SEN Unit, calm room, 108 106 Pengurangan materi kurikulum dilakukan terhadap siswa berkebutuhan khusus kelompok individual dengan cara menghilangkan mata pelajaran yang dianggap sulit untuk dipelajari oleh mereka. Sebagai contoh untuk kasus Ilen siswa kelas 9, mata pelajaran yang dipelajari hanya matematika, agama, bahasa inggris, IPA, dan bahasa indonesia. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Mardaih, S.Pd., guru SEN Unit di Madania, 22-7- 2010. 107 Pada kasus tertentu, ketika akan memulai proses belajar mengajar, guru memberikan kesempatan pada siswa berkebutuhan khusus berlari dulu di lapangan untuk memfasilitasi keinginannya yang selalu ingin bergerak. Kasus ini biasanya terjadi pada siswa autis dan siswa yang hiperaktif. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P., koordinator SEN Unit di Madania, 30-4- 2010. 108 Ruangan khusus yang kedap suara. Ruangan ini disediakan untuk siswa berkebutuhan khusus pada kondisi khusus seperti tantrum mengamuk, berteriak, dsb. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P., koordinator SEN Unit di Madania, 22-7- 2010. 95 dan media-media pembelajaran yang dibutuhkan siswa sesuai kekhususannya. Dan untuk siswa berkebutuhan khusus kelompok individual, karena mereka kesulitan untuk berfikir abstrak maka di beri tambahan sarana-prasarana khusus yang lebih banyak, terutama untuk memvisualisasikan hal-hal yang abstrak agar menjadi lebih konkrit. Modifikasi lingkungan belajar di Madania dilakukan dengan mengupayakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Lingkungan yang kondusif diciptakan supaya siswa berkebutuhan khusus merasa nyaman berada di lingkungan sekolah. Apabila mereka merasa nyaman, maka mereka akan lebih mudah untuk diajak bekerjasama khususnya dalam proses belajar mengajar. Modifikasi lingkungan misalnya dengan menyediakan ruangan kelas yang kedap suara untuk meningkatkan ketenangan dan mengurangi stimulasi gangguan visual dan auditori. 109 Modifikasi lingkungan juga dilakukan terhadap media pembelajaran yaitu dengan menempelkan gambar-gambar dan tulisan-tulisan hasil kreasi mereka di dinding kelas sehingga ruangan menjadi indah dan membuat mereka semangat belajar disamping bangga dengan hasil karyanya. Modifikasi pengelolaan kelas dlakukan dengan cara mengelola kelas secara fleksibel sehingga memungkinkan mudah dilaksanakannya pembelajaran kompetitif individual, pembelajaran kooperatif kelompokberpasangan, dan pembelajaran klasikal. Dalam mengelola kelas, guru di Madania banyak melakukan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan cara mengembangkan jiwa kerjasama dan kebersamaan diantara siswa. Siswa diberi tugas dalam kelompok, kemudian secara bersama-sama mereka mengerjakan tugas dan mendiskusikannya. Penekanannya adalah kerjasama dalam kelompok, dan kerjasama dalam kelompok ini yang dinilai oleh guru. Dengan cara ini sosialisasi siswa dan jiwa kerjasama serta saling tolong menolong akan berkembang dengan baik. 109 Tingkat konsentrasi siswa berkebutuhan khusus sangat rendah sekali. Ketika proses belajar mengajar sedang dilaksanakan, mereka akan cepat beralih konsentrasinya apabila mendengar suara-suara dari luar ruangan belajarnya. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Hakim Anshory, S.P., koordinator SEN Unit di Madania, 30-4- 2010. 96 Model kurikulum di Madania dibagi menjadi 3 bagian yaitu model kurikulum regular, model kurikulum reguler modifikasi, dan model kurikulum individual. Pada model kurikulum reguler, siswa berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum reguler sama seperti siswa-siswa normal lainnya di dalam kelas yang sama. Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses pembimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajarnya. Kurikulum reguler diperuntukkan bagi siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus kelompok reguler yang tidak mempunyai hambatan secara akademik pada 0-50 mata pelajaran. 110 Pada model kurikulum reguler dengan modifikasi, guru melakukan modifikasi pada strategi pembelajaran, jenis penilaian, maupun pada program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan siswa. Pada model ini, terdapat siswa berkebutuhan khusus yang memiliki program pembelajaran berdasarkan kurikulum reguler dan IEP. 111 Kurikulum reguler modifikasi diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus yang mempunyai hambatan secara akademik pada 50-70 mata pelajaran. 112 Sedangkan pada model kurikulum Individual atau disebut juga IEP, guru mempersiapkan IEP yang dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan guru kelas, guru SEN Unit, guru pendamping, orang tua, psikolog dan tenaga ahli lain yang terkait. Model ini diperuntukan bagi siswa yang mempunyai hambatan secara akademik pada 70-90 mata pelajaran dan tidak memungkinkan untuk mengikuti proses belajar berdasarkan kurikulum reguler. Siswa berkebutuhan khusus seperti ini dapat dikembangkan potensi belajarnya dengan menggunakan IEP dalam setting kelas reguler, sehingga mereka bisa mengikuti proses belajar sesuai fase perkembangan dan kebutuhannya. 113 110 Educational Support Department, Handbook 2009-2011, 16. 111 Program Pendidikan Individual Individualized Education Program di Indonesia belum banyak dikenal. Untuk pertama kalinya bentuk pelayanan ini diperkenalkan dalam lokakarya yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah bekerjasama dengan UNESCO pada tanggal 21-30 Oktober 1992 di Jakarta. Lokakarya dihadiri oleh semua kepala bidang SD dari semua Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari 27 Provinsi di Indonesia. Lihat Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar Jakarta: Rineka Cipta, 2003, 55. 112 Educational Support Department, Handbook 2009-2011, 16. 113 Educational Support Department, Handbook 2009-2011, 16. 97 Program Pembelajaran Individual merupakan layanan yang lebih berfokus pada kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta didik. IEP sangat erat kaitannya dengan tiga komponen utama yaitu : tingkat kemampuan atau prestasi performance level, sasaran program tahunan annual goals, dan sasaran jangka pendek short term objective. 114 Tingkat kemampuan diketahui setelah dilakukan asesmen melalui pengamatan dan tes-tes tertentu. Di Madania asesmen dilakukan oleh guru-guru SEN Unit. Asesmen dilakukan untuk menggali informasi berkaitan dengan kebutuhan pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik. Informasi umumnya berkaitan dengan kemampuan-kemampuan akademik, pola perilaku khusus, keterampilan untuk menolong diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari, bakat vokasional, dan tingkat kemampuan berkomunikasi. Tingkat prestasi mengacu pada pernyataan yang bersifat data spesifik tentang mata pelajaran yang dapat dipakai sebagai sasaran pembelajaran dan lebih menekankan pada informasi tentang aspek-aspek positif dari setiap peserta didik. Artinya, memandang peserta didik berkebutuhan khusus dengan apa yang dapat ia lakukan, bukan dengan memandang kelainan apa yang ia sandang dan menjadi hambatan pembelajarannya. Sasaran program tahunan merupakan kunci komponen pembelajaran karena dapat memperkirakan program jangka panjang selama kegiatan sekolah dan dapat dipecah-pecah menjadi beberapa sasaran antara terminal goal yang dituangkan ke dalam program semester. Sedangkan sasaran jangka pendek ini bersifat sasaran antara yang diterapkan setiap semester dalam tahun yang berjalan. Di Madania, sasaran ini biasanya sudah dikonsepkan oleh guru SEN Unit sebelum penerapan program IEP, sehingga dipakai sebagai acuan dalam proses pembelajaran dan dikembangkan guna mencapai kemampuan- kemampuan yang lebih spesifik dapat diamati dan dapat diukur. Kemampuan spesifik berorientasi pada kebutuhan peserta didik student oriented dan pada hal-hal yang positif. Kemampuan spesifik itu hendaknya dapat memenuhi 114 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi Klaten:PT Insan Sejati Klaten, 2009, 58-59. 98 kriteria-kriteria keberhasilan tertentu untuk suatu tugas yang disampaikan kepada peserta didik dalam upaya mencapai sasaran tahunan saat disampaikan dalam proses pembelajaran. 115 Program-program yang tercantum dalam IEP biasanya diarahkan pada perkembangan kedewasaan siswa sesuai dengan sasaran akhir jangka pendek yang konsisten dengan sasaran jangka tahunan. Sasaran-sasaran tersebut dipilah-pilah menjadi bagian demi bagian sehingga tugas-tugas mudah dilakukan oleh siswa bersifat task analysis. Menurut Bandi Delphie, IEP merupakan bentuk pembelajaran yang mengacu pada perkembangan keterampilan khusus dan perilaku adaptif yang sesuai dengan penggunaan model ABC pada operant conditioning. 116 Landasan filosofis dan Teoritis bagi pengembangan kurikulum sekolah adalah: kurikulum harus dimulai dari lingkungan yang terdekat, kurikulum harus mampu melayani pencapaian tujuan pendidikan nasional dan tujuan satuan pendidikan, model kurikulum harus sesuai dengan ide kurikulum, dan proses pengembangan kurikulum harus bersifat fleksibel dan komprehensif. 117 Sesuai dengan ketetapan pada Permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi, kurikulum sekolah dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yaitu: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Prinsip lainnya yaitu beragam dan terpadu, yaitu kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, status sosial ekonomi dan gender. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni adalah prinsip lainnya dalam pengembangan kurikulum sekolah, selain relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, dan seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. 118 115 EA. Polloway Patton JR., Strategies for Teaching Learners with Special Needs New York: Macmillan, 1993, 41-45. 116 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, 59. 117 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu Aplikasi Pendidikan, 139. 118 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu Aplikasi Pendidikan, 139. 99 Kesimpulan dari bukti-bukti yang ditunjukkan pada bab ini yaitu bahwa kurikulum yang sesuai dengan siswa berkebutuhan khusus adalah kurikulum yang dapat mengakomodasi kekhususan karakteristik siswa yang berbeda-beda. Disamping itu, kurikulum juga harus mengacu pada apa yang dapat dilakukan siswa, dan bukan memandang pada kelainan yang disandangnya.

D. Kompetensi Pendidik yang Dibutuhkan