147 a.
Terhindarnya remaja dari berbagai masalah sosial sebagai akibat putus sekolah dan terlantar.
b. Terwujudnya kemandirian remaja atas dasar kekuatan dan kemampuan-
nya sendiri dalam memilih, menetapkan dan memutuskan cara terbaik terhadap berbagai upaya pemecahan masalah yang dihadapinya.
c. Terwujudnya kemampuan dan kekuatan remaja dalam mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki, yang memungkinkan bersangkutan dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara memadai.
J. Sasaran Garapan dan Persyaratan menjadi Warga Binaan Sosial di PSBR “Taruna Jaya” Tebet
69
Sasaran garapan dari PSBR “Taruna Jaya” Tebet adalah para remaja yang putus sekolah, terlantar dan atau anak jalanan, baik yang datang langsung maupun
yang dikirim melalui Sudin Bintal dan Kesos lima wilayah Kotamadya, Kasie Bintal dan Kesos Kecamatan, Lurah, LSM, PSM dan unsur masyarakat serta hasil
penertiban dari wilayah Propinsi DKI Jakarta. Sedangkan untuk menjadi warga binaan PSBR bagi yang datang langsung
memiliki beberapa persyaratan, yaitu sebagai berikut : a.
Laki-laki ataupun perempuan berusia 15-21 tahun. b.
Sehat jasmani dan rohani. c.
Belum pernah menikahfotocopy KTP. d.
Pas foto 4x6 = 2 lembar dan 2x3 = 2 lembar. e.
Putus sekolah belum bekerjamenganggur.
68
Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja PSBR, Departemen Sosial Republik Indonesia. 2002 h.15.
69
Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.
148 f.
Bebas narkoba keterangan dokter Puskemas. g.
Surat pengantar dari RtRw, Lurah setempat keterangan tidak mampu dan tidak terlibat kriminal.
h. Surat
rujukan dari
institusi pelayanan
kesejahteraan sosial
pemerintahswasta. i.
Bersedia mengikuti aturan dan tata tertib di PSBR “Taruna Jaya” Tebet.
K. Jumlah Peserta Pelatihan
Dalam setiap angkatan di PSBR terdapat 120 orang yang menjadi Warga Binaan Sosial, dan setiap tahunnya terdapat dua angkatan. Berikut ini adalah
jumlah Warga Binaan Sosial setiap jurusan dari masing-masing angkatan mulai angkatan 73 tahun 2006 sampai dengan angkatan 79 tahun 2009.
Tabel 1. Jumlah WBS di PSBR
2006 2007
2008 2009
73 74
75 76
77 78
79 Otomotif
32 34
31 34
31 33
33 Las
22 31
34 30
30 25
28 Menjahit
16 24
25 16
11 21
12 Salon
27 18
16 13
20 20
15 AC
24 23
24 27
23 21
32
Sumber: Bagian data PSBR
149
L. Proses Pelayanan
Prinsip dasar dari proses pelayanan sosial di PSBR adalah:
70
1. Penerimaan artinya bahwa setiap pelayanan yang diberikan selalu didasarkan
pada kondisi objektif dalam memahami sasaran. Kondisi tersebut bersangkutan dengan berbagai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
remaja. 2.
Individualisasi artinya setiap pelayanan yang diberikan adalah unik, spesifik yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh remaja,
bukan berorientasi pada kepentingan pelaksanaan. Oleh sebab itu, penyediaan keanekaragaman pelayanan sosial adalah lebih memberikan
peluang kepada penerapan individualisasi daripada pelayanan yang bersifat tunggal.
3. Partisipasi artinya bahwa setiap pelayanan haruslah melibatkan remaja
secara proaktif dalam setiap proses pelayanan yang dilakukan terhadapnya. Termasuk di dalamnya adalah memberikan peluang seluas-luasnya kepda
remaja untuk menentukan berbagai pilihannya. 4.
Kerahasian artinya setiap pelayanan sosial yang diberikan haruslah didasarkan pada confidential sasaran.
5. Mawas diri artinya bahwa setiappelayanan yang dilakukan seharusnya
didasarkan pada kepentingan pribadi. 6.
Kontabilitas artinya setiap pelayanan yang dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan pada public.
70
Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja PSBR, Departemen Sosial Republik Indonesia. 2002. h. 16.
150 Sedangkan proses pelayanan yang diberikan oleh PSBR bagi para Warga
Binaan Sosial WBS merupakan sebuah proses yang mencakup:
71
1. Tahap pendekatan awal
Pendekatan awal merupakan tahap awal untuk mengadakan kontak dengan pihak yang akan dilibatkan dalam setiap pelayanan yang diberikan
PSBR : a.
Orientasi, yaitu proses pemberian informasi pelayanan yang terseda di PSBR kepada sasaran potensial maupun masyarakat.
b. Identifikasi terhadap remaja yang memenuhi criteria sebagai sasaran.
Calon penerima pelayanan dapat diperoleh dari hasil penjangkauan petugas PSBR maupun datang sendiri ke PSBR. Calon penerima
pelayanan yang tidak memenuhi kriteria PSBR dirujuk kepada lembaga lain. Tahap penerimaan, meliputi:
1. Pendaftaran 3. Registrasi administrasi
2. Seleksi 4. Penempatan di asrama
c. Motivasi kepada remaja yang akan dijadikan sebagai calon penerima
pelayanan d.
Melakukan kesepakatan kerja anatara PSBR dengan calon penerima pelayanan.
2. Tahap Assesmen
Penelaahan dan pengungkapan masalah asessmen entang kondisi objektif, termasuk di dalamnya kemampuan, perasaan, pengetahuan, nilai
71
Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja PSBR, Departemen Sosial Republik Indonesia. 2002 dan Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.
151 dan psikologis yang diuji melalui tes bakat dan kemampuan serta telaahan
kasus. 3.
Tahap pelaksanaan kegiatan Kegiatan yang dilaksanakan di PSBR antara lain:
a. Penyatuan visi dan misi peserta out bond
b. Bimbingan mental dan agama
c. Bimbingan sosial
d. Bimbingan fisikolahraga
e. Bimbingan keterampilan kerja, sesuai dengan minat peserta antara lain:
1. Otomotif bengkel mobil dan motor
2. Las listrik dan karbit
3. Menjahit pakaian pria dan wanita
4. Salon tata rias dan kecantikan
5. AC air conditioner
f. Program PKL praktek kerja lapanganmagang
g. Bimbingan ekstrakurikuler
1. Vocal group
2. Olahraga
3. Wirausaha
4. Pertamanan, dll
4. Tahap terminasi, penyaluranpembinaan lanjut
Terminasi merupakan kegiatan
pengakhiran yang dilakukan
berdasarkan hasil evaluasi terhadap kemajuan penanganan masalah. Terminasi perlu diikuti oleh bimbingan lanjut untuk memantau
152 perkembangan penerima layanan setelah kembali ke keluarga dan
masyarakat. Sedangkan penyaluran dalam bina lanjut terbagi menjadi dua yaitu:
a. Penyaluran meliputi kegiatan:
1. Pemberian pengarahan dan motivasi kerja
2. Merujuk ke lembaga lain yang lebih spesifik
3. Menghubungkan dengan sumberlapangan pekerjaan program
magang b.
Pembinaan lanjut meliputi kegiatan: 1.
Mengadakan kunjungan rumah home visit kepada ex WBS untuk mengetahui perkembangannya secara langsung.
2. Menjalin hubungan dengan orangtua dan masyarakat atau lembaga
pengiriman WBS. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap kelangsungan usaha ex.
WBS, serta terminasi, jika ex. WBS sudah dapat hidup mandiri.
M. Sumber Dana