124 Dalam hal ini, tujuan pelatihan secara umum adalah pengembangan
kualitas sumber daya manusia yang bersumber dari kualitas manusia seperti yang diharapkan antara lain dari aspek-aspek sebagai berikut:
27
1. Meningkatan semangat kerja.
2. Pembinaan budi pekerti.
3. Meningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Meningkatan taraf hidup.
5. Meningkatkan kecerdasan.
6. Meningkatkan keterampilan.
7. Meningkatkan derajat kesejahteraan.
8. Meningkatkan lapangan pekerjaan.
9. Meningkatkan pembangunan dan pendapatan.
B. Pengertian Keterampilan
Keterampilan memiliki kata dasar “terampil” yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan mempunyai
arti kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
28
Menurut W. Gulo, keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi
yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan suatu ketautan yang utuh.
29
Sudirman A. M. menjelaskan bahwa keterampilan ada 2 macam, yaitu sebagai berikut:
27
Ibid., h.14.
28
Tim Penyusun, Kamus Besar, h. 935.
29
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo, 2002, h. 51.
125 a.
Keterampilan jasmani. Yaitu keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan
menitikberatkan pada keterampilan gerak atau keterampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
b. Keterampilan rohani.
Yaitu keterampilan yang menyangkut persoalan-persoalan penghayatan. Keterampilan berfikir serta kreatif untuk menyelesaikan dan merumuskan
masalah.
C. Pengertian Remaja
Istilah remaja dalam Islam tidak ada. Di dalam Al Qur’an ada kata alfityatu, fityatun
yang artinya orang muda. Ada pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak- kanak lagi atau juga bisa berarti penentuan
umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Golinko yang dikutip oleh Rice, kata “remaja” berasal dari bahasa latin
yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun dalam Rice yang
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Sedangkan Papalia dan Olds tidak memberikan pengertian
remaja adolescent secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja adolescence.
30
Menurut Hurlock, 1992, istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
30
“Remaja,” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 dari http:rumahbelajarpsikologi
.com index.phpremaja.html .
126 lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.
31
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon dalam Monks, dkk 1994 bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas
sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia remaja memiliki arti mulai dewasa.
32
Masa remaja ialah suatu periode dari masa anak-anak menjadi dewasa ketika manusia menguji berbagai peran yang mereka mainkan dan
mengintegrasikan peran-peran itu ke dalam suatu persepsi diri, suatu identitas.
33
Secara psikologis usia remaja merupakan umur yang dianggap “gawat”, oleh karena yang bersangkutan sedang mencari identitasnya.
34
Remaja lebih banyak memerlukan pengertian daripada sekedar pengetahuan saja.
35
Karena remaja masih bersifat labil dalam keadaan apapun dan memerlukan pendampingan dalam
setiap kesempatan. Menurut Papalia dan Olds sebagaimana dikutip O’Donnell, masa remaja
adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Erikson yang dikutip oleh Papalia, Olds Feldman, mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah
31
Fitri, “Psikologi Remaja,” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 dari http:
duniapsikologi.dagdigdug.com20081127pengertian-remaja
32
Tim Penyusun, Kamus Besar, h. 739.
33
Tim Penyusun, Intervensi Psikososial Intervensi Pekerja Sosial Profesional, Jakarta: Departemen Sosial Direktoral Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, 2006, h.13.
34
Soerjono Sekanto, Sosiologi suatu pengantar Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001, Cet. Ke-32 h. 495.
35
Ibid., h.496
127 menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam
tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Menurut Adams Gullota yang dikutip oleh Aaro, masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun.
Sedangkan Hurlock membagi masa remaja menjadi masa remaja awal 13 hingga 16 atau 17 tahun dan masa remaja akhir 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun.
Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa
dewasa.
36
1. Remaja Putus Sekolah
Pengertian putus sekolah adalah seseorang yang telah masuk dalam sebuah lembaga pendidikan baik itu pada tingkat SD, SMP, maupun SMA
untuk belajar dan menerina pelajaran tetapi tidak sampai tamat atau lulus kemudian mereka berhenti atau keluar dari sekolah.
37
Kemudian seseoramg juga bisa dikatakan putus sekolah dan dapat pula diartikan sebagai Drop-Out DO yang artinya bahwa seorang anak didik yang
karena sesuatu hal, biasa disebabkan karena malu, malas, takut, sekedar ikut- ikutan dengan temannya atau karena alasan lain sehingga mereka putus
sekolah di tengah jalan atau keluar dan tidak lagi masuk untuk selama- lamanya.
38
Sedangkan menurut penulis, yang dikatakan remaja putus sekolah adalah seorang yang berusia di bawah 18 tahun tidak mampu menyelesaikan
36
“Remaja,” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 http:rumahbelajarpsikologi.
comindex.phpremaja.html
37
Abied, “Faktor Penyebab Putus Sekolah,” artikel diakses tanggal 01 November 2009 dari
http:meetabied.wordpress.com20091030faktor-penyebab-putus-sekolah
38
Ibid.,
128 suatu jenjang pendidikan, dengan kata lain meninggalkan sekolah sebelum
menyelesaikan keseluruhan masa belajar yang telah ditetapkan. Karena dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang nomer 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak dikatakan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Dan masa remaja adalah sebuah fase dimana seorang anak akan menuju masa dewasa, artinya seorang remaja dipastikan belum berumur 18
tahun. Banyak remaja yang putus sekolah disebabkan oleh tidak mampu
memenuhi tuntutan sistem sekolah karena keharusan bekerja. Anak-anak lainnya menjadi pekerja anak karena tidak tersedianya sekolah, karena mereka
tidak mampu membayar biaya sekolah, karena pendidikan yang ditawarkan berkualitas rendah atau dipandang tidak relevan atau karena lingkungan
sekolah tidak bersahabat.
39
Sementara sebagian anak terampas hak atas pendidikannya karena mereka mulai masuk ke pasar kerja terlalu dini,
sementara yang lain masuk ke lapangan kerja secara prematur karena hak mereka untuk memperoleh pendidikan tidak secara efektif dijamin.
Sangatlah mungkin bagi seorang anak untuk bekerja dan tetap bersekolah, namun hanya sedikit yang dapat melakukan keduanya itu. Hanya
tujuh persen anak yang berusia 5-9 tahun, 10 anak yang berusia 10-14 tahun dan 11 anak yang berusia 15-17 tahun yang tetap bersekolah sambil
bekerja.
40
39
Mr. Dan O’Donnell, Perlindungn Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
UNICEF, 2006, h.128.
40
Ibid., h. 128.
129 Penyebab utama pekerjaan di bawah umur bersifat struktural, dan
berkaitan dengan kelemahan dalam sistem pendidikan, sistem sosial dan sistem ekonomi. Program-program penyesuaian sosial, privatisasi dan transisi
ke ekonomi pasar telah memberi dampak yang sangat signifikan pada tingkat bersekolah dan pekerjaaan anak di beberapa negara.
41
Meskipun demikian, faktor budaya dan hukum juga ikut memainkan peran. Di banyak negara,
minimum usia untuk bekerja lebih rendah dibanding usia wajib masuk bangku sekolah, yang menyebabkan keadaan paradoks dimana anak memiliki hak
untuk mendapatkan pekerjaan sementara pada saat yang sama secara hukum diwajibkan sekolah.
42
Konvensi ILO no. 138 menetapkan tiga batas usia anak dan pekerjaannya
43
: 1.
18 tahun untuk pekerjaan berbahaya, 2.
15 tahun untuk pekerjaan penuh-waktu di lingkungan pekerjaan yang tidak berbahaya,
3. 13 tahun untuk pekerjaan yang tidak menganggu pendidikan anak.
Masing-masing negara harus menetapkan daftar jenis-jenis pekerjaan yang dianggap berbahaya. Negara-negara yang keadaan ekonomi dan sistem
pendidikannya kurang baik akan membuat pembagian usia di atas tidak realistis dan mungkin akan menurunkan usia minimum untuk pekerjaan
“ringan” ke 12 tahun dan untuk pekerjaan yang tidak berbahaya lainnya ke 14 tahun.
44
Konvensi ILO No. 182 tentang Penghapusan Pekerjaan-pekerjaan
41
Ibid., h. 128.
42
Ibid., h. 128
43
Ibid., h. 130
44
Ibid., h. 130
130 yang Terburuk untuk Anak juga melarang mempekerjakan seseorang yang
berusia di bawah 18 tahun di jenis pekerjaan yang berbahaya. Konvensi ini tidak membolehkan adanya pengecualian dalam bentuk apapun.
45
2. Ciri-ciri Masa Remaja
46
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja. 1.
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm stress. Peningkatan
emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan
emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan
tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah. 2.
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin
akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
45
Ibid., h. 130
46
Ibid.,
131 pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti
tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya yang dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal
menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja
diharapkan dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. 5.
Kebanyakkan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi
lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggung jawab tersebut.
3. Tantangan dan Masalah Remaja
47
Masalah penting yang dihadapi oleh remaja cukup banyak, diantaranya adalah dengan timbulnya berbagai konflik dalam diri remaja.
47
Sri Wahyuni, “Remaja Tantangan dan Harapan,” artikel diakses pada tanggal 29 Agustus 2009 dari
http:smp1wonosari.wordpress.com20071201remaja-harapan-dantantangan
132 1.
Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dengan kebutuhan untuk bebas dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial
dan penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya. Di lain pihak dia membutuhkan rasa bebas, karena dia merasa telah besar,
dewasa dan tidak kecil lagi. Konflik antar kebutuhan tersebut menyebabkan rusaknya keseimbangan emosi remaja.
2. Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan
terhadap orangtua. Di lain pihak remaja ingin bebas dan mandiri, yang diperlukannya dalam mencapai kematangan fisik, tetapi membutuhkan
orangtua untuk memberikan materi guna menunjang studi dan penyesuaian sosialnya. Konflik tersebut menimbulkan kegoncangan
kejiwaan pada remaja sehingga mendorongnya mencari pengganti selain orangtuanya biasanya teman, guru ataupun orang dewasa
lainnya dari lingkungannya. 3.
Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial. Kematangan seks yang terjadi pada remaja menyebabkan terjadinya
kebutuhan seks yang mendesak tetapi ajaran agama dan nilai-nilai sosial menghalangi pemuasan kebutuhan tersebut. Konflik tersebut
bertambah tajam apabila remaja dihadapkan pada cara ataupun perilaku yang menumbuhkan rangsangan seks seperti film, sandiwara
dan gambar. 4.
Konflik nilai-nilai, yaitu konflik antara prinsip-prinsip yang dipelajari oleh remaja dengan prinsip dan nilai yang dilakukan orang dewasa di
lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
133 5.
Konflik menghadapi masa depan. Konflik ini disebabkan oleh kebutuhan untuk menentukan masa depan. Banyak remaja yang tidak
tahu tentang hari depan dan tidak tahu gambarannya. Biasanya pilihan remaja didasarkan atas pilihan orangtua atau pekerjaan yang populer di
masyarakat.
D. Pengertian Kualitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kualitas” berarti tingkat baik buruknya sesuatu, sedangkan berkualitas adalah mempunyai kualitas,
bermutu baik.
48
Davis dalam Yamit membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupannya yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa
kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan.
Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan produk yang berkualitas.
49
E. Pengertian Sumber Daya Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang kompleks dan unik, dan dicipakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri.
48
Tim Penyusun, Kamus Besar, h. 502.
49
Arianto, artikel diakses tanggal 30 Agusutus 2009 dari http:smileboys.blogspot.com
2008 07pengertian-kualitas.html
134 Substansi pertama disebut tubuh fisik atau jasmani sebagai unsur materi, sedang
substansi kedua adalah jiwa rohani atau psikis yang bersifat non materi.
50
Sumber daya manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah potensi manusia yang dapat dikembangakan untuk proses produksi.
51
Sedangkan Ahmad S. Ruky mengatakan bila kualitas yang dimaksud adalah sumber daya
manusia, maka pada dasarnya pengertian sumber daya manusia adalah tingkat pengetahuan, kemampuan dan kemauan yang dapat ditunjukkan oleh sumber daya
manusia.
52
Sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek yaitu dari segi kualitas dan kuantitas. Di Indonesia sendiri sumber daya manusia sangatlah besar dari segi
kuantitas namun masih sangat kurang dari segi kualitas. Hakekat manusia sebagai individu secara garis besar telah coba dipahami
oleh para ahli psikologi. Kelompok psikoanalisis menganggap bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang
bersifat instinktif.
53
Pandangan dari kelompok Behavioris yang melihat bahwa manusia sebagai makhluk yang reaktif dan berusaha menyesuaikan dengan
lingkungan, sehingga banyak tingkah laku manusia dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
54
Sedangkan pandangan yang ketiga adalah dari kelompok Humanistik, yang melihat manusia sebagai makhluk yang rasional dan memiiki
dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif.
55
50
Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis kompetitif Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005, Cet. ke 6, h. 3.
51
Tim Penyusun, Kamus Besar. h. 95.
52
Ahmad S. Ruky, Sumber Daya Manusia Berkualitas: Menakar Visi Menjadi Realitas Jakarta: Gramedia, 2003, h. 56.
53
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas
Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2003, h. 30.
54
Ibid., h. 32
55
Ibid., h. 33
135 Menurut Sasongko, dkk, dari ketiga pandangan di atas dapat dilihat bahwa
hakekat manusia sangat kompleks dan luas. Tetapi ada beberapa unsur yang dapat dipahami untuk mendapatkan wawasan yang sedikit lebih terpadu mengenai
manusia, antara lain
56
: a.
Manusia pada dasarnya memiliki inner force yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhannya.
b. Lingkungan merupakan unsur yang dapat menentukan tingkah laku
manusia, dan tingkah laku banyak diperoleh berdasarkan hasil belajar. c.
Di dalam diri manusia terdapat potensi, namun potensi itu terbatas. d.
Manusia merupakan makhluk yang bersifat rasional mencoba menggunakan rasionya, dan mencoba bertanggung jawab atas tingkah laku
sosialnya. e.
Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya, dan mampu menentukan nasibnya
sendiri. f.
Manusia pada hakekatnya adalah individu yang selalu berkembang terus, dan dalam proses pencarian kea rah “kesempurnaan”.
g. Dalam usaha-usaha untuk mewujudkan dirinya, manusia berusaha
membantu orang lain dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih “baik” untuk ditempati.
56
Ibid., h. 34-35
136
1. Tujuan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Setiap pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat
diperlukan pada semua hal. Menurut Sedarmayanti peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk berbagai keperluan antara lain
57
: 1.
Menyiapkan seseorang agar pada saatnya mampu diserahi tugas yang sesuai.
2. Memperbaiki kondisi seseorang yang sudah diberi tugas dan sedang
menghadapi tugas tertentu, sedangkan yang merasa ada kekurangan pada dirinya diharapkan mampu mengemban tugas sebagai mana mestinya.
3. Mempersiapkan seseorang untuk diberi tugas tertentu yang sudah pasti
syaratnya lebih berat dari tugas yang dikerjakan. 4.
Melengkapi seseorang dengan hal-hal yang mungkin timbul di sekitar tugasnya, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berpengaruh
terhadap pelaksanaan tugasnya. 5.
Menyesuaikan seseorang kepada tugas yang mengalami perubahan karena berubahnya syarat untuk mengerjakan tugas untuk pekerjaan secara
sebagian atau seluruhnya. 6.
Menambah keyakinan dan percaya diri kepada seseorang bahwa dia adalah orang yang sesuai dengan tugas yang sedang diembannya.
7. Meningkatkan wibawa seseorang dari pandangan bawahan maupun orang
lain baik teman sejawat maupun para relasinya.
57
Sedarmayanti, Sumber Daya dan Produktifitas Kerja Bandung: CV Mandar Maju, 2001, h.18.
137 Kualitas sumber daya manusia menyangkut dua aspek, yaitu kualitas
fisik dan non fisik yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir dan keterampilan-keterampilan lain.
Tujuan dari peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak luput dari proses pemberdayaan manusia itu sendiri. Menurut Payne yang dikutip oleh
Isbandi dalam Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas mengungkapkan bahwa proses pemberdayaan pada intinya
membantu klien untuk memperoleh daya dalam mengambil keputusan dan mementukan tindakan yang akan dia lakukan antara lain dengan transfer daya
dari limgkungannya.
58
F. Nilai
Nilai menurut
Schwartz dalam
artikel nilai
pada situs
rumahbelajarpsikologi.com adalah suatu keyakinan, berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, melampaui situasi spesifik,
mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian- kejadian, serta tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
59
Sedangkan nilai menurut Rokeach dalam artikel nilai pada situs rumahbelajarpsikologi.com dikatakan bahwa nilai sebagai keyakinan karena nilai
memiliki aspek kognitif, afektif dan tingkah laku dengan penjelasan sebagai berikut:
60
58
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, h. 54.
59
“Nilai,” artikel diakses pada tanggal 29 Oktober 2009 http:rumahbelajarpsikologi.com index.phpnilai.html.
60
Ibid.,
138 1.
Nilai meliputi kognitif tentang apa yang diinginkan, menjelaskan pengetahuan, opini dan pemikiran individu tentang apa yang
diinginkan. 2.
Nilai meliputi afektif, di mana individu atau kelompok memiliki emosi terhadap apa yang diinginkan, sehingga nilai menjelaskan
perasaan individu atau kelompok terhadap apa yang diinginkan itu. 3.
Nilai memiliki komponen tingkah laku, artinya nilai merupakan variabel yang berpengaruh dalam mengarahkan tingkah laku yang
ditampilkan. Nilai menurut Kahle dalam Homer Kahle di dalam artikel nilai pada
situs rumahbelajarpsikologi.com mengatakan bahwa di dalam kehidupan manusia, nilai berperan sebagai standar yang mengarahkan tingkah laku. Nilai membimbing
individu untuk memasuki suatu situasi dan bagaimana individu bertingkah laku dalam situasi tersebut.
61
Jadi, nilai merupakan suatu yang sangat penting bagi setiap individu. Di dalam pelatihan nilai mutlak diberikan kepada setiap peserta karena untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan perserta tersebut setelah mengikuti pelatihan.
61
Ibid.,
139
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Identitas Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya”
Nama lembaga tempat penelitian ini adalah Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
Bertempat di Jalan Tebet Barat Raya nomer 100 Tebet - Jakarta Selatan, PSBR yang didirikan sejak tahun 1962 ini telah menghasilkan 80 angkatan sampai
sekarang.
B. Sejarah Singkat dan Perkembangan
62
Pada tahun 1960, berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI : HUK-7-5-57 tanggal 2 November 1959 Departemen Sosial bersama-sama dengan UNICEF
mengadakan penelitian yang disebut dengan nama “Accesment Planning Community of Indonesian Children Needs
Survey” yang disingkat “APS”, ke daerah lokasi, Tebet Jakarta Selatan, yang pada waktu itu merupakan daerah yang
padat penduduknya dan tingkat perekonomiannya termasuk rendah. Dari masyarakat tersebut ditemukan banyak sekali remaja yang tidak dapat
melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi putus sekolah. Dari hasil penelitian tersebut pada tahun 1962 di daerah Tebet Jakarta Selatan, didirikanlah
pusat kursus dengan nama “Pusat Keterampilan Serba Guna” yang memberikan berbagai macam keterampilan seperti montir, menjahit, mengetik, bahasa inggris,
62
Brosur Sasana Penyantunan Anak Tebet 19981999 dan Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.