Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Indonesia dimasukkan ke dalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua anak didik mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah umum mempunyai peranan yang sangat strategis, dan signifikan dalam pembentukan moral, akhlak,
dan etika peserta didik.
3
Bagi umat Islam tentunya pendidikan agama yang wajib diikutinya adalah Pendidikan Agama Islam.
4
Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang termaktub dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yaitu: “ Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
5
Dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah, terdapat beberapa factor pelemah, misalnya: soal keterbatasan waktu dan metode pembelajaran. Bagaimana membelajarkan
agama dengan durasi waktu 2 jam perminggu. Siswa yang hanya memperoleh Pendidikan Agama hanya dari bangku sekolah kemungkinan siswa akan mengabaikan ajaran agama yang
diterimanya sama sekali, karena kalah dengan lingkungan. Oleh karena itu mereka perlu diberi pelajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan,
serta keluarga harus mendukung, membantu, dan melengkapi pendidikan agama yang diperoleh di sekolah.
6
Jika siswa tidak diberikan pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dan di dalam keluarga niscaya siswa tersebut jiwanya akan kosong dengan
pengetahuan agama, tidak tahu tentang baik dan buruk atau tidak mengerti norma-norma agama dan susila yang kemungkinan nantinya akan cenderung menjadi orang yang tidak taat
menjalankan agama dan bahkan acuh tak acuh terhadap ajaran agama. Mengingat pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam mewujudkan harapan setiap
orang tua, masyarakat, dan membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka
3
Departemen Agama RI, Kendali Mutu pendidikan Agama Islam, Jakarta: Derektorat Jend Pembinaan Kelembagaan Islam, 2001, h. 1
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi…..h. 140
6
Departemen Agama, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, Jakarta: 2005,h. 41
Pendidikan Agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik- baiknya.
7
Setiap orang tua berkeinginan mempunyai anak yang berkepribadian baik, dan setiap orang tua bercita-cita mempunyai anak yang shaleh yang senantiasa membawa harum nama
orang tuanya, karena baik buruknya kelakuan akan mempengaruhi nama baik orang tuanya. Anak yang saleh yang senantiasa mendoakan orang tuanya merupakan amal baik bagi orang
tua yang akan mengalir terus menerus pahalanya walaupun orang itu sudah meninggal dunia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
ﻥ +,-ﻥ
.ﻝ 0 1ﻝ +23 4
5 6 5710 ﻝ 1
8 4 9
:
Artinya : Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah saw, bersabda: “Jikalau manusia itu sudah meninggal dunia, maka putuslah semua amalnya, kecuali tiga macam :
yaitu shadaqah jariyah yang mengalir kemanfaatannya, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang soleh yang baik kelakuannya yang senantiasa mendoakan
terhadap orang tuanya”.
8
Untuk mendukung suksesnya Pendidikan Agama Islam di sekolah, peran guru agama pun sangat penting dalam membina dan mendidik siswa agar menjadi manusia yang taat
dalam beragama. Bagi guru Pendidikan Agama Islam tugas dan kewajiban merupakan amanat yang diterima oleh guru atas dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru.
9
Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Allah menjelaskan :
+,
- .01 23
4+5 6 7
8 9:1 2;
=0 ;8
6 ?
7
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi…..h. 137
8
Al-Imam Abi Zakariah Yahya bin Syarof An-Nawawi, Riyadhus Shalihin, Penerjemah Achmat Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani, 1996, h. 89
9
Suparta, MA, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Amissco, 2003, cet ke-2, h. 3
A B
6 2CD EF
3 6
2 G
1 H
E I
J KL 6 M
NO
Artinya: “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan meyuruh kamu apabila menetapkan hokum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat
”. QS. Al-Nisa’, 4:58
10
Oleh sebab itu guru seharusnya mengamalkan ilmu yang diajarkannya dan berpegang teguh dengan ajaran agama. Guru agama pun sebagai contoh dan teladan bagi peserta didik
dalam akhlak, kelakuan adat kebiasaan, perkataan, perbuatan dan semua gerak-geriknya. Maka jelaslah bahwa pegaruh guru agama besar sekali dalam pendidikan agama di sekolah.
Sekolah merupakan tempat berkumpulnya siswa yang berlatar belakang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, baik dari segi keadaan keluarga, ekonomi, adat istiadat,
agama maupun dari segi psikologis seperti persepsi, bakat dan minatnya. Maka akan memunculkan persepsi yang berbeda-beda terhadap pelajaran yang diterima.
Dilihat dari segi psikologis, menurut penulis perbedaan persepsi pada siswa merupakan hal yang menarik, karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap objek
yang sama. Hal ini dikarenakan berbagai macam factor yang mempengaruhinya. Persepsi merupakan proses awal dari interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Persepsi merupakan proses subjektif pengolahan bagaimana manusia dapat menilai suatu objek. Dalam arti luasnya persepsi merupakan pandangan atau pengertian bagaimana
seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
11
Persepsi merupakan hal yang penting karena pandangan seseorang berperilaku terhadap suatu objek atau individu lain tidaklah
sama. Persepsi siswa terhadap pendidikan agama Islam ini perlu diketahui dengan pertimbangan bahwa siswa adalah sasaran utama dari proses belajar mengajar di sekolah,
sehingga dengan demikian dapat dilakukan beberapa penyesuaian yang tepat agar Pendidikan Agama Islam ini mendapat apresiasi yang menarik oleh siswa.
Berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam banyak persepsi negatif yang berkembang di kalangan sebagian siswa, berdasarkan pengamatan penulis, persepsi tersebut antara lain:
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Syaamil Cipta Media, h. 87 Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung: pustaka Setia, 2003, h. 445
Pendidikan Agama Islam tidak menarik, tidak menyenangkan, membosankan, dan lebih memperhatikan pelajaran umum lainnya. Meski demikian, terdapat pula sebagian siswa yang
mempunyai persepsi positif bahwa Pendidikan Agama Islam itu sangat penting, bahkan pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah telah diaplikasikan
dikehidupan sehari-hari. Seharusnya agama bukan hanya sekedar ritualitas atau hanya memenuhi kewajiban akademis saja bagi siswa, namun Pendidikan Agama Islam
pelaksanaannya harus benar-benar dirasakan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui persepsi siswa
terhadap Pendidikan Agama Islam, yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah:
“PERSEPSI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”. Studi Kasus di SMA Negeri 3 Kota Tanggerang Selatan.