Keadaan Penduduk Kondisi Geografis
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu
Kecamatan Pancur Batu dan Deli Tua.
12
Luas Kota Medan sejak tahun 1943 sampai tahun 1971 luas Kota Medan mencapai 5.130 Ha.
13
Kota Medan yang pada masa kolonial adalah bagian dari wilayah Sumatera Timur adalah kampung halamannya etnis Karo, Melayu, dan Simalungun. Etnis
Karo dan Simalungun menempati wilayah di sekitar dataran tinggi dan orang-orang Melayu menempati wilayah pesisir. Akan tetapi setelah masuknya pengaruh
kolonial Belanda, yang ditandai dengan pembukaan lahan-lahan menjadi lokasi perkebunan, maka terjadi perubahan yang sangat besar dalam susunan masyarakat
2. 2. Keadaan Penduduk
Kalau dilihat dari kependudukannya, Kota Medan mempunyai keunikan sendiri. Kota Medan merupakan pusat sosio-kultural sejak masa pemerintahan
kolonial Belanda. Sebagaimana diketahui bahwa kekuatan ekonomi perkebunan yang tumbuh di Sumatera Utara, yang pada masa itu adalah Sumatera Timur
dengan produksi tembakau yang bernilai jual tinggi menjadikan Kota Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi baru sehingga memberikan daya tarik yang luar
biasa bagi kaum pendatang untuk mengadu nasib ke wilayah ini. Heterogenitas masyarakat yang terdapat di Sumatera Utara sedikit banyaknya mempengaruhi
kondisi politik yang terjadi di wilayah tersebut.
12
Nurhamidah, dkk, Integrasi Masyarakat Etnik Cina di Kota Madya Medan Studi Kasus di Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Barat, Medan : Lembaga Penelitian USU, tidak
diterbitkan, 1992, hal. 8
13
Pemerintah Kota Medan, Profil Kota Medan, Medan : Pemerintah Kota, 2004, Hal. 38.
Universitas Sumatera Utara
di Sumatera Timur tidak terkecuali kota Medan. Pesatnya perkembangan perkebuanan pada waktu itu menyebabkan jumlah penduduk di kawasan Sumatera
Timur cepat bertambah, terutama karena banyaknya didatangkan buruh-buruh dari luar untuk bekerja di perkebunan-perkebunan tembakau tersebut.
Kota Medan adalah salah satu kota yang memiliki pola masyarakat yang heterogen di Indonesia. Heterogenitas penduduk Kota Medan muncul karena faktor urbanisasi,
yang erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan yang banyak membutuhkan tenaga-tenaga kerja. Masyarakat yang didatangkan dari luar Medan, pada dasarnya
dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan. Menurut Tengku Luckman Sinar, dalam tahun 1905 penduduk kota Medan berjumlah sekitar 14.250 orang. Pada tahun
1918 jumlah itu bertambah menjadi 43.826 orang, jumlah itu terus bertambah pada tahun 1920 menjadi 45.248 orang, serta jumlah penduduk kota Medan tahun 1930
menjadi 74.976 orang. Setelah dibentuknya Gemente Medan pada tahun 1909, maka terjadi
perubahan status pada penduduk Medan. Pertama, penduduk yang berada dibawah pemerintahan kerajaan Deli dan yang kedua adalah penduduk yang berada di
bawah pemerintahan Hindia Belanda. Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah kolonial menciptakan tiga macm lingkungan pemukimam penduduk yang
diskriminatif di Medan, yaitu : 1.
Eropeese Wijk, yaitu lingkungan pemukiman yang khusus ditempati oleh penduduk golongan Eropa. Penduduk pribumi dan golonga non-
Eropa lainnya tidak diijinkan untuk bertempat tinggal dalam lingkungan ini.
Universitas Sumatera Utara
2. Chinesee Wijk, yaitu lingkungan pemukiman yang ditempati oleh
orang-orang Cina. Selain sebagai tempat pemukiman orang Cina, juga berfungsi sebagai tempat kegiatan jual beli perdagangan, karena
dalam lingkungan tersebut terdapat banyak toko-toko kepunyaan orang Cina.
3. Lingkungan pemukiman perkampungan yang khusus ditempati oleh
penduduk pribumi. Lingkungan tersebut pada umumnya berlokasi di pinggiran kota Medan dan sebagian kecil berada dekat lingkungan
pemukiman orang-orang Cina.
14
Kondisi ini masih terus berlanjut ketika Indonesia merdeka, pola pemukiman penduduk masih berdasarkan penggolongan berdasarkan pola tersebut.
Hingga masa akhir pendudukan pemerintahan kolonial Belanda jumlah penduduk Kota Medan tidak banyak bertambah hanya berjumlah kira-kira 76.000
orang. Pada masa pendudukan Jepang terjadi peningkatan jumlah penduduk kota Medan, yaitu berjumlah kira-kira 93.000 orang
15
Namun, Pada masa perjuang mempertahankan kemerdekaan 1945-1949 penduduk kota Medan mengalami penurunan menjadi sekitar 8.120 orang . Hal ini
disebabkan oleh pengungsian besar-besaran akibat terjadinya pertempuran-pertempuran di Kota Medan terutama pemukiman penduduk pribumi menjadi tidak aman karena
sering terjadi tembak menembak antara pejuang dan pihak sekutu maupun Belanda. .
14
Tim Pengumpul, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah tingkat II Medan, Loc. Cit. Hal. 98.
15
Ibid, hal. 101
Universitas Sumatera Utara
Tindakan Belanda yang sering membabibuta telah menyebabkan rakyat banyak meninggalkan harta bendanya dan menyingkir keluar kota Medan
16
Medan pada awalnya adalah sebuah kampung kecil, yang lokasinya terletak di sekitar pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli serta merupakan salah satu
wilayah kekuasaan dari Kesultanan Deli. Catatan tentang Kampung Medan dan masyarakatnya tidak banyak diketahui sebelum dilakukannya penelitian oleh John
Anderson pada tahun 1823. .