2. Peranan Wanita Dalam Perusahaan Pos Telegraf Dan Telekomunikasi.

Para pejuang radio telah membulatkan tekad untuk menyelamatkan peralatan yang sangat penting agar tidak sampai jatuh ketangan sekutu atau Belanda. Mereka berusah memindahkan dan menyelamatkan peralatan yang amat penting ketempat yang lebih aman tanpa menghiraukan akibat-akibat yang akan dialami oleh mereka. Tapi sayang pemencar yang berkekuatan 1 KWH yang berada di Sei Sikambing tidak dapat dibawa oleh para pejuang radio karena telah terlebih dahulu diambil alih oleh sekutu. Dalam melaksanakan tugasnya para pejuang radio dikota Medan tidaklah berdiri sendiri, mereka mendapatkan dukungan yang begitu besar dari para pemimpin pergerakan dan dari pemuda yang berada dibawah koodinasi Barisan Pemuda Indonesia. Pada awal kemerdekaan para pejuang radio segera membangun beberapa staiun radio yang baru diluar staisun radio yang telah ada. Stasiun ini sengaja dibangun di daerah yang menjadi basis pertahanan pejuang seperti di daerah Kampung Baru dan daerah jalan Asia .Selain itu para pejuang radio umumnya merupakan tokoh terkemuka dikota Medan. Bahkan selain bekerja dalam bidang keradioan ,mereka juga terlibat dalam bidang lain. Diantaranya Jamaludin Adinegoro Pimpinan SKH Pewarta Deli, G. B. Joshua tokoh pendidikan, Maria Hartinningsih juga bekerja sebagai redaktur harian surat kabar di Kota Medan. Maria Hartiningsih berperan sebagai penyiar sekaligus sebagai penterjemah dalam selalu mengadakan kontak para tokoh pemuda dengan cabang radio dikota lain sehingga radio mendapatkan dukungan yang nyata

4. 2. Peranan Wanita Dalam Perusahaan Pos Telegraf Dan Telekomunikasi.

Sejak diterimanya berita proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia,bahkan sejak desas-desus bahwa Jepang telah menyerah kalah kepada sekutu yang belum diumukan Universitas Sumatera Utara secara ersmi sebelum tanggal 22 Agustus 1945, maka para pegawai pimpinan PTT Bangsa Indonesia di Bukittinggi telah mengontak pimpinan kantor PTT di Sekitar lapangan Esplanadelapangan merdeka sekarang Medan Untuk melakukan pengambil alihan jawatn PTT dari tangan bangsa Jepang. Dengan adanya kontak tersebut diharapkan pimpinan Kantor Medan mempertimbangkan usulan tersebut dan diharapkan untuk dapat melakukan persiapan untuk pengambil alihan dimaksud. Tindakan ini perlu diambil mengingat peran yang diemban oleh PTT sendiri memegang peranan penting dalam usaha perjuangan. Kantor Medan menanggapi usulan itu berbentuk dukungan sepenuhnya. Maka pada tanggal 25 Agustus 1945 dibentuklah Panitia Cabang Pusat PTT dengan susunan Formatur sebagai berikut: Ketua : Abdul Aziz Pimpinan Urusan Pos : A Achmad Basah. Sekretaris I : Bahar Sekretaris II : Ardiani Maka tim tersebut berhasil membentuk pengurus Yaitu: Kepala Urusan Umum : Aziz Kepala Urusan Pos : A. Basah Pimpinan Urusan Administrasi Telegraf dan telepon : Ismail Pimpinan Tehnik : Lim B.Liem Pimpinan Urusan Bank Tabungan Pos : Mohammad Zen. 51 Dengan dibentuknya panitia Puasa PTT wilayah Umatera yang berpusat di Bukittinggi, maka pegawai pribumi PTT kantor Cabang Medanpun mulai mengumpulkan berbagai kebutuhan untuk persiapan pengambil alihan tersebut. Pengambil alihan ini harus direncanakkan secara matang terencana dan tidak gegabah. Untuk itu pada tanggal 27 Agustus1945 para pegawai PTT yang diwakili oleh inipun mengutarakan maksud pengambil alihan tersebut kepada para tokoh pergerakan. Tokoh 51 Departemen Perhubungan dan Dirjend. Pos dan Telekomunikas, Sejarah Pos Dan Telekomunikasi jilid II Pada masa perang Kemerdekaan, Jakarta: CV. Cahaya Makmur ,1980. hlm. 88 Universitas Sumatera Utara seperti Achmad Tahir dari BPI dan tokoh pergerakan lainnya sangat mendukung rencana itu dan bersedia berdiri dibelakang PTT 52 Kerjakanlah sedapat mungkin segala apa yang dapat dikerjakan” . Rencana itu haruslah dilakuakan dengan sangat hati-hati karena pihak Jepang tidak menginginkan hal itu. Segala bentuk persiapan mulai dilakukan termasuk mencari para pegawai yang akan bekerja . Kantor Medanpun segera melakukan perekrutan pegawai pria maupun wanita.. Dalam perekrutan ini dilakukan penyeleksian yang ketat mengingat tugas dan tanggungjawab yang besar yang disandang oleh PTT. Setelah melalui proses yang panjang, baik secara diplomasi maupun dengan sedikit Intervensi terhadap pemerintahan Jepang maka pada tanggal 15 November 1945 PTT secara resmi berada dibawah pemerintahan Republik Indonesia. Sebelum menjalankan tugasnya para pegawai di PTT dilantik dan dalam pelantikan tersebut yang menjadi salah satu janajinya yaitu PTT merupakan salah satu sarana perjuangan dalam mencapai mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang sepenuhnya. Bahkan dalam sambutannya pimpinan PTT kantor Medan S. H Simatupang membacakan sikap pegawai sebagai pedoman yang harus dilaksanakan oleh pegawai PTT adalah: ”Bersatulah Lahir dan Batin dalam gerakan mencapai kemerdekaandan untuk menjaga kemanan. Bersiapalh menerima kewajiban Sebarkan kabar yang benar Banteras segala cita-cita yang menentang dan merugikan cita-cita kemerdekaan. Bentuk barisan PTT yang teguh dan giat melaksanakan tujuan diatas. Berhubunganlah dan bekerjalah rapat dengan komite Nasional 53 Pegawai lama yang bekerja pada masa Jepang diubah statusnya menjadi staf sedangkan yang baru dijadikan karyawan biasa.Hal ini dilakukan karena pegawai yang 52 Ibid,hlm.92 53 Ibid, hlm. 95. Universitas Sumatera Utara pernah bekerja pada jaman Jepang diharapkan dapat menularkan pengalamannya kepada pegawai yang baru dan sekaligus dapat mengawasinya. Dalam pengangkatan pegawai PTT kebanyakan diterima adalah pegawai laki-laki. Penerimaan pegawai diutamakan kepada pria mengingat situasi saat itu bekerja di PTT tugasnya sangat berat. Akan tetapi dari sekian banyak yang diterima terdapat juga pegawai wanita yang dianggap mampu dan cakap dalam mengemban tugas yang akan dijalankan. Diantaranya dikantor PTT Medan yaitu Joeli pegawai kantor kawat , Berliana Hutauruk kantor jawatan Teleponi dan Telegraf , Erika pegawai perhubungan Internasional Indonesia Kokusai Denk iyang sengaja didatangkan dari Bandung , Hervina Kantor Pos Medan,dll. Pada umumnya para wanita ini bekerja dalam bidang administrasi yang memang membutuhkan ketelitian dan kesabaran sebagaimana sifat yang umumnya dimiliki wanita. Bekerja sebagai pegawai di PTT diuji tanggungjawabnya ketika kota Medan diduduki oleh Belanda pada pertengahan Bulan Mei 1946. Pada saat ini kota Medan menjadi daerah pertempuran-pertempuran yang dilancarakan oleh pejuang repulik dalam menggempur pertahanan musuh yang sudah menduduki kota Medan. Akibatnya kota Medan menjadi daerah yang tidak aman untuk ditempati terutama oleh masyarakat pribumi. Pasukan sekutu Belanda sering melakukan penyerangan-penyerangan yang membabibuta sehingga masyarakat menjadi sasaran. Masyarakatpun berduyun-duyun meninggalkan kota Medan dan mengungsi kedareah pinggiran kota atau bahkan menyingkir lebih jauh kepedalaman. Sementara bagi pegawai PTT hal ini menjadi dilema dan butuh pertimbangan untuk menetap atau turut dalam pengungsian. Bukti nyata dari keadaan ini ialah banyak dari pegawai yang mengundurkan diri baik secara Universitas Sumatera Utara resmi ataupun mundur tanpa pemberiatahuan yang jelas. Faktor lain yang menjadi pemicu pengunduran diri pegawai PTT juga disebabkan oleh gaji yang rendah. Rata-rata gaji pegawai pada saat itu hanya mampu membeli 2-4 kilo beras,pegawai PTT dalam melaksanakan tugasnya dituntut untuk dapat berdaya upaya untuk meleksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya. Sebagaimana yang dialami oleh Erika, sebagai seorang tenaga yang didatangkan dari Bandung sesampainya di Medan ia mendapati keadaan yang serba carut-marut, sehingga iapun harus rela bekerja diluar jam kantor bahkan sampai larut malam bersama pegawai pria bekerja membenahi keadaan yang kacau itu terutama akibat kurangnya pegawai. Selain itu,pegawai yang adapaun banyak bekerja setengah hati karena sering absen dengan berbagai alasan yang tak jelas pula. Bahkan tak jarang ia juga harus turut kekantor – kantor yang ada diluar kota Medan Siantar, Taroetoeng,Padangsidempuan ,Sibolga,dll untuk memberikan pengarahan dan dorongan semangat kepada pegawai dikantor yang dijalaninya 54 Sebagai seorang yang banyak mengetahui perkembangan informasi perkembengan politik di Indonesia khususnya dari kantor PTT Bandung, ia juga sering berhubungan dengan pihak pejuang, radio,surat kabar dan media massa lainnya di kota Medan. Tak jarang pula ia mengirim berita kepulau jawa terutama kekantor PTT Bandung. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pegawai PTT tidak hanya berguna bagi kelangsungan perusahaan PTT itu saja,melainkan bermanfaat bagi perjuangan secara . 54 Tim penyusun Sejarah PT. Pos Indonesia Wilayah Sumatera Kantor Medan, Medan: Tanpa Penerbit. 1989. hal. 45. Universitas Sumatera Utara menyeluruh karena PTT sendiri sudah menjadi motor penggerak perjuangan di kota Medan 55 Setelah terbentuknya Barisan Pemuda Indonesia BPI dan Tentara Keamanan Rakyat TKR di Medan, maka dengan cepat cabang-cabang BPI bermunculan di daerah Sumatera Utara. Para pimpinan TKR dan BPI tidak hanya merekrut kaum pria saja, tetapi juga menerima kaum wanita yang merasa terpanggil untuk ikut mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Selain itu, para komandan BPI dibentuk di Medan pada tanggal 22 September 1945 oleh sejumlah tokoh pemuda bekas anggota Gyugun dan Heiho dan TKR dibentuk tanggal 7 Oktober 1945 . 56 Menurut Nurmala Dahlan ada sekitar 30 orang anggota wanita, termasuk dirinya yang mengikuti pelatihan di pusat-pusat pelatihan kilat TKR. Setelah tamat dari pusat latihan itu mereka diberi pangkat, yang tertinggi sersan dan lainnya kopral. Dari sinilah kemudian mereka membentuk Barisan Srikandi Indonesia yang juga mendirikan pusat- . Seruan untuk segera memasuki pusat pelatihan TKR, segera mendapat tanggapan dari sebagian kaum wanita di Medan . Untuk itu mereka langsung mendaftarkan diri kepada badan perjuangan yang ada. Untuk kepelatiahn wanita maka badan perjaungan segera mengadakan pelatihan di Jalan Asia Medan . Dalam pusat pelatihan itu mereka diberi pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan masalah pembelaan terhadap proklamasi kemerdekaan, seperti latihan menggunakan senjata, kepalangmerahaan, dapur umum, mata-mata dan kurir. Semuanya berkaitan erat dengan persiapan mengahadapi pertempuran dengan pasukan asing yang akan menjajah kembali Indonesia. 55 Ibid,hlm.57 56 Biro Sejarah Prima, Medan Area Mengisi Kemerdekaan, Medan: Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, 1976, hlm. 111 dan 752-754. Universitas Sumatera Utara pusat pelatihan untuk menggembleng para wanita menjadi tenaga perjuangan membantu kaum pria di medan tempur melawan Belanda. Di antara pusat latihan itu adalah di Jalan Duyung dengan pelatihnya antara lain Nurmala Dahlan. Di pusat latihan ini ada tiga angkatan, yang masing-masing angkatan berjumlah 60 orang. Mereka berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara seperti, Binjai, Kisaran, Siantar, dan sebagainya. Setelah mendapatkan pelatihan mereka kembali ke daerahnya masing-masing membentuk pusat latihan sejenis. 57 Ketika Barisan Srikandi melakukan pelatihan, Belanda melakukan serangan terhadap sejumlah basis-basis tentara republik. Para srikandi itupun bersama-sama dengan kaum pria mengadakan perlawanan, sebagai anggota palang merah, matamata, Beberapa kesatuan lasykar rakyat juga merekrut kaum wanita sebagai pejuang revolusi. Chadidjah, atas perintah M. Yakub Siregar dan Saleh Umar memobilisasi kekuatan wanita di seluruh daerah yang terdapat pasukan Harimau Liar BHL dan Napindo Halilintar. Di seluruh Sumatera Timur termasuk di dalam Kota Medan, kedua kesatuan lasykar rakyat itu membentuk Barisan Srikandi. Mereka mereka dilatih untuk siap melakukan perang gerilya, membunuh musuh, menjadi penghubung, mata-mata, palang merah, masak di dapur umum, memberikan penerangan dan bimbingan kepada masyarakat pedesaan. Kaum wanita yang masuk dalam Barisan Srikandi mendapat latihan dasar kemiliteran dari para pemuda mantan Heiho dan Gyugun. Oleh karena itu model latihannya mirip dengan militer Jepang. Mereka misalnya diajarkan latihan baris berbaris, kedisiplinan, bela diri, teknik menyamar, cara menggunakan senjata dan sebagainya. 57 Ratna dkk. Peranan Wanita dalam Perang kemerdekaan di Sumatera Utara 1947-1950, Sebuah Hasil Penelitian Dosen Sejarah Fakultas Sastra USU, Medan:Tanpa penerbit,1998. hlm. Universitas Sumatera Utara penghubung dan juga menjalankan serangkaian aksi sabotase di daerah pendudukan Belanda. Untuk mengetahui seberapa besar keterlibatan wanita dalam perang kemerdekaan saat itu. Mirah Rosalina Mingranti memulai kegiatannya di Barisan Putri Indonesia di Jalan Thamrin Medan. Dalam BPI ia ditugaskan sebagai mata-mata. Setelah menjalani latihan militer di pusat latihan TKR dan BPI ia kemudian berangkat ke Pulau Berayan untuk bergabung dengan pasukan Bedjo. Bersama-sama dengan suaminya yang tidak lain adalah Bedjo, ia pernah melakukan serangan terhadap basis-basis militer Belanda, seperti di Kamp Helvetia. Ia juga sering menyerang konvoi militer Belanda di Jalan Medan- Belawan. Dalam serangan itu sering ia berhasil mendapatkan senjata pasukan Belanda 58 Kisah menarik lainnya dari salah seorang anggota Barisan Srikandi di Sumatera Utara juga dialami oleh Siti Zalecha. Ia adalah Wakil Kepala Barisan Srikandi Divisi IV TKR Sumatera Timur yang bermarkas di Jalan Asia Medan. Pada saat tentara Sekutu menyerang basis pertahanan tentara republik di Jalan Asia, barisan srikandi yang dipimpin oleh Rajiem dan Siti Zalecha bersama-sama dengan lasykar rakyat bahu membahu menghadapi serangan itu. Barisan srikandi ada yang ditempatkan di dapur umum, PMI dan ada yang langsung di tengah-tengah pertempuran dan pada saat tertentu juga ikut memanggul senjata di garis depan. Kamisah misalnya yang bergabung dengan Lasykar Rakyat Napindo dibawah pimpinan Sakti Lubis, dipersenjatai dengan sepucuk Karaben dan ditugaskan oleh komandannya untuk berjaga-jaga di Stasiun Kereta Api . 58 Zuraida Zainal, Serumpun Melati di Bumi Pertiwi, Medan: Tanpa Penerbit, 1985, hlm. 8-9. Universitas Sumatera Utara Tembung, Kebun Pisang, dan Aras Kabu 59 Palang merah Indonesia sebenarnya sudah dibentuk,bahkan ketika PMI sendiri belu dikenal di Indonesia.Hampir disetiap kesatuan lasykar dan tentara republik telah ada seksi tertentu yang menangani tugas PMI tersebut. Pembentukannya berdasarkan inisiatif para komandan pasukan itu sendiri, bahkan tidak jarang para komandan itu sendiri bertindak sebagai instruktur atau pelatih bagi para anggotanya. Bedjo misalnya sebagai salah seorang komandan pasukan bertindak langsung sebagai instruktur atau melatih para wanita yang bergabung dalam pasukannya. . Dalam sebuah kesempatan, Sakti Lubis menugaskan Kamisah dan anggota lasyar lainnya untuk menyerang Belanda yang berada di Kebon Pisang. Kamisah dan teman-temannya Kartini, Tasmiah, dan Tince terlibat dalam pertempuran selama sekitar tiga jam. Dalam pertempuran itu Belanda menggunakan pesawat udara untuk memukul mundur seluruh pasukan republik. Akibatnya para pejuang mengundurkan diri ke Tanjung Morawa.

4. 3 Palang Merah