4.
Sejak timbulnya kesadaran nasional dengan banyaknya rakyat Indonesia yang mengenyam pendidikan, baik di dalam maupun di luar negeri, para tokoh terpelajar
tersebut mulai tersadar akan pentingya peranan pers dalam mencapai sebuah tujuan, terutama dalam penyampain sebuah ide ataupun gagasan kepada masyarakat luas. Tahun
1912 merupakan awal insan pers Indonesia tercatat sebagai patriot bangsa. Bersama dengan para perintis pergerakan di berbagai pelosok tanah air, mereka berjuang untuk
menghapus penjajahan. Selain dapat menghapuskan penjajahan, para tokoh pergerakan menyadari bahwa kekuatan pers akan mampu membangkitkan kesadaran, memberikan
pendidikan mental serta menggugah emosi rakyat secara luas, agar berjuang bersama- sama demi mencapai kemerdekaan
1. Peranan Wanita dalam Perjuangan Pers.
32
Di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, insan pers bahkan menyandang dua peran sekaligus, sebagai aktivis pers yang melaksanakan tugas-tugas
pemberitaan dan penerangan guna membangkitkan kesadaran rakyat dan sebagai aktivis politik yang melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan membangun perlawanan
rakyat terhadap penjajahan. Kedua peran tersebut mempunyai tujuan tunggal, yaitu mewujudkan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Pada saat Indonesia kembali
diuji dalam mempertahankan kemerdekaan, betapa terasa pentingnya peranan pers sebagai alat perjuangan. Pada tanggal 8 Juni 1946 di Yogyakarta berkumpullah para
tokoh surat kabar, tokoh-tokoh pers nasional, untuk mengikrarkan berdirinya Serikat Penerbit Surat kabar SPS. Kepentingan untuk mendirikan SPS pada waktu itu bertolak
dari pemikiran bahwa barisan penerbit pers nasional perlu segera ditata dan dikelola, .
32
Parakitri T. Simbolon., Menjadi Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS, 2006, hal. 275
Universitas Sumatera Utara
dalam segi ideal dan komersialnya, mengingat saat itu pers pemeintah maupun pers asing masih hidup dan tetap berusaha mempertahankan pengaruhnya.
Pers surat kabar atau majalah merupakan sarana komunikasi publik yang utama untuk memantapkan kebangkitan nasional dalam rangka mencapai cita-cita perjuangan.
Pers nasional terus menyiarkan berita tulisan perlawanan terhadap kolonialisme dan menentang siasat Belanda untuk memecah-belah bangsa Indonesia. Pers Republiken
mendukung upaya diplomasi internasional atas dasar kemerdekaan penuh, baik menghadapi Persetujuan Linggajati 15 November 1946 maupun Persetujuan Renville
17 Januari 1948, apalagi terbukti pihak Belanda sendiri telah menginjak-injak persetujuan tersebut dengan melancarkan agresi militer pertamanya pada bulan Juli 1947
dan agresi militer kedua pada bulan Desember 1948. Selain itu, selama perundingan Indonesia-Belanda berlangsung di Den Haag, pers
Republiken secara tegas menolak pembentukan negara-negara kecil yang didukung Belanda, seperti Negara Indonesia Timur 1946, Negara Sumatera Timur 1947, Negara
Madura 1948, Negara Pasundan 1948, Negara Sumatera Selatan 1948, Negara Djawa Timur 1948 dan lain-lain.
33
Awal kemerdekaan tahun 1945, pers merupakan ujung tombak dalam menyampaikan berita proklamasi. Sebagaimana yang terjadi di Medan, ketiadaan pers
yang berhaluan republiken pada awal proklamasi - sebagai akibat larangan yang dilakukan oleh Dai Nippon terhadap surat kabar selama Jepang berkuasa di Medan -
4. 1.1. Surat Kabar