2 Pertumbuhan Tentara Keamanan Rakyat.

3. 2 Pertumbuhan Tentara Keamanan Rakyat.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,keadaan Indonesia sebenarnya belum lengkap dengan ketiadaan Tentara Nasional dalam menjaga kedaulatan seperti layaknya sebuah Negara yang merdeka. Melainkan pemerintah Indonesia hanya memiliki sebuah badan yang berugas hanya untuk menjaga ketertipan masyarakat yaitu Badan Keamanan Rakyat yang di bentuk pada tanggal 22 Agustus 1945. Tetapi hal ini segera disadari oleh pemerintah setelah terjadinya pergerakan yang dilakukan oleh pemuda yang benyak menimbulkan bentrokan yang tidak dapat lagi di kendalikan oleh BKR. Oleh karena itu,maka pada tanggal 05 Oktober 1945 pemerintah melalui presiden sebagai panglima tertinggi menginstruksikan Lahirnya Tentara Nasinal yang bertugas menjaga kedaulatan. Tentara tersebut di beri nama Tentara Keamanan Rakyat. Tentara ini merupakan penyempurnaan yang dilakukan terhadap Badan keamanan rakyat yang hanya bertugas menjaga keamanan rakyat. Pada tanggal 05 Oktober 1945, sejalan dengan di bentuknya Tentara Keamanan Rakyat presiden melalui maklumat pemerintah meminta kepada pimpinan-pimpinan yang berada di daerah agar memangil seluruh mantan anggota Gyu-gun,Hei-ho,KNIL dan barang siapa yang pernah bergabung dalam dinas kemiliteran untuk bergabung menjadi anggota tentera yang baru di bentuk pemerintah Republik Indonesia. Ancaman keamanan yang datang dari tentara sekutu dan tentara Belanda yang mendarat pada tanggal 09 Oktober 1945 menyebabkan memburuknya keamanan. Sehingga keadaan ini harus segara diatasi. Oleh pemerintah segera diadakan pemanggilan terhadap seluruh pemuda untuk turut bergabung dalam tentara keamanan Rakyat. Universitas Sumatera Utara Pemerintah juga mengatur koordinasi antara organisasilaskar pemuda yang ada sehingga memiliki tujuan bersama yaitu mempertahankan Repulik Indonesia. Medan yang merupakan ibu kota propinsi Sumatera pada tahun 1945 dimasukkan kedalam Komando Tentara Keamanan Rakyat Divisi IV wilayah Sumatera . Adapun susunan awal Tentara Keamanan Rakyat wilayah Sumatera terdiri dari: 1. Ketua : Ahmad Tahir 2. Kepala Markas Umum : R. Sucipto 3. Kepala Perlengkaapan : Mahruzar 4. Kepala Organissasi : Alwi Nurdin 5. Kepala Persenjataan : Nip Karim 6. Kepala Keuangan : E. H. Hutajulu 7. Perwira perhubungan : Abdul Razak 27 Ahmad tahir sebagai pucuk pimpinan wilayah Sumatera diserahi tugas mulai dari mendirikan hingga terbentuknya Tentara Keaamanan rakyat untuk terus menyempurnakan tugas dan tanggungjawab di daerah yang menjadi wewenangnya. Ia segara melakukan koordinasi dengan jajarannya untuk segera melakukan pembagian tugas. Maka masing- masing bagian menangani bagian yang telah diberikan kepadanya bertanggungjawab melakuakannya dengan baik. Sucipto yang mengepalai markas umum diserahi tugas untuk merencanakan serta menyusun organisasi Tentara keamanan Rakyat. Mahruzar sebagai kepala perlngkapan diserahi tugas sebagai penanggungjawab bidang Logistik. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Logistik menjadi 27 R. Sjahnan, Dari Medan Area ke Pedalaman dan Kembali lagi ke Kota Medan. Medan: Dinas Sejarah Kodam IIBB,1982.hal. 133 Universitas Sumatera Utara tanggungjawab dalam penyediaannya walaupun pemerintah tidak menyediakan dana untuk memenuhinya. Berbagai jalan ditempuh oleh masing-masiing bagian untuk mengatasi segala keterbatasan tersebut. Para pemimpin ini dihadapkan kepada situasi yang sulit karena harus mampu membangun kekuatan Tentara keamanan Rakyat dengan modal yang tidak diberikan oleh pemerintah. Namun dengan segala keterbatasan itu akhirnya para pemimpin berhasil menggariskan program kerja yang harus dilaksanakan demi terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat wilayah Sumatera. Berdasarkan program kerja yang telah ditetapkan itu maka pada tanggal 12 Oktober 1945 mulai diatur tugas-tugas, serta melakukan pemanggilan melalui pengumuman di surat kabar, poster yang dipasang diempat-tempat strategis, terhadap semua bekas prajurit yang aktif dibidang kemiliteran pada masa pendudukan Jepang maupun Belanda untuk memasuki Tentara Keamanan Rakyat. Dengan cara itu,para pemimpin mengharapkan dengan bergabungnya bekas prajurit itu dapat menjadi penggerak dalam setiap latihan dilakukan oleh TKR. Tetapi hal ini tidak seperti yang diharapkan,berhubung tentara bekas hei-ho,Gyu-gun maupun KNIL sudah terlebih dahulu pulang kekampung masing-masing setelah Jepang tempat mereka dahulu bekerja telah membubarkan mereka. Hal ini menybabkan pemimpin TKR harus menambah prajurit dari rakyat biasa yang tidak memiliki pengalaman ketentaraan sedikitpun. Setelah melakukan persiapan seperlunya,maka tim yang telah ditunjuk secara bersamaan melakukan pemanggilan langsung kepelosok kota Medan serta kepedalaman- pedalaman untuk menjemput para pemuda bekas Hei-ho,Gyu-gun,KNIL dan sebagainya. Pada tanggal 13 Oktober 1945 pendaftaran mulai dibuka didalam kota Medan dan bagi Universitas Sumatera Utara para pemuda yang mendaftar tersebut akan segera dilakukan pelatihan kilat. Ternyata pengumuman itu ditanggapi antusias oleh pemuda –pemudi terlihat dengan banyaknya pemuda yang mendaftarkan dirinya untuk menjadi anggota TKR. Pada saat bersamaan dengan dibukanya pendaftaran untuk menjadi anggota TKR, di Medan terjadi suatu peristiwa yang sangat besar pengaruhnya terhadap perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Di Sumatera Utara, khusunya kota Medan. Peristiwa itu ialah jalan Bali. Peristiwa ini telah melibatkan pertempuran yang besar antara para pemuda dengan serdadu NICA yang dipicu oleh penghinaan yang dilakukan oleh serdadu NICA terhadap seorang pemuda yang menggunakan lencana merah putih dibahunya. Prajurit tersebut meminta pemuda tersebut untuk mencabut lencananya kemudian ia pun menginjak-injak lencana tersebut. Perlakuan serdadu NICA membuat pemuda tersebut mengadukan kepada para pemuda yang melakukan pendaftaran anggota TKR di sekitar lokasi. Hal ini memicu kemarahan pemuda yang langsung mendatangi tempat serdadu NICA. Tanpa panjang lebar para pemuda menghajar serdadu itu dengan emosi yang tak terbendung lagi sehingga terjadilah petempuran itu. Dalam peristiwa ini terdapat korban mencapai 100 orang yang kebanyakan dari pihak serdadu NICA. Peristiwa ini mendapat perhatian yang besar dari rakyat Indonesia karena diliput oleh wartawan kemudian dimuat dalam koran sehingga berita ini tersebar luas. Dimuatnya peristiwa jalan Bali dalam harian Pewarta Deli telah memacu semangat pemuda yang lain untuk turut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Tidak lama setelah peristiwa ini,diberbagai tempat para pemuda melakukan tindakan yang berani dengan melakukan penyerbuan terhadap pos-pos yang saat itu masih di kuasai oleh Universitas Sumatera Utara serdadu Jepang 28 Pada tanggal 13 Desember 1945 Pimpinan Sekutu yang bertugas menjaga keamanan mengultimatum para pemuda untuk menyerahkan diri beserta barang rampasannya kepada pihak sekutu.Ultimatum yang dikeluarkan oleh sekutu tidak digubris oleh para pemuda, namun sebaliknya, pemuda semakin berani melakukan tindakan yang menentang ultimatum tersebut. Bahkan terang-terangan pemuda dijalan seradang menghalau pasukan sekutu yang datang untuk melakukan penempelan pengumuman ultimatum tersebut. Akibat dari peristiwa ini sekutu kemudian melakukan razia besar –besaran di Medan . Para pemuda menyerbu gudang-gudang yang digunakan oleh Jepang sebagai tempat menyimpan senjata, bahan makanan serta gudang tempat penyimpanan hasil-hasil perkebunan. Kemudian hasil-hasil yang didapatkan itu dikumpulkan sebagai modal perjuangan. Tindakan pemuda ini mendapat perhatian dari penanggung jawab keamanan di kota Medan. 29 Pada bulan Oktober 1946 sekutu membangun pos-pos pertahanan untuk memperkuat kedudukannya di kota Medan. Dengan sepihak sekutu membuat batas-batas kota Medan yang di klaim bahwa daerah tersebut menjadi daerah yang berada dibawah . Walaupun razia besar-besaran dilakukan di medan,perebutan-perebutan senjata yang dimiliki oleh pasukan Jepang terus dilakukan oleh para pemuda tanpa menggubris ultimatum yang dikeluarkan oleh sekutu. Akibatnya Pertempuran-demi pertempuran terjadi di Medan hingga bulan April 1946 terus terjadi,pada akhirnya kota Medan diduduki oleh sekutu sedangkan para pejuang kemerdekaan mengatur perjuangan merebut kembali kota Medan dari luar kota. 28 Tiomsi Sitorus, Peranan Pers di Medan 1945-1949 ,Medan: Skripsi S1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU, Belum di terbitkan,2007. Hal.30 29 Ibid ,hlm. 30 Universitas Sumatera Utara kekuasaanya, dan bagi pasukan republik dilarang masuk melewati daerah-daerah yang telah ditandai itu. Klaim daerah itu bertuliskan : Fixed Bounderis Medan Area. Selain itu sekutu yang merupakan sekutu Belanda juga menetapkan sendiri daerahnya yaitu : Seluruh kota Medan bagian barat, serta Belawan bagian Barat batasannya ialah daerah rel kereta api yang merentang di tengah kota yang jaraknya sekitar 22 KM dari Belawan. Melihat keadaan ini pemuda yang tergabung dalam kesatuan- kesatuan laskar rakyat Napindo, Pesindo,Harimau Liar,maupun pemuda yang tergabung dalam laskar yang bernaung dibawah Partai Politik,dllbersama-sama dengan anggota TKR yang sudah terbentuk terus melakukan perlawanan –perlawanan terhadap sekutu. Namun perlawanan yang dilakukan oleh laskar-laskar ini belum terkoordinir dengan baik, sehingga terkesan berdiri sendiri. Keadaan ini berdampak pada kurang berhasilnya tujuan perlawanan tersebut. Namun, perlawanan rakyat yang terus berlangsung membuat pasukan sekutu kewalahan juga. Pada tanggal 8-10 Oktober 1946 para pemimpin pergerakan dari mengadakan rapat yang membahas mengenai koordinasi serta strategi yang harus diterapkan agar perlawanan yang dilakukan oleh pasukan repulik dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Maka pada saat itu juga para pemimipin pergerakan sepakat membentuk suatu komando yang beroperasi didaerah Medan Area yang diberi nama resimen Laskar Rakyat Medan Area . Pada tanggal 15 Oktober 1946 Inggris secara resmi menyerahkan daerah yang dikusainya kepada Belanda,serta melakukan serah terima persenjataan. Tiga hari kemudian Inggris secara resmi meninggalkan Medan, sehingga repulik langsung berhadapan dengan Belanda. Sebagai realisasi dari terbentuknya suatu komando tersebut, Universitas Sumatera Utara pada tanggal 27 Oktober -3 november 1946,dilakukan sebuah operasi gabungan yang bertujuan untuk merebut beberapa daerah yang akan dijadikan sebagai basis perlwanan didaerah yang dikusai oleh sekutu. Dalam serangan ini pihak republik berhasil menduduki beberapa pos-pos pejagaan Belanda seperti : Titi Kuning, Sukaramai, Jalan Mahkamah, serta berhasil membuat kewalahan pihak Belanda Selain perlawanan dalam bentuk konfrontasi senjata, dari dalam kota Medan para pejuang pers gencar memuat berbagai pemberitaan yang berpihak kepada perjuangan kaum republik serta sanggahan terhadap berbagai propaganda yang merugikan. Akibatnya pers juga sering mengalami pembredelan dan para pegawainya diteror. Banyak pers republikan yang harus berhenti dan dilarang terbit karena dituduh telah menghasut rakyat untuk melawan pemerintah dan dianggap menjadi penyebab kacaunya keamanan di kota medan. 3. 3. Agresi Militer Belanda