Agresi Militer Belanda Kota Medan sebagai Kota Perkebunan

pada tanggal 27 Oktober -3 november 1946,dilakukan sebuah operasi gabungan yang bertujuan untuk merebut beberapa daerah yang akan dijadikan sebagai basis perlwanan didaerah yang dikusai oleh sekutu. Dalam serangan ini pihak republik berhasil menduduki beberapa pos-pos pejagaan Belanda seperti : Titi Kuning, Sukaramai, Jalan Mahkamah, serta berhasil membuat kewalahan pihak Belanda Selain perlawanan dalam bentuk konfrontasi senjata, dari dalam kota Medan para pejuang pers gencar memuat berbagai pemberitaan yang berpihak kepada perjuangan kaum republik serta sanggahan terhadap berbagai propaganda yang merugikan. Akibatnya pers juga sering mengalami pembredelan dan para pegawainya diteror. Banyak pers republikan yang harus berhenti dan dilarang terbit karena dituduh telah menghasut rakyat untuk melawan pemerintah dan dianggap menjadi penyebab kacaunya keamanan di kota medan. 3. 3. Agresi Militer Belanda Terjadinya perlawanan rakyat Indonesia hampir di setiap wilayah yang diduduk i Belanda menyebabkan Belanda kewalahan serta mencari cara yang tepat untuk dapat mengatasinya. Akhirnya pihak Belanda mengajukan usulan agar diadakan gencatan senjata. Pada tanggal 15 Februari 1947 kedua Belah pihak sepakat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara pemerintahan Indonesia dengan Belanda melalui jalan diplomasi. Akan tetapi kesepakatan ini tidak sepenuhnya dapat berjalan dengan baik, karena dibebrapa daerah,kasus tembak-menembak masih tetap terjadi. Pada saat gencatan senjata diumumkan saat bersamaani Medan,terjadi perebutan pos-pos pertahanan Belanda yang dipimpin oleh Mayor Hasan Achmad dan Mayor Martinus Lubis. Operasi ini Universitas Sumatera Utara kurang berhasil karena beberapa faktor diantaranya persediaan senjata yang kurang memadai, sistem komunikasi yang kurang terkoordinasi. Dalam operasi ini Mayor Martinus Lubis wafat. Menghadapi kondisi ini Belanda gencar melakukan perundingan di tingkat pusat. Pada tanggal 27 Maret 1947 pihak Belanda dan pemerintah Republik Indoneisa sepakat untuk menyellesaikan masalah melalui meja perundingan . Pada perjanjian Linggarjaati ini Belanda mengakui kekuasaan Indonesia atas Jawa, Madura dan Sumatera. Perjanjian yang baru ditandatangi sebenarnya hanya merupakan taktik Belanda untuk mengulur waktu agar kekuatan yang dimilikinya sempat pulih serta menyusun kembali strategi yang akan diterapkan untuk menghancurkan republik Indonseia. Terbukti setelah merasa siap pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melaksanakan Agresi Militer pertama berupa serangan besar-besaran secara serentak diseluruh wilayah pertahanan Republik Indoneisa. Oleh Belanda serangan ini disebut sebagai tindakan polisionil,yang berfungsi sebagai untuk mengamankan situasi. Untuk daerah Medan, pada saat itu dikepung dari segala penjuru dan serangan dilakukan melalui Darat- Laut- maupun Udara sehingga pertahanan pasukan repulik kewalahan menghadapinya. Pasukan repulik terpaksa meninggalkan pos-pos mereka dan menyingkir kedaerah yang aman. Dalam serangan ini Belanda berhasil mengusai pos perthanan republik dearah pinggiran kota Medan, Pancurbatu, Tanjungmorawa, tembung,kampung lalang,dsb. Agresi militer Belanda yang pertama menjadi perhatian dunia karena disorot oleh media massa lokal dan Internasional. Dewan keamanan PBB melakukan pembahasan khusus mengenai kondisi yang terjadi di Indonesia kemudian menyerukan kepada kedua Universitas Sumatera Utara belah pihak untuk menghentikan tembak menembakyang berlaku sejak 24 Agustus 1947. Kemudian membentuk komisi tiga negara yang terdiri dari Amerika Serikat, Belgia,dan Australia yang dikenal dengan Komisi Tiga Negara KTN. Komisi ini bertugas menjaga agar gencatan senjata tetap berjalan menunggu perundingan selanjutnya. Sementara itu peperangan sebenarnya tidak sepenuhnya terhenti karena didaerah-daerah termasuk di Medan masih saja terjadi. Komisi Tiga Negara menjalankan tugasnya sehingga terdapat kesepakatan antara Indonesia dan pihak Belanda untuk melakukan perundingan. Pada tangga 8 Desember 1947 diatas kapal Amerika Serikat USS Renville delegasi RI dan Belanda melakukan perundingan yang pertama, kemudian dilanjutkan dengan perundingan yang kedua pada tanggal 17 Februari 1948. Dalam perudingan ini dicapai kesepakatan dan penendatangan perjanjian Renville. Isi perjajnjian renville menyangkut persetujuan gencatan senjata dan prinsip –prinsip politik yang menjadi penyebab konflik bersenjata antara Indonesia dan Belanda sejak perjanjian Linggarjati. Namun niat Belanda untuk kembali menjajah Indonesia masih terus berkelanjutan . Perjanjian Renville kembali dilanggar dengan melakukan Agresi militer II yang dilancarkan pada tanggal 19 Desember 1948. Dalam serangan agresi ini, Belanda berniat melenyapkan pemerintahan Republik Indonesia dengan menyerang Ibu kota Negara yang pada saat itu berkedudukan ii Jokjakarta serta menahan para pemimpin Republik Indodnesia dengan ditangkapnya presidena dan wakil presiden yang kemudian diasingkan kepulau Bangka.Dengan berhasil Belanda merebut Jokjakarta maka pemerintah Indonesia kemudian mendirikan pemerintahan darurat yang bertempat di Bukittinggi. Selain menyerang Jokjakarta, Belanda juga melakukan penyerangn besar- Universitas Sumatera Utara besaran kewilayah pertahanan yang dikuasai oleh Tentara Nasional Indonesia TNI. Pada Agresi kedua ini Belanda melancarkan propaganda yang mengklaim bahwasanya Republik Indonesia telah lenyap dan perlawanan TNI sudah hancur. Namun Klaim Belanda ini tidak berhasil karena terbukti perlawanan TNI semakin gencar dilakukan bahkan sehari setelah dikuasinya kota Jokjakarta, pihak TNI menyerang Jokjakarta dan berhasil mendudukinya walau hanya selama 6 Enam jam. Dikuasainya Jokjakarta membuktikan kedunia luar bahwa pemrintahan Republik Indonesia masih tetap berjalan dan kekuatan TNI tidaklah seperti yang di beritakan oleh Belanda. Untuk melanjuttkan perjuangan,maka Panglima angkata n perang Republik Indonesia Jenderal Soedirman menginstruksikan kepada seluruh kekuatan angkatan peranguntuk melakukan perlawanan serta melibatkan rakyat semesta. Perang ini dilakukan dengan taktik Gerilya. Perang gerilya berkobar diseluruh wailayah Indonesia, rakyat bersamasam dengan TNI melakukan berbagai tindakan yang menggerogoti kekuatan Belanda. Setelah Belanda melancarkan agresi militer II persoalan Indonesia – Belanda menjadi sorotan dunia Internasional. Dewan Keamanan PBB, melalui KTN terus megupayakan agar konflik yang terjadi dapat terselesaikan. Sementara para pemimpin Indonesia terus berjuang demi tercapainya kemerdekaan Indonesia yang berdaulat. Perjuangan lebih diarahkan melalui diplomasi. Dewan Keamanan PBB kembali mengeluarkan resolusi agar pertikaian Indnesia –Belanda dihentikan serta mengusahakan penyelesaian melalui meja perundingan. . Pada tanggal 14 April 7 Mei 1949 dilaksanakan perjajian Roem –Roijen yang menyepakati untuk menghentikan gerakan militer,dan Belanda dipaksa untuk mengembalikan Jokjakarta dan membebaskan Universitas Sumatera Utara presiden dan wakil presiden. Berbagai kecaman juga dilancarkan oleh dunia terhadap Belanda khususnya pemerintah Amerika Serikat bahkan mengancam akan memutuskan bantuan ekonominya Marshall untuk Belanda apabila Belanda tidak bersedia menyesaikan konflik melalui meja perundingan. Setelah selama 4 tahun bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaanya, Akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia serta melakukan serah terima kekuasaanya kepada pemerintah Indonesia. Hal ini merupakn realisasi dari keputusan Konfrensi Meja Bundar KMB yang berlangssung dari tanggal 23 Agustus sampai 2 September 1949 di Ridderzaal Den Haag 30 30 Prabudi Said,. Op. Cit 182 . Universitas Sumatera Utara BAB IV Perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan di Indonesia dilakukkan dengan berbagai cara, untuk mengimbangi gencarnya usaha pemerintah Belanda yang ingin menghancurkan kemerdekaan, mulai dari perjuangan yang bersifat militer dengan terjun PERANAN WANITA DALAM PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI MEDAN Kolonial Belanda yang terusir dari Indonesia ketika dikalahkan oleh Jepang pada tahun 1942, berusaha untuk menegakkan kembali kekuasasaanya setelah Jepang dikalahkan oleh sekutu dalam perang Asia Pasifik pada bulan Agustus 1945. Keinginan Belanda tersebut terbentur oleh proklamasi yang telah dicetuskan oleh Soekarno-Hatta di jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Berbagai usaha dilakukan oleh Belanda mulai dari politik pecah-belah, kekuatan militer dengan mengerahkan kekuatan senjata atau bahkan melakukan berbagai bentuk propaganda melalui pers yang bertujuan mengacaukan negara Indonesia yang baru merdeka tersebut. Dengan cara itu, Belanda berharap pemerintahan Republik yang baru terbentuk akan jatuh dan kemudian menyerahkan kekuasaan yang dimilikinya kepada pemerintahan Belanda. Namun pemerintahan Republik yang telah terbentuk telah bertekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan itu dengan segala konsekuensinya. Pemerintah bahkan mengajak masyarakat untuk secara bersama-sama berjuang dengan segala kekuatan, akal serta persatuan yang dimilikinya agar dapat terlepas dari penderitaan yang diakibatkan oleh penjajahan. Universitas Sumatera Utara ke medan tempur, perang melalui media massa, atau bahkan melalui jalan diplomasi yang dilakukan untuk tetap mempertahankan kemerdekaan 31 . Keadaan negara yang kacau-balau pada awal kemerdekaan merupakan suatu hal yang sangat mengkhawatirkan, apakah Indonesia dapat bertahan atau tidak. Penderitaan selama penjajahan, semangat dan euforia kemerdekaan merupakan satu hal yang menjadi penentu bertahannya Indonesia dalam perang melawan Belanda. Rakyat bersatu bahu- membahu untuk membela kemerdekaan. Kaum pria-wanita, tua-muda semua terfokus untuk membela kemerdekaan. Keikutsertaan wanita dalam perjuangan merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasilnya perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Tokoh-tokoh militer dan sipil bekerja keras dalam memobilisasi seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk perjuangan. Segala cara digunakan untuk menarik simpati rakyat sehingga bersedia membela kemerdekaan. Di antara anggota masyarakat, yang tidak kalah penting dalam melakukan perjuangan kemerdekaan itu adalah kaum wanita. Pada periode perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Kota Medan, para wanita terlibat di hampir semua lini perjuangan. Baik yang dalam bentuk perlawanan pers dan telekumunikasi wartawati, redaktur surat kabar atau majalah, jurnalis, penterjemah siaran radio berbahasa asing atau dalam bentuk perlawanan senjata. Aktifitas kaum wanita besifat mendukung kegiatan para pejuang dalam perjuangan berupa dapur umum, perawat, yang kesemuanya itu saling berhubungan dan saling memberikan keuntungan bagi perjungan mempertahankan kemerdekaan di kota Medan . 31 Wwancara dengan Muhammad. T.W.H Tanngal 22 juni 2009 Universitas Sumatera Utara 4. Sejak timbulnya kesadaran nasional dengan banyaknya rakyat Indonesia yang mengenyam pendidikan, baik di dalam maupun di luar negeri, para tokoh terpelajar tersebut mulai tersadar akan pentingya peranan pers dalam mencapai sebuah tujuan, terutama dalam penyampain sebuah ide ataupun gagasan kepada masyarakat luas. Tahun 1912 merupakan awal insan pers Indonesia tercatat sebagai patriot bangsa. Bersama dengan para perintis pergerakan di berbagai pelosok tanah air, mereka berjuang untuk menghapus penjajahan. Selain dapat menghapuskan penjajahan, para tokoh pergerakan menyadari bahwa kekuatan pers akan mampu membangkitkan kesadaran, memberikan pendidikan mental serta menggugah emosi rakyat secara luas, agar berjuang bersama- sama demi mencapai kemerdekaan

1. Peranan Wanita dalam Perjuangan Pers.