Adanya Streotip bahwa Dunia Politik Milik Kaum Laki-Laki

Laki-laki tidak selamanya bersifat rasional, dan perempuan tidak selamanya juga bersifat irrasional. Perempuan lebih cenderung menggunakan perasaan akan tetapi bukan berarti itu menjadi anggapan perempuan tidak mampu untuk memimpin atau bahkan masuk kedalam dunia politik. Justru sekarang perempuan dapat kita katakan lebih rasional dibandingakan laki-laki, dimana banyaknya perempuan yang sudah mampu jadi pemimpin di beberapa negara besar dan maju tidak terkecuali di Indonesia pada pemerintahan Megawati. Dari nilai-nilai agama perempuan tidak boleh jadi pemimpin hal-hal tertentu bukan karena sifatnya yang irrasional. Akan tetapi kodrat wanita yang telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai penolong dan pendamping bagi kaum laki-laki. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapa Abdul Azis Nasution. “Bapak Abdul menyatakan bahwa, laki-laki tidak selamanya bersifat rasional, dan perempuan tidak selamanya juga bersifat irrasional. Perempuan lebih cenderung menggunakan perasaan akan tetapi bukan berarti itu menjadi anggapan perempuan tidak mampu untuk memimpin atau bahkan masuk kedalam dunia politik. Dari nilai-nilai agama perempuan tidak boleh jadi pemimpin hal-hal tertentu bukan karena sifatnya yang irrasional. Akan tetapi kodrat wanita yang telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai penolong dan pendamping bagi kaum laki- laki.” 39

3. Adanya Streotip bahwa Dunia Politik Milik Kaum Laki-Laki

Kerap kali masih kita dengar bahwa dunia politik merupakan dunia kaum laki-laki sehinggga laki-laki yang dianggap patut mendominasi dan memformulasikan aturan main dunia politik. Perempuan dianggap tidak mampu untuk masuk kedalam dunia politik sehingga politik bukanlah dunianya kaum perempuan. 39 Wawancara dengan Bapak Abdul Azis Nasution, di Sekretariat Partai Sarikat Indonesia, pada tanggal: 27 Agustus 2009 Universitas Sumatera Utara Menanggapi hal ini Partai Nasional Indonesia Marhaenisme tidak sepakat, karena politik adalah milik semua kalangan dunia politik tidak mengenal pembedaan yang berdasarkan usia,jenis kelamin, pekerjaan, serta pendidikan. Jadi perempuan sebagai manusia yang memiliki hak politik dapat terjun kedalam dunia politik serta dapat memformulasikan aturan main dalam dunia politik tersebut. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Hitler Siahaan. “Bapak Hitler Siahaan menyatakan bahwa, Hak politik perempuan pada dasarnya adalah hak asasi manusia, dan hak asasi manusia merupakan esensi dari kerangka demokrasi. Sehingga melibatkan perempuan dan laki-laki di dalam proses pengambilan keputusan menjadi syarat mutlak dalam demokrasi. Dalam teori femenisme sesungguhnya tidak lagi ada pembedaan antaralaki-laki dan perempuan . Tapi pada kenyataannya hak perempuan masih dipolitisir dan di mobilisasi atas nama demokrasi. politik adalah milik semua kalangan dunia politik tidak mengenal pembedaan yang berdasarkan usia,jenis kelamin, pekerjaan, serta pendidikan.” 40 “Ibu Susy Damanik menyatakan bahwa, perempuan mempunyai hak politik yang sama dengan laki-laki sehingga streotip bahwa politik merupakan milik kaum laki-laki adalah salah. Karena perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam bepolitik yang telah diatur oleh undang-undang.” Perempuan mempunyai hak politik yang sama dengan laki-laki sehingga streotip bahwa politik merupakan milik kaum laki-laki adalah salah. Karena perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam bepolitik yang telah diatur oleh undang-undang. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ibu Dra.Susy Damanik,MM 41 Partai Sarikat Indonesia berpendapat tidak dasar yang kuat yang menyatakan politik itu adalah dunia kaum laki-laki sehingga ada larangan bagi kaum 40 Wawancara dengan Bapak Hittler Siahaan, di Sekretariat Partai Nasional Indonesia Marhaenisme Medan, pada tanggal: 31 Agustus 2009 41 Wawancara dengan Ibu Dra.Susy Damanik,MM, Aktivis perempuan Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, di kantor Sekretariat PNI Marhaenisme Medan, pada tanggal : 20 Agustus 2009 Universitas Sumatera Utara perempuan untuk masuk kedalam dunia politik. Akan tetapi image atau gambaran perempuan yang identik dengan lemah lembut yang kadang melahirkan pandangan bahwa politik bukanlah dunianya kaum perempuan karena dunia politik yang sarat dengan kekerasan dan tidak kenal waktu. Sementara kaum perempuan sendiri sangatlah terbatas memiliki waktu untuk terjun secara total kedalam dunia politik. Hal ini disebabkan perempuan tetap harus berikan waktunya untuk mengurus keluarga. Hal yang sama diungkapakan oleh Ibu Ennika Diana bahwa perempuan tidak bisa terjun secara total kedalam dunia politik karena perempuan harus tetap memberikan atau menyediakan waktunya untuk mengurus akan keperluan keluarganya. Serta gambaran yang buruk apabila seorang perempuan memberikan waktunya penuh untuk berpolitik tampan memperdulikan keluarga. Jadi politik di identikkan dengan kaum laki-laki karena laki-laki memiliki banyak waktu untuk bisa terjun secara total kedalam dunia politik sehingga timbul streotip bahwa politik merupakan dunia laki-laki. Walaupun sesungguhnya politik juga dunia bagi kaum perempuan. “Ibu Ennika Diana menyatakan bahwa politik bukanlah dunia milik kaum laki- laki karena perempuan dan laki-laki memiliki hak dan peranan yang sama dalam politik. Akan tetapi yang sering menjadi persoalan bagi perempuan adalah ketika perempuan tidak bisa terjun secara total kedalam dunia politik karena perempuan harus tetap memberikan atau menyediakan waktunya untuk mengurus akan keperluan keluarganya. Pencitraan ibu rumah tangga yang baik dan tidak baik membawa persoalan tersendiri bagi para perempuan untuk masuk kedalam dunia politik. 42 A.2 Analisis Hambatan Partai Nasional Indonesia Marhaenisme dan Partai Sarikat Indonesia dalam Memenuhi Kuota 30 Perempuan 42 Wawancara dengan Ibu Ennika Diana,SE, Bendahara Partai Serikat Indonesia Medan, di kantor Sekretariat PSI Medan, pada tanggal : 24 Agustus 2009 Universitas Sumatera Utara Pada pemilu legislatif 2009 yang lalu Partai Nasional Indonesia Marhaenisme sebagai salah satu partai peserta pemilu tidak memenuhi kuota 30 perempuan yang merupakan syarat untuk mengikuti pemilu seperti pada dapem 1 dan pada dapem lainya jumlah perempuan tidak sepenuhnya 30. Dalam pemenuhan kuota tersebut Partai Nasional Indonesia Marhaenisme mengalami hambatan-hambatan seperti yang disampaikan oleh Bapak Hitler Siahaan sebagai berikut: 1. Besarnya biaya administrasi dalam pengurusan syarat pencalonan sebagai peserta calon legislatif. Seperti pengurusan surat keterangan dari kepolisian, rumah sakit, pengadilan dan lain sebagainya. Sementara Partai PNI Marhaenisme sendiri tidak mempunyai alokasi dana untuk itu 2. Selain dari biaya administrasi yang besar, keluarga juga merupakan hambatan bagi PNI dalam memenuhi kuota 30 perempuan dalam pemilu legislatif yang lalu. Hal ini ketika kader perempuan dianggap mampu untuk maju sebagai calon legislatif, izin dan dukungan keluarga sangat sulit di dapat oleh perempuan apa lagi bila perempuan tersebut sudah menikah maka izin dan dukungan suami merupakan penentu bagi perempuan untuk dapat ikut sebagai calon legislatif. 3. Hambatan yang paling sering dialami semua partai politik termasuk PNI Marhaenisme yaitu belum siapnya perempuan bersaing kemampuan baik secara pengetahuan dan finansialmateri. “Bapak Hitler menyatakan, hambatan yang dihadapai PNI dalam pemenuhan kuota 30 perempuan pada pemilu 2009 yang lalu yaitu besarnya biaya administrasi dalam pengurusan syarat pencalonan sebagai peserta calon legislatif. Seperti pengurusan surat keterangan dari kepolisian, rumah sakit, pengadilan dan Universitas Sumatera Utara lain sebagainya. Sementara Partai PNI Marhaenisme sendiri tidak mempunyai alokasi dana untuk itu Selain dari biaya administrasi yang besar, keluarga juga merupakan hambatan bagi PNI dalam memenuhi kuota 30 perempuan dalam pemilu legislatif yang lalu. Hal ini ketika kader perempuan dianggap mampu untuk maju sebagai calon legislatif, izin dan dukungan keluarga sangat sulit di dapat oleh perempuan apa lagi bila perempuan tersebut sudah menikah maka izin dan dukungan suami merupakan penentu bagi perempuan untuk dapat ikut sebagai calon legislatif. Hambatan yang paling sering dialami semua partai politik termasuk PNI Marhaenisme yaitu belum siapnya perempuan bersaing kemampuan baik secara pengetahuan dan finansialmateri.” 43 1. Kurangnya dukungan secara penuh dari partai politik yang bersangkutan Oleh sebab itu parpol harus mengubah perspektifnya menjadi kesetaraan dan keadilan gender, mempersiapkan kader-kader yang berkualitas, antara lain dengan pendidikan politik yang berperspektif gender. Sementara itu hambatan-hambatan yang datang dari dalam diri perempuan juga menjadi hambatan bagi PNI Marhaenisme dalam memenuhi kuota 30 perempuan pada pemilu legislatif yang lalu. Adapun yang menjadi hambatan dari dalam perempuan itu sendiri seperti yang dikatakan oleh Ibu Susy Damanik yaitu: 2. Tuntutan kualitas pada calon legislatif perempuan lebih ditonjolkan. 3. Selama ini masyarakat selalu menyaksikan prilaku politik yang cenderung brutal, kurang beradab, serta kotor. 4. Sebagaimana dikatakan, hambatan besar lain akan dihadapi perempuan calon legislatif adalah dana kampanye. Sebagian besar perempuan mengahadapi masalah dana disebabkan bila status perempuan sudah berkeluarga maka dalam pengelolaanpenggunaan keuangan perempuan harus mendapatkan izin suami atau harus sepengetahuan suami. 43 Wawancara dengan Bapak Hittler Siahaan, di Sekretariat Partai Nasional Indonesia Marhaenisme Medan, pada tanggal: 31 Agustus 2009 Universitas Sumatera Utara “Ibu Susy Damanik menyatakan adanya hambatan yang muncul dalam diri perempuan disebabkan karena kurangnya dukungan secara penuh dari partai politik yang bersangkutan Oleh sebab itu parpol harus mengubah perspektifnya menjadi kesetaraan dan keadilan gender, mempersiapkan kader-kader yang berkualitas, antara lain dengan pendidikan politik yang berperspektif gender. Tuntutan kualitas pada calon legislatif perempuan lebih ditonjolkan. Selama ini masyarakat selalu menyaksikan prilaku politik yang cenderung brutal, kurang beradab, serta kotor. Sebagaimana dikatakan, hambatan besar lain akan dihadapi perempuan calon legislatif adalah dana kampanye. Sebagian besar perempuan mengahadapi masalah dana disebabkan bila status perempuan sudah berkeluarga maka dalam pengelolaanpenggunaan keuangan perempuan harus mendapatkan izin suami atau harus sepengetahuan suami” 44 1. Calon legislatif harus setia kepada Pancasila dan mengerti akan nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila Dalam melakukan perekrutan calon anggota legislatif pada pemilu 2009 yang lalu ada beberepa kriteria yang harus dipenuhi calon legislatif perempuan yang nantinya akan diusung oleh Partai Nasional Indonesia Marhaenisme. Kriteria tersebut adalah : 2. Setia dan mengerti akan makna Ideologi Marhaenisme 3. Setia dan loyal kepada Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 4. Bersedia mengikuti dan displin akan peraturan yang telah ditetapkan partai sesuai ADRT 5. Dikenal oleh masyarakat luas 6. Aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang ada dalam masyarakat Dan dalam melakukan perekrutan yang diutamakan adalah kader-kader perempuan yang merupakan anggota dari Partai Nasional Indonesia Marhaenisme sendiri karena sudah mengerti dan mengetahui ideologi visi-misi, peraturan yang 44 Wawancara dengan Ibu Dra.Susy Damanik,MM, Aktivis perempuan Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, di kantor Sekretariat PNI Marhaenisme Medan, pada tanggal : 20 Agustus 2009 Universitas Sumatera Utara anut partai. Dan partai sendiri sudah mengetahui akan batas kemampuan kader- kadernya. Namun Partai Nasional Indonesia juga melakukan perekrut calon anggota legislatif diluar dari anggota atau kader partai. Hal ini dilakukan karena kader- kader yang ada dalam Partai Nasional Indonesia sendiri tidak mencukup i 30 kuota perempuan dalam mengikuti pemilu 2009 yang lalu. Perekrutan tersebut dilakukan melalui seleksi dari setiap anak ranting berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Kemudian setelah seleksi yang dilakukan oleh anak ranting maka akan diseleksi lagi ditingkatan anak cabang. Setelah penyeleksian di tingkat anak cabang kemudia dilanjutkan penyeleksian di tingkat DPD atau DPW. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Hitler Siahaan. “Bapak Hitler menyatakan bahwa, Partai Nasional Indonesia juga melakukan perekrut calon anggota legislatif diluar dari anggota atau kader partai. Hal ini dilakukan karena kader-kader yang ada dalam Partai Nasional Indonesia sendiri tidak mencukupi 30 kuota perempuan dalam mengikuti pemilu 2009 yang lalu” 45 Menurut Bapak Abdul Azis, hambatan yang dihadapi Partai Sarikat Indonesia dalam pemenuhan kuota 30 perempuan dalam pemilu legislatif 2009 lalu yaitu minimnya sumber daya perempuan yang memiliki kemampuan dari kualifikasi yang ada, Kemudian didalam Partai Sarikat Indonesia sendiri masih sangat minim figur atau sosok perempuan yang terkenal sehingga bisa menarik Yang berhak menentukan layak tidaknya calon legislatif untuk maju bersaing sebagai calon legislatif di tingkat provinsi dan ditingkat kanupatenkota adalah panitia perekrutan di tingkat DPD atau DPW. 45 Wawancara dengan Bapak Hittler Siahaan, di Sekretariat Partai Nasional Indonesia Marhaenisme Medan, pada tanggal: 31 Agustus 2009 Universitas Sumatera Utara kader-kader perempuan yang berkompeten dalam politik. Dan hambatan yang ditemui Partai Serikat Indonesia dari dalam perempua n sendiri yaitu: masih adanya pandangan kaum perempuan bahwa dunia politik itu identik dengan dunia kaum laki-laki sehingga perempuan tidak layak untuk memasuki dunia politik, dan hambatan yang paling sering dihadapi dan membudaya dalam diri perempuan adalah keluarga. Dimana bila perempuan sudah berkeluarga secara agama perempuan akan dipimpin oleh laki-laki dan segala kegiatan perempuan harus mendapat persetujuan oleh suami. “ Bapak Abdul Azis menyatakan hambatan yang dihadapi Partai Sarikat Indonesia dalam pemenuhan kuota 30 perempuan dalam pemilu legislatif 2009 lalu yaitu minimnya sumber daya perempuan yang memiliki kemampuan dari kualifikasi yang ada, Kemudian didalam Partai Sarikat Indonesia sendiri masih sangat minim figur atau sosok perempuan yang terkenal sehingga bisa menarik kader-kader perempuan yang berkompeten dalam politik. Dan hambatan yang ditemui Partai Serikat Indonesia dari dalam perempuan sendiri yaitu: masih adanya pandangan kaum perempuan bahwa dunia politik itu identik dengan dunia kaum laki-laki sehingga perempuan tidak layak untuk memasuki dunia politik, dan hambatan yang paling sering dihadapi dan membudaya dalam diri perempuan adalah keluarga. Dimana bila perempuan sudah berkeluarga secara agama perempuan akan dipimpin oleh laki-laki dan segala kegiatan perempuan harus mendapat persetujuan oleh suami .” 46 1. Rendahnya jumlah perempuan dalam kepengurusan partai di berbagai tingkatan. Hal ini menyebabkan rendahnya posisi tawar perempuan dalam proses pengambilan keputusan internal partai. Keterlibatan kaum Adapun yang menjadi hambatan bagi Partai Sarikat Indonesia dalam pemenuhan kuota 30 perempuan dalam pemilu legislatif 2009 yang lalu menurut Ibu Ennika Diana adalah: 46 Wawancara dengan Bapak Abdul Azis Nasution, di Sekretariat Partai Sarikat Indonesia, pada tanggal: 27 Agustus 2009 Universitas Sumatera Utara perempuan dalam struktur kepengurusan DPC Medan tahun 2005-2010 masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan total jumlah pengurus yang ada. 2. Belum adanya tindakan afirmatif internal partai politik untuk perempuan.Partai Politik belum banyak mengakomodasikan kepentingan kaum perempuan. 3. Ketrampilan politik politisi perempuan yang masih rendah sehingga kurang sensitif terhadap perkembangan situasi politik, termasuk dinamika di internal partai, kurang mampu melakukan lobi dan cenderung tidak asertif dalam membela kepentingannya. 4. Kerap terjadi soliditas sesama perempuan di internal partai yang rendah, menyebabkan kelompok perempuan mudah dikendalikan dan tidak saling menjaga. Hal ini terlihat misalnya dalam masa pencalegan. 5. Kurang bekerjanya dengan efektif bidang pemberdayaan perempuan di partai disebabkan berbagai hal. Misalnya tidak memahami tugas, tidak memahami kepentingan perempuan seperti apa yang harus diperjuangkan, tidak mampu melakukan negosiasi dengan pengurus lain yang laki-laki, bahkan ada kasus tidak didukung oleh sesama perempuan di partainya. 6. Persaingan antara bidang perempuan dalam struktur kepengurusan partai dengan sayap perempuan partai, terutama dalam hal akses ke pimpinan tertinggi partai. 7. Basis sosial politik yang belum kuat dan tidak terbangun dengan baik. Hal ini terkait dengan latar belakang rekrutmen perempuan terlibat dalam partai. Universitas Sumatera Utara Situasi ini berpengaruh pada kemampuan mengelola jaringan dan konstituen yang dibutuhkan pada saat pencalegan dan pemilu. ”Ibu Enika Diana menyatakan bahwa hambatan yang dihadapai Partai Sarikat dalam memenuhi kuota 30 perempuan adalah: 1.Rendahnya jumlah perempuan dalam kepengurusan partai di berbagai tingkatan. Hal ini menyebabkan rendahnya posisi tawar perempuan dalam proses pengambilan keputusan internal partai. Keterlibatan kaum perempuan dalam struktur kepengurusan DPC Medan tahun 2005-2010 masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan total jumlah pengurus yang ada, 2.belum adanya tindakan afirmatif internal partai politik untuk perempuan. Partai Politik belum banyak mengakomodasikan kepentingan kaum perempuan, 3.ketrampilan politik politisi perempuan yang masih rendah sehingga kurang sensitif terhadap perkembangan situasi politik, termasuk dinamika di internal partai, kurang mampu melakukan lobi dan cenderung tidak asertif dalam membela kepentingannya, 4.kerap terjadi soliditas sesama perempuan di internal partai yang rendah, menyebabkan kelompok perempuan mudah dikendalikan dan tidak saling menjaga. Hal ini terlihat misalnya dalam masa pencalegan, 5.kurang bekerjanya dengan efektif bidang pemberdayaan perempuan di partai disebabkan berbagai hal. Misalnya tidak memahami tugas, tidak memahami kepentingan perempuan seperti apa yang harus diperjuangkan, tidak mampu melakukan negosiasi dengan pengurus lain yang laki-laki, bahkan ada kasus tidak didukung oleh sesama perempuan di partainya, 6.persaingan antara bidang perempuan dalam struktur kepengurusan partai dengan sayap perempuan partai, terutama dalam hal akses ke pimpinan tertinggi partai, 7.basis sosial politik yang belum kuat dan tidak terbangun dengan baik. Hal ini terkait dengan latar belakang rekrutmen perempuan terlibat dalam partai. Situasi ini berpengaruh pada kemampuan mengelola jaringan dan konstituen yang dibutuhkan pada saat pencalegan dan pemilu.” 47 47 Wawancara dengan Ibu Ennika Diana,SE, Bendahara Partai Serikat Indonesia Medan, di kantor Sekretariat PSI Medan, pada tanggal : 24 Agustus 2009 Sementara itu menurut Ibu Enika Diana hambatan yang muncul dalam diri perempuan untuk terjun kedalan dunia politik adalah perempuan belum memiliki kompetensi untuk bersaing dengan laki-laki. Adapun yang harus dimiliki oleh wanita yang memilih untuk terjun di dunia politik, harus memiliki kompentensi sebagai berikut: a. Kompetensi Umum Universitas Sumatera Utara 1. Memiliki kekuatan ruhiyah dan kesiapan untuk meningkatkan ruhiyah secara kontinyu 2. Memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial 3. Memiliki kemampuan untuk belajar cepat 4. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan publik 5. memiliki kesehatan dan sistem pendukung yang memadai b. Kompetensi Khusus 1. Memiliki ketrampilan reading speed kemampuan membaca akan keadaaan yang ada di sekitarnya 2. Kemampuan lobby 3. Memiliki kemampuan gender budgeting dana “Ibu Enika nenyatakan bahwa kompetisi umum yang harus dimiliki perempuan untuk terjun sebagai calon legislatif yaitu : kompetensi umum; memiliki kekuatan ruhiyah dan kesiapan untuk meningkatkan ruhiyah secara kontinyu, memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, memiliki kemampuan untuk belajar cepat, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan publik,memiliki kesehatan dan sistem pendukung yang memadai. Kemudian kompetensi khusus; memiliki ketrampilan reading speed kemampuan membaca akan keadaaan yang ada di sekitarnya, kemampuan lobby, memiliki kemampuan gender budgeting dana.” 48

B. Persepsi Tentang Kesetaraan dan Keadilan Oleh Partai Nasional