Analisis Proyeksi Penduduk Analisis Adat Istiadat Jaringan Pergerakan

kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk terkecil yaitu Kecamatan Sei Suka dengan kepadatan 1.055,38 jiwakm 2 .

4.4.2. Analisis Proyeksi Penduduk

Perkembangan wilayah tidak terlepas dari perkembangan penduduknya, semakin bertambah jumlah penduduk maka semakin bertambah pula kebutuhan akan ruang. Selain itu pula penduduk merupakan subjek dan sekaligus sebagai objek dalam perencanaan. Oleh karena itu perkembangan jumlah penduduk untuk masa yang akan datang perlu diperhitungkan dengan melihat perkembangan pada masa lampau. Dalam memproyeksikan jumlah penduduk metode yang digunakan adalah Metode Bunga Berganda dengan pertimbangan pertumbuhan penduduk. Secara matematisnya rumus tersebut yaitu: Pn = Po 1+r n Setelah dilakukan analisis proyeksi jumlah penduduk dengan menggunakan tahun 2009 sebagai tahun terakhir yang berjumlah 397.976 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 0,06 per tahun dihitung dari tahun 2004 sampai tahun 2030 sebesar 1.276.363 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 1.410,41 jiwakm 2 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 29.

4.4.3. Analisis Adat Istiadat

Kabupaten Batu Bara memiliki luas wilayah 904,96 km 2 yang terbagi dalam 7 kecamatan dan100 desakelurahan defenitif yang di diami oleh penduduk dari beragam etniksuku bangsa, agama dan budaya. Suku tersebut antara lain Jawa, Melayu dan Universitas Sumatera Utara Aceh yang mempunyai adat dan kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain. Suku asli di Kabupaten Batu Bara yaitu melayu yang mana semakin bertambahnya penduduk banyak suku pendatang yang berdiam di Kabupaten Batu Bara, sehingga terciptanya sistem sosial yang berbaur dan menyatu.

4.4.4. Jaringan Pergerakan

Pengaturan hirarki fungsi dan status kewenangan penyelenggaraan untuk jaringan jalan seyogianya mengadopsi kebutuhan hubungan antar pusat kegiatan. Konsep mengenai hirarki fungsi dan status jalan yang memuat dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan secara ringkas disampaikan pada Tabel 29. Tabel 29. Konsep Hirarki Fungsi dan Status Jalan di Indonesia Level Pemerintahan Kewenangan Penyelenggaraan Status Jalan Fungsi Jalan yang Dilingkupi Status Jalan Pemerintah Pusat Jalan Nasional ref : ps 14 1 UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan a Jalan arteri primer dan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, b Jalan strategis nasional, c Jalan toll ref: ps 9 2 UU No 38 Th 2004 ttg jalan Pemerintah Provinsi Jalan Provinsi ref : ps 15 1 UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan a Jalan kolektor primer menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabkota antar ibukota KabKota b Jalan strategis provinsi ref: ps 9 2 UU No 38 Th 2004 ttg jalan Pemerintah Kabupaten 1. Jalan Kabupaten 2. Jalan Desa ref : ps 16 1 UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan 1. aJalan lokal primer yang menghubungkan: ibukota Kab dengan ibukota kecamatan dan PKL, antar ibukota kecamatan, antara PKL bJalan sekunder dalam wilayah kabupaten cJalan strategis kabupaten 2. Jalan yang menghubungkan kawasan danatau antar pemukiman didalam desa dan Jalan lingkungan ref: ps 9 4 dan 6 UU No 38 Th 2004 ttg jalan Universitas Sumatera Utara Pemerintah Kota Jalan Kota Jalan Nasional ref : ps 16 2 UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan a Jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan dengan persil, antar persil, antar pusat pemukiman di dalam kota ref: ps 9 5 UU No 38 Th 2004 ttg jalan Sumber: Batu Bara dalam Angka ”2010” Biro Pusat Statistik Kab. Asahan 2010. Berdasarkan Tabel diatas, jaringan jalan di Kabupaten Batu Bara berdasarkan fungsinya terdiri dari: 1. Arteri Primer 2. Kolektor Sekunder 3. Lokal Primer 4. Lokal Perbaikan atau peningkatan kualitas jalan merupakan salah satu aspek pertama yang terpenting dalam pengembangan jaringan jalan di suatu wilayah tertentu. Peningkatan kualitas jalan baik itu perbaikan struktur jalan danatau pelebaran jalan sesuai dengan ketentuan pada standar pelayanan jalan merupakan salah satu cara untuk menurunkan biaya transportasi. Biaya tranportasi atau generalized cost of transportation merupakan fungsi dari lebar jalan, kondisi struktur jalan dan waktu tempuh serta jarak antar kawasan. Semakin baik jaringan prasarana yang menghubungkan suatu ruang yang lain maka biaya transportasinya akan semakin rendah karena waktu tempuh akan berkurang dan kecepatan layan akan bertambah sehingga nilai biaya operasi kendaraan akan berkurang. Kedua fungsi tersebut akan dapat ditingkatkan efisiensinya apabila kondisi jaringan prasarana diperbaiki baik dari sisi struktural maupun kapasitas. Lanjutan Tabel 29 Universitas Sumatera Utara Penambahan ruas jaringan jalan juga dapat didasrkan pada kebutuhan pelayanan. Tingginya volume lalu lintas mengakibatkan biaya transportasi akan meningkat sampai tidak terhingga karena jaringan jalanprasarana transportasi tidak lagi mampu menampung volume lalu lintas yang ada. Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Batu Bara terbagi dalam: Jalan Arteri Primer jalan lintas timur yang menghubungkan Kota Medan ke Provinsi Riau, Jalan Kolektor Primer jalan pantai timur direncanakan menghubungkan kabupaten Langkat melintas kabupaten Batu Bara sampai ke Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Jalan Kolektor Sekunder jalan yang menghubungkan jalan arteri primer dengan jalan kolektor primer, Jalan Lokal Primer yang menghubungkan pemukiman penduduk ke kolektor primer dan kolektor sekunder dan Jalan Lokal Sekunder jalan yang menghubungkan kawasan pemukiman dengan kawasan pemukiman lainnya dan Jalan Lingkungan. Kebutuhan jaringan jalan di Kabupaten Batubar dimasa akan datang direncanakan memfungsikan jaringan jalan yang ada sesuai dengan UU No. 38 tahun 2004 Tentang Jalan dan PP 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Perencanaan jalan. Disamping itu juga melakukan pembukaan jaringan jalan baru sesuai dengan kebutuhan perkembangan kabupaten. Jaringan jalan kereta api yang terdapat di Kabupaten Batu Bara merupakan perlintasan jalan dari kota Medan menuju Rantau Prapat, Tanjung Balai dan Kisaran. Di Kabupaten Batu Bara stasiun kereta api terdapat di Kota Lima Puluh dan Desa Laut Tador. Kondisi saat ini kereta pi digunakan untuk pengangkutan penumpang dan barang terutama yang berangkat dari stasiun Lima Puluh. Universitas Sumatera Utara Di dalam perkembangannya direncanakan membuka jalur kereta api ini menuju ke kawasan industri di Kuala Tanjung. Pembukaan jalur kerata api ini untuk mengantisipasi pembukaan kawasan industri di dalam penyediaan CPO yang akan di pasok dengan pengangkutan melalui kereta api. Selain itu juga dengan adanya jalur kerata api pengangkut CPO baik itu untuk bahan baku industri hulu dan ekspor melalui pelabuhan Tanjung Gading dapat mengurangi beban jalan raya dan kereta api untuk mengkut CPO ke Pelabuhan Belawan. Dengan adanya jalur pembukaan jalur ekspor dan untuk bahan dasar industri di kawasan industri Kuala tanjung dan Pelabuhan tanjung gading dapat mengurangi penghematan biaya pengangkutan dan mengurangi beban kerja Pelabuhan Belawan. Angkutan transportasi laut dikembangkan di Pelabuhan tanjung Tiram dengan meningkatkan pelayanan dan kapasitas pelabuhan dengan melakukan penambahan kapasitas pelabuhan dan perlengkapannya. Pelabuhan Tanjung Tiram direncanakan untuk melayani angkutan penumpang dan barang dengan dikembangkannya pusat agromarinepolitan di sekitar Kecamatan tanjung Tiram. 4.4.5. Perencanaan Kependudukan, Proyeksi Penduduk, Adat Istiadat dan Jaringan Pergerakan Gambaran jumlah penduduk menjadi penting, jika dilihat dari perkembangan dan laju pertumbuhan penduduk. Kabupaten Batu Bara yang merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Asahan sehingga jumlah penduduk pada tahun sebelumnya adalah menggunakan data yang ada di Kabupaten Asahan sebagai Kabupaten Induk. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Batu Bara 397.976 jiwa dengan rata-rata Universitas Sumatera Utara pertumbuhan penduduk 0,06 per tahun dihitung dari tahun 2004 sampai tahun 2030 sebesar 1.276.363 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 1.410,41 jiwakm 2 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 29. Karakteristik perkembangan jumlah penduduk suatu wilayah merupakan salah satu dasar dalam menentukan proyeksi penduduk. Dalam hal ini, tidak semua wilayah kecamatan mengalami pertumbuhan penduduk yang terus naik, tetapi juga tidak bisa dipungkiri terjadi penurunan jumlah penduduk yang cukup besar. Kabupaten Batu Bara memiliki luas wilayah 904,96 km 2 yang terbagi dalam 7 kecamatan dan100 desakelurahan defenitif yang di diami oleh penduduk dari beragam etniksuku bangsa, agama dan budaya. Suku tersebut antara lain Jawa, Melayu dan Aceh yang mempunyai adat dan kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain. Suku asli di Kabupaten Batu Bara yaitu melayu yang mana semakin bertambahnya penduduk banyak suku pendatang yang berdiam di Kabupaten Batu Bara, sehingga terciptanya sistem sosial yang berbaur dan menyatu. Permasalahan pokok sosial budaya yang biasanya timbul karena perbedaan adat istiadat dapat ditekan dengan program ditimbulkan dengan Arah kebijakan pembangunan sosial budaya dimaksud antara lain: 1. Memberikan perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada anak, wanita dan keluarga akibat tindakanperlakuan kekerasan, pengungsi dan korban bencana. 2. Meningkatkan pembinaan dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan tangga dalam kegiatan ekonomi. Universitas Sumatera Utara 3. Meningkatkan pembinaan dan pelestarian budaya daerah, seni dan adat istiadat dengan membangun kembali apresiasi masyarakat, pengembangan kelembagaan dan menciptakan iklim sosial dengan membuka kesempatan yang luas dalam mengaplikasikan budaya daerah, seni dan adat istiadat dalam kehidupan masyarakat. 4. Menciptakan iklim budaya olah raga dalam kehidupan masyarakat guna peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memilik tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup melalui penddikan olah raga di sekolah dan lingkungan masyarakat. 5. Melakukan pembinaan terhadap pemuda secara terarah dan terpadu dalam rangka peningkatan partisipasi pemuda dalam pembangunan daerah dan kemasyarakatan. 4.5. Analisis Struktur Tata Ruang 4.5.1. Penentuan Pusat-pusat Pertumbuhan atau Kegiatan