2.2. Rencana Tata Guna Tanah
Secara harfiah Land Use Planning adalah perencanaan tata guna tanah, yaitu
pengaturan penggunaan tanah, kesesuaian tanah dan zonasi. Dengan kata lain tata guna
tanah, adalah usaha untuk bisa memanfaatkan tanah sebesar‐besar bagi kemakmuran rakyat
secara berencana. Adapun defenisi lain tentang tata guna tanah antara lain :
1. Tata
guna tanah adalah rangkaian kegiatan untuk mengatur peruntukan, penggunaan dan persediaan
tanaha secara berencana dan teratur sehingga diperoleh manfaat yang lestari,
optimal, seimbang dan serasi. 2.
Tata guna tanah adalah rangkaian kegiatan penataan, penyediaan peruntukan dan
penggunaan tanaha secara berencana dalam rangkaian melaksanakan pembangunan
Nasional. 3.
Tata guna tanah adalah usaha untuk menata proyek‐proyek pebangunan, baik diprakarsai
pemerintah maupun yang tumbuh dari prakarsa dan swadaya masyarakat sesuai dengan
daftar skala prioritas sehingga di satu pihak dapat tercapai tertib penggunaan tanah,
sedangkan dipihak lain tetap dihormati peraturan perundangan yang berlaku Zaidar,
2006. Meningkatnya
kebutuhan akan tanah misalnya untuk berbagai kegiatan telah mendorong
timbulnya upaya‐upaya ekstensifikasi, intensifikasi maupun diversifikasi usaha guna
memanfaatkan tanah secara lebih efektif dan efisien untuk berbagai bidang kegiatan baik
dibidang pertanian maupun bidang‐bidang non pertanian. Efisiensi pemanfaatan tanah, disisi
lain juga mendorong timbulnya kompetensi maupun konflik kepentingan antar pengguna
tanah yang pada kenyataannya sering kali yang dirugikan adalah pihak‐pihak ekonomi
yang lemah.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan akan tanah dari tahun ketahun semakin meningkat karena laju
pertumbuhan penduduk yang pesat sedangkan luas tanah relatif tidak bertambah, maka
dampak yang sering terjadi adalah persengketaan tanah sehingga menimbulkan penipuan,
kejahatan, pencaloan tanah dan bahkan ada yang mengakibatkan kematian seseorang. Untuk
mengatasi hal tersebut perlu adanya pengendalian pertanahan yang harus mendapatkan
penanganan khusus dari pemerintah agar ketertiban, kepastian, perlindungan hukum bagi
pemegang hak atas tanah dapat terwujud Mayasari, 2007.
Berkurangnya lahan pertanian subur di sepanjang jalur transportasi, banjir‐banjir
lokal karena tersumbatnya saluran drainase oleh sampah, galian‐galian pipa dan kabel yang
tidak kunjung selesai dan lain‐lain yang semua itu sebagai akibat pembangunan yang
dilaksanakan tidak secara terpadu antara satu sektor dengan sektor lainnya. Di samping itu
izin pembangunan yang direkomendasikan Pemerintah Daerah sering tidak terpadu dengan
peraturan daerah yang telah ditetapkan. Seperti daerah hijau sebagai penyangga diijinkan
untuk daerah permukiman Baiquni dan Susilawardani, 2002.
Dengan demikian bahwa pola pengelolaan tata guna tanah penatagunaan tanah
adalah merupakan proses penyesuaian terhadap kondisi penggunaan tanah pada saat ini
untuk mewujudkan kondisi yang dikehendaki menurut Rencana Tata Ruang yang dalam hal
ini adalah Rencana Tata Ruang Kota RUTRK. Atau dengan kata lain, apabila rencana tata
ruang merupakan kondisi ideal yang akan dicapai, maka pengelolaan tata guna tanah
penatagunaan tanah merupakan rangkaian proses untuk mewujudkan kondisi ideal tersebut
Baiquni dan Susilawardani, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan lahan sebagai salah satu produk kegiatan manusia di permukaan bumi memang menunjukkan variasi yang sangat besar, baik di dalam kota besar, baik
didalam kota lokal maupun didalam kota regional. Pemahaman bentuk-bentuk penggunaan lahan yang mewarnai daerah terbangun, daerah peralihan kota-desa serta
daerah pedesaan sendiri merupakan suatu hal yang prinsipil untuk melakukan diferensiasi struktur keruangannya. Untuk membedakan jenis penggunaan lahan
kekotaan dan penggunaan lahan kedesaan, pada umumnya keterkaitan jenis tersebut dengan lahan peranian menjadi fokus utamanya. Memang diakui bahwa sebahagian
besar jenis penggunaan lahan pedesaan selaliu berasosiasi dengan kegiatan pertanian, namun diakui pula bahwa ada lahan kekotaan yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan
pertanian dan ada pula lahan-lahan kedesaan yang berkaitan dengan kepentingan non pertanian Yunus, 2005.
2.3. Perencanaan Pembangunan Perkotaan di Indonesia