Perencanaan Perindustrian, Wilayah Kehutanan dan Pariwisata

4.3.5. Perencanaan Perindustrian, Wilayah Kehutanan dan Pariwisata

4.3.5.1. Perindustrian Rencana kawasana industri di Kabupaten Batu Bara di arahkan di lokasi yang telah terbangun atau berkelompoknya kegiatan industri yaitu di Kawasan Industri Kuala Tanjung Kecamatan Sei Suka. Ditetapkannya lokasi ini di karenakan sarana dan prasarana pendukung untuk suatu kawasan industri telah tersedia, seperti: jaringan jalan, pelabuhan, air bersih, listrik dan pelabuhan. Pengembangan kawasan industri ditambahkan luas lahan yang dicadangkan di Desa Gambus Laut Kecamatan Lima Puluh. Di dalam kawasan industri di rencanakan untuk pengembangan pengolahan industri hilir CPO dan turunannya. Untuk mengantisipasinya pengembangan kawasan industri Kabupaten Batu Bara maka dibuka jalur kereta api menuju kawasan industri Kuala Tanjung. Di dalam mengantisipasi pengangkutan bahan dasar CPO dari beberapa kabupaten di Pantai Timur dan beberapa kabupaten di bagian tengah Provinsi Sumatera Utara. Di samping itu juga jalur kerata api ini dapat mengangkut CPO yang akan di ekspor ke berbagai negara melalui pelabuhan Tanjung Gading. Jalur kerata api juga dapat mengangkut hasil industri yang akan di distribusikan ke berbagai kota di Provinsi Sumatera Utara. Di dalam kawasan industri ini juga di rencanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU untuk mengantisipasi penambahan kebutuhan tenaga listrik khususnya di kawasan industri dan kebutuhan untuk rumah tangga di Kabupaten Batu Bara. Universitas Sumatera Utara Permasalahan lain yang dapat menjadi batu sandungan dalam pembangunan perindustrian berwawasan lingkungan adalah tidak belum adanya pengeturan mengenai alokasi sumberdaya alam yang integral dan komprehensif. Menurut Nurrochmant 2006, masalah konservasi kawasan sangat sedikit disinggung, khususnya yang menyangkut tanah, yaitu: Memelihara tanah, termasuk menambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya adalah kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai hubungan-hubungan dengan tanah itu, dengan memperhatikan ekonomi yang lemah. Meskipun masih perlu interprestasi lebih lanjut, poin terakhir ini menunjukkan secara implicit akan perlunya dana kompensasi atau semacamnya bagi daerah-daerah yang secara geografis memiliki fungsi perlindungan, namun tidak berdaya secara ekonomis karena tidak adanya alternatif penggunaan lahan selain menjaganya sebagai kawasan industri. Perlu adanya perencanaan yang matang dalam perencanaan kawasan industry yang berwawasan lingkungan. Pembangunan kawasan industri pada umumnya tidak mengindahkan etika-etika pemeliharaan lingkungan. Pembangunan suatu kawasan menjadi kawasan industri sudah sepantasnya juga mengarah pada konservasi kawasan khususnya untuk menjaga kesuburan tanah. Perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar. 4.3.5.2. Kawasan hutan Perencanaan wilayah kehutanan bukan hanya berkaitan dengan masalah kebijakan fisikal melainkan juga menyangkut dua aspek penting lainnya yakni desentralisasi administratif dan politik. Desentralisasi fiskal merupakan salah satu isu Universitas Sumatera Utara menonjol dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, disamping desentralisasi administratif dan politik. Desentralisasi administratif berkaitan dengan penyerahan kewenangan kepada lembaga pemerintahan di daerah untuk melaksanakan fungsi pelayanan publik, sedangkan desentralisasi politik mengacu kepada pelimpahan wewenang kepada daerah dalam menentukan kebijakan publik. Keputusan politik untuk mendevolusikan kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah, hanya dapat terlaksana dengan baik jika pemerintah daerah mempunyai kapasitas yang cukup dalam pengelolaan administratif, fiskal, dan politik Inman dan Rubinfield 1997 dalam Litvack et al., 1998. Dalam bidang kehutanan, alokasi lahan hutan telah diatur dalam suatu konsep yang dikenal sebagai “Tata Guna Hutan Kesepakatan” atau sering disebut dengan istilah TGHK. Namun, banyak kalangan menilai konsep TGHK terlalu mengedepankan kepentingan sektor kehutanan dan mengabaikan kepentingan sektor lainnya. Oleh karenanya, konsep dan pola pemanfaatan lahan hutan diintegrasikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW yang diatur dalam Undang-Undang 241992 tentang Penataan Ruang. Tujuan dari undang-undang penataan ruang adalah ”Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya, dan tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas”. Universitas Sumatera Utara 4.3.5.3. Pariwisata Kondisi objek wisata yang terdapat di Kabupaten Batu Bara di dalam pengembangannya untuk menjadi objek wisata andalan di Kabupaten dan sekitarnya di perlukan beberapa perbaikan dan penanganan secara khusus agar objek wisata yang ada menjadi lebih menarik wisatawan. Secara garis besar objek wisata yang terdapat di kabupaten ini belum ditata secara maksimal terutama untuk objek wisata bangunan sejarah Istana Lima Laras. Objek wisata yang diperlikan penanganan khusus adalah kawasan wisata Pantai Sejarah, dikarenakan sepanjang pantai mulai terdapat endapan lumpur yang menghilangkan keindahan pantai yang ada pada awalnya berbentuk pasir putih. Untuk jangka panjang diperlukan reboisasi di sepanjang pabtai dengan penanaman kembali mangrove di bagian pantai berlumpur. Untuk kawasan pantai dengan hamparan pasir putih dapat ditanami dengan cemara laut, selain untuk menambahan kesejukan dan dapat menahan abrasi pantai. Untuk lebih jelas di dalam penataan objek wisata di Kabupaten Batu Bara dapat dilihat pada Tabel 25. Untuk meningkatkan kedatangan wisata di objek wisata yang ada diperlukan penataan dan penambahan fasilitas pendukung di dalam perencanaannya. Selain itu juga dibutuhkan promosi objek wisata yang ada dengan membuat brosur lifplet tentang objek wisata tersebut dan pembuatan arah penunjuk menuju ke objek wisata. Untuk jangka panjang diperlukan penambahan objek wisata baru terutama di bagian Barat Daya dan Tengah Kabupaten. Penambahan objek wisata baru dapat berbentuk wisata agro dan wisata kuliner. Universitas Sumatera Utara Menurut UU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati No. 51990, terdapat beberapa jenis kawasan yang memiliki fungsi sangat strategis dan perlu untuk dilindungi seperti kawasan pelestarian alam yang terdiri dari kawasan Cagar Alam dan Suaka Margasatwa; dan kawasan suaka alam, yang meliputi Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Peraturan pelaksana dari UU 51990 adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1994 tentang pengusahaan pariwisata alam di zona pemanfatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dan Peraturan Pemerintah No. 62 tahun 1998 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintahan di bidang kehutanan kepada daerah. Namun demikian PP 621998 kehilangan relevansi seiring dengan terbitnya Undang-Undang mengenai Pemerintahan Daerah Tahun 1999. Tantangan terbesar yang harus dipecahkan adalah bagaimana mengubah nilai potensial kawasan konservasi menjadi flow yang dapat diintegrasikan dalam konsep PDRB Hijau. Universitas Sumatera Utara Tabel 26. Jenis, Bentuk dan Lokasi Wisata dan Analisis Penataan Objek Wisata Di Kabupaten Batu Bara No Jenis Objek Wisata Bentuk Objek Wisata Lokasi Objek Wisata Analisis Penataan Objek Wisata 1 Istana Lima Laras Bangunan Istana Kecamatan Talawi Pemugaran Istana refatalisasi. Penataan kawasan disekitar istana. 2 Pulau Salah Nama Pulau dan Pantai Kecamatan Tanjung Tiram Pembuatan dermaga. Pembuatan tempat berlindung gazebo. 3 Pulau Pandan Pulau dan Pantai Kecamatan Tanjung Tiram Penataan kawasan pulau. Penambahan fasilitas penginapan. 4 Pantai Bunga Pantai Kecamatan Talawi Reboisasi sepanjang pantai untuk menghindari eros. Penataan dan penambahan fasilitas wisata. 5 Pantai Sejarah Pantai Kecamatan Lima Puluh Reboisasi sepanjang pantai untuk menghindari eros. Penataan dan penambahan fasilitas wisata. Perbaikan dan perkerasan jalan masuk. 6 Pantai Wisata Alam Datuk Pantai Kecamatan Sei Suka Reboisasi sepanjang pantai untuk menghindari eros. Penataan dan penambahan fasilitas wisata. Perbaikan dan perkerasan jalan masuk. 7 Pantai Perjuangan Pantai Kecamatan Medang Deras Reboisasi sepanjang pantai untuk menghindari eros. Penataan dan penambahan fasilitas wisata. 8 Danau Laut Tador Danau Kecamatan Sei Suka Pembersihan permukaan danau dari blooming tumbuhan air seperti eceng gondok, hidrilla, dll. Penataan dan penambahan fasilitas wisata. Rambu penunjuk jalan ke objek wisata. Perbaikan dan perkerasan badan jalan. Sumber: Batu Bara dalam Angka ”2010” Biro Pusat Statistik Kab. Asahan 2010. Universitas Sumatera Utara

4.4. Analisis Sosial dan Kependudukan