4.3.4. Kehutanan
Kawasan hutan yang berada di dalam wilayah administrasi Kabupaten Batu Bara adalah kawasan hutan yang berada di wilayah pesisir. Sehingga kawasan hutan
ini didominasi oleh ekosistem hutan mangrove. Ekosistem hutan mangrove memiliki fungsi ekologis, ekonomis dan sosial yang penting dalam pembangunan, khususnya di
wilayah pesisir. Meskipun demikian, kondisi hutan mangrove di Indonesia terus mengalami kerusakan dan pengurangan luas dengan kecepatan yang tinggi. Sementara
laju penambahan luas areal rehabilitasi mangrove yang dapat terealisasi masih jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju kerusakannya.
Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil. Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oelh vegetasi
mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda saline young soil yang
mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation yang tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan ammonium
termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah daratan Kusmana, 1994. Bersifat dinamis karena hutan mangrove dapat tumbuh dan
berkembang terus serta mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh alaminya. Dikatakan labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali
seperti sediakala.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi umum tutupan lahan pada kawasan hutan di Kabupaten Batu Bara disajikan pada Tabel 24, Peta Kawasan Hutan Kabupaten Batu Bara dapat dilihat pada
gambar 3 dan Landsat Kabupaten Batu Bara dapat dilihat pada Gambar 4.
Tabel 24. Kondisi Umum Kawasan Hutan di Kabupaten Batu Bara
No Tipe Kawasaan
SK Menteri Kehutanan No. 44 Tahun 2005
Kecamatan Desa
Keterangan
1. Medang Deras
1. Pangkalan Dodek 2. Nanasiam
3. Lalang 4. Durian
Sebagian besar kenyataaan di lapangan
sudah berupa permukiman, perkebunan
dan tambak lain-lain
2. Sei Suka 1. Kuala Indah
2.Kuala Tanjung Sebagian besar
kenyataaan di lapangan sudah berupa
permukiman, perkebunan dan tambak lain-lain
3. Lima Puluh 1. Gambus Laut
2. Perupuk 3. Guntung
Sebagian besar kenyataaan di lapangan
sudah berupa permukiman, perkebunan
dan tambak lain-lain
4. Talawi 1. Dahari Selebar
2. Mesjid Lama Sebagian besar
kenyataaan di lapangan sudah berupa
permukiman, perkebunan dan lain-lain
1. Sebaran Hutan
Produksi Terbatas HPT
5. Tg. Tiram 1. Bogak
2. Tg. Tiram 3. Guntung
4. Bagan Baru 5. Ujung Kubu
Sebagian besar kenyataaan di lapangan
sudah berupa permukiman, perkebunan
dan lain-lain
1. Medang Deras
1. Pangkalan Dodek 2. Nanasiam
Tidak ada 2. Sei Suka
1. Kuala Indah 2.Kuala Tanjung
Tidak ada 3. Lima Puluh
1. Gambus Laut 2. Perupuk
Masih ada di Jalur HijauKawasan Lindung
4. Talawi 1. Dahari Selebar
2. Mesjid Lama Tidak ada
2. Kawasan Pantai
Berhutan Bakau
5. Tg. Tiram 1. Bogak
2. Bagan Dalam 3.Lima Laras
4. Guntung 5. Unjung Kubu
6. Bagan Baru Lahan yang masih
berhutan bakau yaitu di Desa Lima Laras, Ujung
Kubu dan Bagan Baru
Sumber: Batu Bara dalam Angka ”2010” Biro Pusat Statistik Kab. Asahan 2010.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi tutupan lahan yang demikian menggambarkan pentingnya rehabilitasi kawasan hutan mangrove yang ada di Kabupaten Batu Bara. Kusmana 1994
menyatakan, terdapat tiga parameter lingkungan yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan mangrove, yaitu: 1 suplai air tawar dan salinitas, dimana
ketersediaan air tawar dan konsentrasi kadar garam salinitas mengendalikan efisiensi metabolik dari ekosistem hutan mangrove. Ketersediaan air tawar tergantung pada a
frekuensi dan volume air dari sistem sungai dan irigasi dari darat, b frekuensi dan volume air pertukaran pasang surut, c tingkat evoporasi ke atmosfer. 2 Pasokan
nutrien: pasokan nutrien bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbegai proses yang saling terkait, meliputi input dari ion-ion mineral an-organik dan bahan organik
serta pendaurulangan nutrien. Agar upaya rehabilitasi hutan mangrove dapat berlangsung dengan baik maka parameter lingkungan penentu pertumbuhan hutan
mangrove tersebut harus dijaga keberlangsungannya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Peta Kawasan Hutan Kabupaten Batu Bara
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Landsat Kabupaten Batu Bara
Universitas Sumatera Utara
4.3.5. Perencanaan Perindustrian, Wilayah Kehutanan dan Pariwisata