5. Penambahan pohon pada lahan krisis, daerah aliran sungai, kawasan hutan,
pekarangan rumah, halaman perkantoran, sekolah dan tempat-tempat lain yang memungkinkan untuk ditanami.
6. Pelaksaan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar kawasan hutan.
7. Penelitian dan pengembangan kawsaan hutan untuk tujuan estetika,wisata studi,
medis dan sebagainya. 8.
Peningkatan kerjasama dengan pemerintahan kecamatan dan pemerintahan desa yang memiliki kawasan hutan dan tokoh masyarakat yang peduli untuk
melakukan perlindungankawasan hutan.
4.3. Analisis Wilayah Perencanaan
Analisis wilayah perencanaan merupakan tindak lanjut dari pekerjaan komplikasi data yang terdapat di Bab 4. Didalam pekerjaan analisis proses yang
dilakukan tentang analisis fisik dan lingkungan, analisis sosial dan kependudukan, analisis ekonomi, identifikasi struktur tata ruang, analisis prasarana dan sarana
wilayah, dan menemukan kawasan prioritas.
4.3.1. Analisis Fisik Dan Lingkungan
Kebutuhan lahan yang akan dipergunakan untuk kegiatan produksi pertanian, permukiman, industri dan kegiatan lainnnya semakin meningkat sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Oleh karena itu diperlukan suatu pemikiran yang seksama untuk membuat keputusan dalam pemanfaatan lahan sehingga penggunaan
lahan tidak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan di masa yang akan
Universitas Sumatera Utara
datang. Selain itu masih kurangnya informasi tentang potensi lahan, kesesuaian penggunaan lahan dan pengelolaannya yang diperlukan untuk setiap areal.
Untuk mengetahui kesesuaian lahan dengan penggunaannya maka perlu dilakukan analisis sehingga dapat dihasilkan suatu pengelompokan lahan secara
sistematis menurut sifat-sifat tertentu pada lahan yang akan mempengaruhi kemampuan lahan bagi suatu tujuan penggunaan pertanian dan kegiatan lainnya.
4.3.2. Analisis Kawasan Lindung
Kawasan merupakan wilayah yang mempunyai fungsi utama lindung atau budidaya. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, sumber daya buatan. Analisis Kawasan Lindung dan budidaya ditunjukan untuk menentukan pola
penggunaanperuntukan tanah berdasarkan identitas teknis dan sifat-sifat tanah sehingga dapat menghasilkan pembagian kawasan menjadi dua kawasan utama, yaitu
Kawasan Lindung dan kawasan budidaya. Pendekatan dalam menganalisis Kawasan Lindung adalah dengan penerapan
kriteria Kawasan Lindung yang terdapat dalam Keppres No. 32 tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan Lindung. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua
Kawasan Lindung terdapat di Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan Keppres tersebut di
Universitas Sumatera Utara
atas klasifikasi Kawasan Lindung yang terdapat di Kabupaten Batu Bara dibedakan atas beberapa kelompok yaitu :
a Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya :
Kawasan hutan lindung b
Kawasan perlindungan setempat yang terdiri dari : Sempadan pantai
Sempadan sungai Kawasan sekitar mata air
Kawasan sempadan danau Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
c Kawasan rawan bencana yakni kawasan yang sering atau berpotensi tinggi
mengalami bencana alam seperti banjir akibat luapan sungai maupun banjir rob. Untuk jelasnya muatan dari Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Kawasan
Lindung secara lengkap disajikan pada Tabel 22
Menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 4 Tahun 2005, luas kawasan hutan di Kabupaten Batu Bara adalah seluas 19.653,89 Ha, dengan rincian Kawasan
Hutan Lindung HL seluas 3.424,53 Ha dan Kawasan Hutan Produksi HP seluas 16.229,36 Ha. Namun demikian berdasarkan pantauan di lapangan dan hasil
inventarisasi yang telah dilakukan oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Batu Bara tahun 2008, diperoleh hasil bahwa 87,45 dari total luas kawasan menurut
SK tersebut telah mengalami kerusakan maupun beralih fungsi menjadi penggunaan
Universitas Sumatera Utara
yang lain. Sisanya hanya sebesar 12,55 dari total kawasan menurut SK. 44 tahun 2005.
Kondisi kawasan hutan di Kabupaten Batu Bara tahun 2009 disajikan dalam Tabel 22.
Tabel 22. Kondisi Kawasan Hutan di Kabupaten Batu Bara Tahun 2009
No Kecamatan
Hutan Lindung
Ha Rusak
Ahli Fungsi
Ha Sisa Ha
Hutan Produksi
Ha Rusak
Ahli Fungsi Ha
Sisa Ha
1 Medang Deras
821,34 315,00
506,34 3910,14
3115,00 795,14
2 Sei Suka
312,78 160,50
152,28 1477,06
1304,00 173,06
3 Lima Puluh
519,14 425,00
94,14 2466,84
2426,00 40,84
4 Talawi
133,84 95,00
38,84 637,22
593,00 44,22
5 Tanjung Tiram
1637,43 1219,00
418,43 7738,10
7535,00 203,10
Jumlah 3.424,53
2.214,50 1.210,03
16.229,36 14.973,00
1.256,36
Sumber: Batu Bara dalam Angka ”2010” Biro Pusat Statistik Kab. Asahan 2010. 4.3.3. Analisis Geologi Tata Lingkungan
Geologi dalam konteks permasalahan lingkungan dapat dipandang sebagai sumberdaya alam natural resources yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia dan geologi sebagai proses alam yang dapat dipelajari dari aspek-aspek yang timbul untuk ditanggulangi dan dihindari. Pembahasan dalam ospek geologi tata
lingkungan meliputi bahaya lingkungan beraspek geologis dan sumberdaya alam, yaitu bahan bangunan dan bahan lainnya.
Bahaya lingkungan yang beraspek geologis mencakup erosi dan gerakan tanah. Perlunya hal ini di analisis karena pembangunan fisik yang sedang giat-giatnya
dilakukan perlu memperhitungkan resiko terhadap bahaya lingkungan geologi sehingga dapat terhindar dari kesuliatan dikemudian hari.
Universitas Sumatera Utara
1. Erosi
Erosi dan sedimentasi sangat erat kaitannya satu sama lainnya. Erosi sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain : iklim, vegetasi, gerakan air, angin,
morfologi, topografi, gerakan tanah, dan faktor manusia. Sedangkan sedimen tergantung kepada macam dan ukuran butiran fragmen, macam
dan gerak media transportasi, dan banyak dipengaruhi juga oleh morfologi, tofografi serta faktor manusia.
2. Struktur Geologi
Gerakan tanah dapat mempengaruhi morfologi secara setempat dalam dimensi beberapa meter persegi hingga puluhan hektar.
Arah gerakan banyak dipengaruhi oleh morfologi tanah dan biasanya bergerak dari tempat yang lebih tinggi ketempat yang lebih rendah. Beberapa akibat yang timbul
dari adanya gerakan tanah antara lain meningginya sifat erosi suatu wilayah, berkurangnya kesuburan tanah dan beberapa untuk morfologi. Bentuk morfologi yang
dihasilkan antara lain : tebing-tebing terjal, danau-danau kecil, medan–medan tidak rata pada daerah akumulasi longsor. Gerakan tanah juga mempengaruhimeningkatkan
erosibilitas suatu wilayah dan mengurangi kesuburan tanah akibat terbalik-baliknya lapisan tanah.
3.
Budidaya Air Tawar
Tiap kecamatan Kabupaten Batu Bara berpontensi untuk dikembangkan usaha budidaya air tawar. Jumlah lahan budidaya air tawar tahun 2009 sebanyak 120,60
Universitas Sumatera Utara
hektar atau 10,08 dari total potensi lahan budidaya darat. Sebagai persyaratan pengembangan kawasan budidaya air tawar adalah adanya ketersediaan air tawar
sepanjang tahun, ketersediaan benih dalam jumlah dan waktu yang tepat, terhindar dari sumber pencernaan, baik dari limbah rumah tanggakota maupun dari limbah industri.
Adanya saluran irigasi yang dialiri air sepanjang tahun dan terdapat Unui-unit Usaha Pembenihan Rakyat UPR yang dapat menyediakan benih ikan bagi pembudidaya
ikan. Namun persyaratan mutlak yang harus ada bagi suatu daerah dalam pengembangan budidaya air tawar ialah adanya Balai Benih Ikan BBI, disamping
sebagai penyedia benih bagi pembudidaya ikan juga berfungsi sebagai restocking calon induk.
Hasil analisis lahan wilayah daratan pada kecamatan Sei Balai dan Kecamatan Air Putih yang tidak terkena pasang surut air laut sebagai berikut:
Tabel 23. Angka Rataan Komposisi Fraksi Tanah Analisis Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU dan Karakteristik Lahan Wilayah
Daratan Kabupaten Batu Bara Tahun 2009
Komposisi Fraksi dan Tekstur Tanah
Karakteristik Lahan Fraksi Tanah
Pasir Debu Liat
Tekstur Taanah
Suhu C
P
H C-org
Ht Cm
Lereng TL
mdpl
31,38 21
46,83 Lempeng
Liat berpasir
26,12 -
6,15 -
1,54 -
- 90
- -
3,61 -
- 0,13
- -
Sumber: Batu Bara dalam Angka ”2010” Biro Pusat Statistik Kab. Asahan 2010.
Analisis di atas menunjukan bahwa tekstur tanah lempung liat berpasir kategori halus, potensi untuk pengembangan perikanan budidaya air tawar, tarutama sangat
baik untuk konstruksi kolam, artinya tanah dasar kolam kedap air. Temperatur udara secara langsung berpengaruh terhadap suhu air kolam. Suhu 26,21
C berada
Universitas Sumatera Utara
temperatur yang optimum dan dapat merangsang proses fotosintesis phytoplankton yang akan menghasilkan oksigen terlarut dalam air sehingga air kolam mengandung
oksigen yang cukup untuk respirasi ikan dan organisme lain yang ada dalam kolam. Rataan
P
H tanah 6,15 menunjukkan bahwa tanah agak sedikit bersifat asam. Untuk menaikan
P
H tanah netral dapat diberi kapur CaO dalam jumlah tertentu, ini berguna untuk meningkatkan daya serap plankton terhadap unsur hara, dimana plankton
disamping penghasil oksigen terlarut dalam air juga sebagai makanan alami bagi larva ikan.
Bahan organik yang ada di permukaan tanah tidak begitu banyak, namun sangat mempengaruhi terhadap keberadaan unsur-unsur hara dalam tanah. Unsur hara
dalam konsep budidaya ikan tidak langsung dimakan oleh ikan, melainkan untuk menumbuhkan pakan alami. Ketersediaan pakan alami di dalam kolam sebagai
indikator dari kesuburan perairan. Dengan ketinggian lahan rataan 130 cm dpl dengan elevasi 3,16 menunjukkan bahwa volume air kolam dapat diisa setinggi 120-130 cm
pada musim padat tebar benih dan saat panen air kolam dapat dikering total. Kecamatan Lima Puluh dan Kecamatan Talawi telah ada kegiatan pembenihan
yang diusahakan oleh rakyat, namun belum ada Balai Benih Ikan BBI. Fasilitas pokok ini sebagai bahan pertimbangan yang mutlak ada di Kabupaten Batu Bara
sebgai upaya pengembangan perikanan budidaya air tawar. Uraian di atas, disimpulkan bahwa Kecamatan Lima Puluh dan Kecamatan Sei
Balai dapat dijadikan Pusat Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar.
Universitas Sumatera Utara
4.3.4. Kehutanan