Peraturan dan Kebijakan Pembiayaan Jalan Tol

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Dalam menganalisis permasalahan pembiayaan pembangunan jalan tol ini, terlebih dahulu harus diidentifikasi penerapan kebijakan pembiayaan pembangunan jalan tol mengenai permasalahan-permasalahan apa saja yang dialami oleh para pihak kepentingan stake holders, yaitu pemerintah sebagai regulator, pengusahainvestor sebagai pelaku bisnis jalan tol, dan masyarakat sebagai pengguna jasa dalam merumuskan kendala-kendala sekaligus upaya- upayanya dalam pembiayaan pembangunan jalan tol. Permasalahan yang dialami oleh masing-masing pihak kepentingan tersebut tentu berbeda karena mereka mempunyai peran dan kepentingan yang berbeda dalam industri jalan tol. Dan setelah semua permasalahan dapat diidentifikasi maka kemudian permasalahan tersebut di analisis dari sisi kebijakan dari regulasi pemerintah yang berlaku saat ini.

IV.1 Peraturan dan Kebijakan Pembiayaan Jalan Tol

Sesuai Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Jalan Tol, disebutkan bahwa jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan dan dengan status sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol, serta wewenang penyelenggaraan jalan tol ada pada Pemerintah. Pembangunan jalan tol membutuhkan biaya yang besar dengan masa pengembalian yang lama sehingga perlu didukung dengan kajian yang mendalam Universitas Sumatera Utara dan komprehensif baik secara ekonomi maupun finansial. Pembangunan jalan tol harus selektif dan hanya untuk daerah dengan volume lalu lintas memadai dan memiliki prioritas tinggi dalam pengadaannya. untuk daerah yang masih rendah volume lalu lintasnya dapat memanfaatkan jaringan jalan non-tol yang ada. Penyelenggara jalan tol ini meliputi: pengaturan, pembinaan, pengusahaan, dan pengawasan. Untuk mengetahui konsep formal jalan tol maka dapat diperhatikan peraturan dan kebijakan yang terkait dengan pembiayaan pembangunan jalan tol. Peraturan tersebut mencakup prosedur dan persyaratan tender, kriteria evaluasi penawaran, ketentuan-ketentuan mengenai negosiasi kontrak, kondisi dan syarat- syarat kontrak, jaminan bagi komplain kontraktor, prosedur penyesuaian tarif, serta ketentuan-ketentuan mengenai penghentian kontrak termasuk alokasi risiko yang jelas antara pemerintah selaku pemilik aset dan pihak swasta sebagai pengelola. Kebijakan pemerintah untuk privatisasi pada industri jalan tol sejak tahun 1987 terus berkembang. Pada program privatisasi tersebut, pola pengadaan pembangunan jalan tol dinataranya dapat dilakukan dengan cara Build Operate Transfer BOT. Bentuk usahanya sendiri dapat berupa kerjasama usaha patungan joint venture, kerjasama usaha gabungan joint operation, kerjasama pembiayaan bagi hasil revenue sharing, dan kerjasama pembiayaan pembangunan modified turnkey. Sedangkan beberapa bentuk pendanaan infrastruktur pembangunan jalan tol dapat dilakukan melalui saham, reksadana, ObligasiSurat Hutang Perusahaan dan Sekuritisasi Aset Asset Backed Security. Universitas Sumatera Utara

IV.1.1 Regulasi jalan Tol menurut UU 382004 dan PP 152005

Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan tol telah memberikan cakrawala baru dalam penyelenggaraan jalan tol. Keberadaan badan Pengatur Jalan Tol BPJT diharapkan dapat lebih mendorong partisipasi aktif dari sektor swasta dalam investasi jalan tol demi terwujudnya percepatan penyelenggaraan jalan tol. Ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam peraturan tersebut antara lain: 1. Sebagai dasar pembangunan jalan tol, Pemerintah menyusun Rencana Induk Jaringan jalan tol dan ruas Jalan Tol yang ditetapkan oleh Menteri. 2. Pendanaan pengusahaan jalan tol dapat berasal dari Pemerintah danatau Badan Usaha yang memenuhi persyaratan. Pendanaan yang berasal dari pemerintah diperuntukkan bagi ruas jalan tol yang layak secara ekonomi, tetapi belum layak secara financial. Pendanaan yang berasal dari Badan Usaha diperuntukkan bagi ruas jalan tol yang layak secara ekonomi dan financial. 3. Dalam keadaan tertentu yang menyababkan pengembangan jaringan jalan tol tidak dapat diwujudkan oleh Badan Usaha, Pemerintah dapat mengambil langkah sesuai kewenangannya. 4. Pengadaan sebagian atau seluruh lingkup pengusahaan jalan tol dilakukan melalui pelelangan secara terbuka dan transparan. 5. Badan usaha yang mendapatkan hak pengusahaan jalan tol berdasarkan hasil pelelangan mengadakan perjanjian pengusahaan jalan tol dengan pemerintah. Universitas Sumatera Utara 6. Pemerintah melaksanakan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol dapat berasal dari pemerintah danatau badan usaha.

IV.2 Investasi Jalan Tol