biaya bunga modal, pajak, asuransi, biaya penyimpanan, biaya perbaikan alat, dan depresiasi.
b. Sedangkan dalam biaya konstruksi bangunan yaitu biaya operasional
terdiri atas biaya operator, bahan bakar, pelumas dan fitter, perbaikan ringan, penyetelan ringan, dan pemeliharaan, serta biaya perbaikan
dan penggantian ban. 3.
Biaya upah tenaga kerja dapat tergantung pada beberapa faktor, yaitu jenis tenaga kerja, waktu kerja, lokasi pekerjaan, persaingan tenaga kerja,
kepadatan penduduk, tenaga kerja pinjaman dan pendatang, dan fluktuasi upah tenaga kerja.
4. Overhead Cost
II.2 Public Private Partnership
II.2.1 Pengenalan
Keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur diakui secara luas. Namun, dalam menghadapi penurunan pengeluaran publik
yang ada disebagian besar industri dan negara-negara berkembang dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai baru
dan memelihara infrastruktur yang ada untuk dukungan pertumbuhan ekonomi jangka-panjang. Kebutuhan untuk menemukan cara-cara alternatif infrastruktur
mempromosikan skema pembiayaan mendukung kerjasama antara publik dan swasta bidang dalam menyediakan barang publik. Kerjasama ini berbentuk Public
Private Partnership PPP atau sering disebut Kemitraan Pemerintah Swasta
Universitas Sumatera Utara
KPS dilakukan, di mana prinsip-prinsip fungsi perusahaan swasta diimplementasikan dalam administrasi publik.
Kemitraan Pemerintah Swasta disingkat KPS atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Public Private Partnership atau disingkat PPP atau P3 adalah
suatu perjanjian kontrak antara pemerintah, baik pusat ataupun daerah dengan mitra swasta. Melalui perjanjian ini, keahlian dan aset dari kedua belah pihak
pemerintah dan swasta dikerjasamakan dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Dalam melakukan kerjasama ini risiko dan manfaat potensial dalam
menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilahdibagi kepada pemerintah dan swasta.
PPP merupakan kemitraan Pemerintah - Swasta yang melibatkan investasi yang besar padat modal dimana sektor swasta membiayai, membangun, dan
mengelola prasarana dan sarana, sedangkan pemerintah sebagai mitra yang menangani pengaturan pelayanan, dalam hal ini tetap sebagai pemilik asset dan
pengendali pelaksanaan kerjasama.
Pemerintah
Masyarakat Badan
Regulator Swasta
Universitas Sumatera Utara
Gambar II.1 Skema kemitraan Public Private Partnerships
Ada banyak definisi PPP mulai dari pembukaan hubungan kegiatan umum negara dengan kompetisi sektor swasta melalui kerjasama antara publik dan sektor
swasta untuk usaha investasi dalam pengadaan infrastruktur, contohnya jalan tol. Dalam kerjasama tersebut melibatkan perusahaan swasta untuk tujuan tertentu,
sedangkan risiko ditanggung bersama-sama. Singkatnya, fitur kunci dari PPP dapat dicirikan sebagai kemitraan antara sektor publik dan swasta yang biasanya
melibatkan sektor swasta untuk melakukan investasi proyek-proyek yang secara telah dilaksanakan dan dimiliki oleh sektor publik.
Tujuan partisipasi sektor swasta dibidang infrastruktur adalah : 1.
Mencari modal swasta untuk menjembatani modal pembiayaan yang besar dibutuhkan investasi infrastruktur pelayanan umum
2. Memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan sarana pelayanan
3. Mengimpor alih teknologi
4. Memperluas dan mengembangkan layanan bagi pelanggan
5. Meningkatkan efisiensi operasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan kerjasama antara Pemerintah dan Swasta antara lain adalah :
1. Penting bagi semua pihak untuk saling memahami, misi, fungsi dan
tugas, hak, kewajiban masing-masing sebagai pelaku pembangunan. 2.
Melakukan persepsi dalam negoisasi kegiatan kemitraan, sangat diperlukan keterbuakaan, komitmen dari para pelaku pembangunan
dengan dicapainya hasil yang saling menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Perlunya keterlibatan langsung seluruh pihak, terutama Pemerintah
Daerah, DPRD, masyarakat, karyawan dll. 4.
Keberadaan dan akses data yang relevan, mudah, benar dan konsisten. 5.
Dukungan yang jelas dan benar kepada pemberi keputusan baik tingkat Pusat, Propinsi ataupun Daerah Kabupaten Kota.
6. Kriteria persyaratan lelang negoisasi yang jelas, transparan dan
konsisten. 7.
Struktur dan tugas Tim Negoisasi yang jelas dan kemampuan dalam penguasaan materi bidang Hukum, Teknis dan Keuangan. 13
Dalam pemenuhan infrastruktur atau fasilitas publik, diperlukan investasi yang cukup besar dan pengembalian investasi dalam jangka waktu yang relatif
lama. Selain itu, manajemen operasionalnya juga membutuhkan cost yang tinggi. Permasalahan inilah yang menjadi kendala bagi kebanyakan negara-negara
berkembang dalam pemenuhan infrastruktur. Namun kendala keterbatasan pembiayaan dari Pemerintah tersebut dapat
diselesaikan melalui pendekatan pola kerjasama yang bersifat Public Private Partnership yang membawa manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
kerjasama tersebut. Pendekatan baru untuk dapat mengurangi masalah ini melibatkan peran-peran stakeholder. Public-private partnership merupakan salah
satu cara untuk mengkolaborasikan peran-peran tersebut. Hal tersebut tentunya dapat diupayakan secara komprehensif dengan memobilisasi pendekatan
pembiayaan investasi dari swasta melalui PPP, yang akan didukung oleh peraturan dan aturan yang ada. Sekalipun nantinya swasta akan memperoleh
kesempatan bekerjasama dalam pembangunan infrastruktur yang merupakan
Universitas Sumatera Utara
utilitas umum perlu dikendalikan oleh Pemerintah, maka rambu-rambu bagi penyelenggaraan kerjasama pun perlu diatur agar tidak merugikan kedua belah
pihak, serta tidak mengurangi hak-hak penguasaan Pemerintah dalam penyelenggaraan kepentingan bagi harkat hidup orang banyak.
Public-private partnership dapat digambarkan pada sebuah spektrum dan kemungkinan hubungan-hubungan antara publik dan sektor swasta untuk
bekerjasama dalam pembangunan. Keuntungan yang dapat diperoleh pada hubungan ini adalah inovasi, kemudahan keuangan, kemampuan pada ilmu
teknologi, kemampuan pada pengaturan efisiensi, semangat kewirausahaan, yang dikombinasikan dengan tanggung jawab sosial, kepedulian pada lingkungan, dan
pengetahuan dan budaya lokal. Kerjasama seperti itu sudah banyak diimplementasikan di berbagai negara
berkembang, terutama di proyek-proyek infrastruktur, antara lain Tate’s Cairn Tunnel di Hongkong, Jalan Tol di China dan Indonesia, Airport, Railway, dan
sebagainya. Di Indonesia sendiri pola kerjasama seperti ini sudah banyak diterapkan, antara lain Power Plant Paiton dan jalan tol, yang merupakan
kerjasama antara PT Jasa Marga sebagai instansi yang ditunjuk Pemerintah sebagai regulator jalan tol di Indonesia dengan investor. Total 31.24 dari ruas
jalan tol yang sudah dioperasikan di Indonesia ini menerapkan kerjasama Public Private Partnership.
Di satu sisi, Public Private Partnership ini dapat berjalan dan berkembang dengan baik yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai dan pemasukan. Hal itu
terjadi terutama di sektor-sektor jalan raya, jembatan, bandar udara, jalan kereta api, power plant dan telekomunikasi. Sebagai contoh program Private Finance
Universitas Sumatera Utara
Initiative PFI di Inggris United Kingdom, dimana terdapat penghematan sebanyak 15 bila dibandingkan dengan kontrak traditional. Contoh lainnya
adalah income yang kontinyu didapat selama periode konsesi pada sektor jalan tol di Indonesia 14.
Namun di sisi lainnya, berbagai masalahkendala terjadi selama pelaksanaan kerjasama dengan pola ini. Salah satu masalah yang terjadi adalah
kebijakan Pemerintah yang kurang kondusif atau kekuatan oposisi Pemerintah yang terlalu mendominasi. Kendala lainnya dapat berupa kondisi politik yang
tidak stabil. Sebenarnya masalah-masalah tersebut wajar terjadi, mengingat banyaknya resiko dan ketidakpastian sepanjang implementasi Public Private
Partnership PPP, banyaknya pihak-pihakpartisipan yang terlibat dalam kerjasama ini, serta tidak banyak pengalaman yang dimiliki oleh negara atau
daerah yang menggunakan pola PPP. Di Indonesia, banyak terdapat gedung-gedung yang merupakan fasilitas
publik, yang menggunakan pola PPP. Berbagai kendala juga terjadi selama implementasi kerjasama, antara lain investor tidak mendapat profit seperti yang
diharapkan, yang disebabkan tidak stabilnya kondisi perekonomian di Indonesia. Terjadinya pemutusan kontrak oleh investor sebelumnya yang telah menjalani
masa konsesi selama jangka waktu tertentu, dengan alasan tidak tercapainya tujuan investor juga terjadi. Namun hal itu belum tercakup dalam klausul
perjanjian kerjasama, sehingga aturan tambahan jika hal-hal seperti tersebut diatas terjadi, belum ada klausul yang mengatur dan memerlukan perjanjian tambahan.
Dari fenomena tersebut, maka perlu kiranya diidentifikasi faktor-faktor yang
Universitas Sumatera Utara
menentukan keberhasilan pada pelaksanaan PPP sehingga dapat menjadi pedoman bagi kontrak PPP selanjutnya.
Pelaksanaan PPP dilakukan diantaranya berdasarkan prinsip: adil, terbuka, transparan, dan bersaing. Dengan adanya pengadaan yang mengedepankan
transparansi dan persaingan, manfaat yang dapat diraih adalah : 1.
Meningkatkan penerimaan publik terhadap proyek PPP; 2.
Mendorong kesanggupan lembaga keuangan untuk menyediakan pembiayaan tanpa sovereign guarantees;
3. Mengurangi risiko kegagalan proyek;
4. Dapat membantu tertariknya bidders yang sangat berpengalaman dan
berkualitas tinggi; 5.
Mencegah aparat pemerintah dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
Tujuan pelaksanaan PPP adalah untuk : 1.
Mencukupi kebutuhan pendanaaan secara berkelanjutan melalui pengerahan dana swasta;
2. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui
persaingan sehat; 3.
Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan infrastruktur serta
4. Mendorong dipakainya prinsip pengguna membayar pelayanan yang
diterima, atau dalam hal tertentu mempertimbangkan daya beli pengguna. 3
Universitas Sumatera Utara
II.2.2 Kebutuhan-kebutuhan PPP Public Private Partnership
Kota-kota Metropolitan di Indonesia seperti, Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, Medan dan kota-kota besar lainnya berpandangan sama bagaimana
mengatasi masalah terbatasnya penyediaan infrastruktur bagi daerahnya, dengan terbatas pula dari sisi pembiayaan pemerintah daerah.
Hal tersebut tentunya dapat diupayakan secara komprehensif dengan memobilisasi pendekatan pembiayaan investasi dari swasta melalui PPP, yang
akan didukung oleh peraturan dan aturan yang ada. Sekalipun nantinya swasta akan memperoleh kesempatan bekerjasama dalam pembangunan infrastruktur
yang merupakan utilitas umum perlu dikendalikan oleh Pemerintah, maka rambu- rambu bagi penyelenggaraan kerjasama pun perlu diatur agar tidak merugikan
kedua belah pihak, serta tidak mengurangi hak-hak penguasaan Pemerintah dalam penyelenggaraan kepentingan bagi harkat hidup orang banyak.
Pola kerjasama pun dapat dicari, setelah dilakukan kajian terhadap pengalaman beberapa negara dalam melakukan kerjasama pembangunan dengan
pihak swasta yang dipandang cocok diterapkan dalam investasi jangka panjang, selama masa konsesinya dengan membiayai, membangun dan mengoperasikan.
Bentuk badan usaha yang akan melakukan kerjasama tersebut bisa dilakukan dalam bentuk Joint Venture usaha patungan atau Joint Operation kerjasama
operasi gabungan. Biaya pengadaan tanahlahan yang dibutuhkan ditanggung oleh Pemerintah atau sekaligus oleh pihak Swasta yang akan diperhitungkan
Universitas Sumatera Utara
dalam masa konsesi, hal tersebut telah dilakukan sejak tahun 1994 karena terbatasnya dana APBNAPBD.
Beberapa contoh alur inisiasi proyek infrastruktur diuraikan berikut ini. Contoh pertama adalah dalam sub-sektor jalan tol, yaitu sebagai berikut :
Gambar.II.2 Proses Pemilihan Investor Jalan Tol
Metode pembiayaan ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu : a.
Dapat mewujudkan beberapa proyek dalam waktu yang lebih singkat. Dalam kurun waktu tertentu, misalnya 5 tahun, sistem konvensional
hanya dapat menyelesaikan satu proyek, sedangkan dalam sistem PPP dengan waktu yang sama dapat menyelesaikan lebih dari satu proyek.
b. Dapat digunakan untuk proyek berskala besar, karena kekuatan modal
dari investor. Letter of Intent Pernyataan
Minat Company Profile Pernyataan
minat dari Investor
Evaluasi berdasarkan Kriteria Pra Seleksi
Pra seleksi calon
Evaluasi berdasarkan Kriteria Pra Seleksi
Seleksi calon
KeputusanPe nunjukan
Investor
Universitas Sumatera Utara
c. Pola kerjasama ini memperkecil risiko jika pengoperasian
saranaprasarana tidak berjalan baik. Selain keuntungan, ada juga kerugiannya, yakni :
a. Tidak diberikan secara otomatis, perlu mengikuti proses tender,
penilaian dst. b.
Seringkali mensyaratkan dana pendamping. c.
Penggunaan hanya untuk saranaprasarana tertentu.
II.2.3 Perkembangan PPP dan Dampaknya terhadap APBN
Di Indonesia, sejatinya konsep PPP ini dipilih sebagai alternatif oleh pemerintah semenjak pembangunan infrastruktur mulai agak tersendat karena
datangnya krisis moneter. Begitu kondisi Indonesia semakin terpuruk karena krisis, saat itu Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 7
Tahun 1998 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam Pembangunan danatau Pengelolaan Infrastruktur. Namun, upaya ini tidak
membuahkan hasil. Apalagi, kondisi moneter dalam negeri saat itu belum stabil sehingga terjadi capital flight yang cukup besar.
Baru pada tahun 2005, Pemerintah mulai serius untuk menerapkan konsep PPP. Diawali dengan diselenggarakannya Indonesia Infrastructure Summit I pada
pertengahan Januari 2005. Saat itu, ada sebanyak 91 proyek yang ditawarkan pemerintah kepada investor swasta untuk menjadi proyek kerjasama Pemerintah-
Swasta. Sedangkan pada Indonesia Infrastructure Summit II Indonesia Infrastructure Conference and Exhibition 2006 pemerintah menawarkan 111
proyek termasuk 10 model proyek yang diunggulkan. Ternyata, untuk
Universitas Sumatera Utara
”mengawal” proyek-proyek tersebut supaya layak dikerjasamakan membutuhkan kerja super keras pemerintah. Banyak hal yang harus diperbaiki atau dibentuk.
Secara garis besar, terdapat tiga hal yang harus segera diselesaikan pemerintah. Kesatu, membentuk kelembagaan baru yang mendukung pelaksanaan
PPP; kedua, melakukan harmonisasi, reformasi dan revisi terhadap berbagai aturan yang bertentangan dan yang menghambat masuknya investasi; dan ketiga,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk tugas pertama, pemerintah telah membentuk apa yang disebut
dengan Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur KKPPI yang diketuai oleh Menteri Koordinator Perekonomian pada Mei 2005. Komite ini
mempunyai tugas : a.
merumuskan strategi dalam rangka koordinasi pelaksanaan percepatan penyediaan infrastruktur;
b. mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan kebijakan percepatan
penyediaan infrastruktur oleh Menteri Terkait dan Pemerintah Daerah; c.
merumuskan kebijakan pelaksanaan kewajiban pelayanan umum Public Service Obligation dalam percepatan penyediaan
infrastruktur; d.
menetapkan upaya pemecahan berbagai permasalahan yang terkait dengan percepatan penyediaan infrastruktur.
Selain KKPPI, beberapa institusi pendukung dalam rangka PPP juga sedang dan telah dibentuk seperti :
a. Departemen Keuangan telah membentuk Pusat Pengelolaan Risiko
Fiskal Risk Management Unit dan Badan Investasi Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
b. Departemen Perhubungan, Departemen Pekerjaan Umum dan
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral masing-masing telah membentuk Simpul PPP PPP Node.
c. Pemerintah juga membentuk Pusat Pengembangan PPP
Transparansi dan kompetisi melalui PPP yaitu: a.
Jaminan “harga pasar”, tol, retribusi, dan sebagainya yang terendah. b.
Memperbaiki kemungkinan diterimanya proyek tersebut oleh masyarakat umum.
c. Meningkatkan kesediaan lembaga keuangan untuk menyediakan
pembiayaan, sedapat mungkin tanpa jaminan pemerintah. d.
Menurunkan biaya pendanaan. e.
Mengurangi resiko kegagalan proyek. f.
Meningkatkan kemudahan memperoleh perijinan untuk proyek. g.
Membantu untuk menarik pihak swasta yang lebih berkualitas dan berpengalaman.
h. Melindungi pejabat pemerintah dari tuduhan melakukan “KKN”.
i. Meningkatkan investasi dalam proyek infrastruktur dan menciptakan
pertumbuhan ekonomi. Dasar Hukum Pelaksanaan PPP adalah :
a. Seharusnya, dipayungi oleh undang-undang khusus, misal: PPP Law.
b. Seringkali, diatur melalui peraturan pemerintah atau undang-undang
komersial biasa. c.
Kadangkala, dimungkinkan hanya karena “tidak dilarang” dalam undang-undang yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
d. Di indonesia, sementara ini, diatur melalui Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Situasi yang Kondusif untuk PPP antara lain:
a. Peraturan yang mendukung
b. Kerangka kebijakan yang berpihak
c. Prosedur yang jelas, dan terinci
d. Budaya kompetisi yang sehat
e. Transparansi dalamsetiap transaksi
f. Pasar modal yang baik
g. Pemerintah yang cukup paham tentang PPP
Adapun struktur sebuah PPP yaitu: a.
Strategi untuk mencapai suatu hasil yang tertentu. b.
Proses pembuatan keputusan yang logisrasional. c.
Pemilihan suatu “model” atau “kendaraan” untuk menghubungkan kebutuhan pembiayaan dengan persyaratan teknis.
Beberapa bentuk PPP yakni : 1.
Kontrak Servis Kontrak antara pemerintah dan pihak swasta untuk melaksanakan tugas
tertentu, misalnya jasa perbaikan, pemeliharaan atau jasa lainnya, umumnya dalam jangka pendek 1-3 tahun, dengan pemberian kompensasifee.
Beberapa contoh Kontrak Servis: a.
Kontrak pembersihan jalan
Universitas Sumatera Utara
b. Pengumpulan dan pembuangan sampah
c. Pemeliharaan jalan
d. Pengerukan kali
e. Jasa mobil Derek
2. Kontrak Manajemen
Pemerintah menyerahkan seluruh pengelolaan operation maintenance suatu infrastruktur atau jasa pelayanan umum kepada pihak swasta, dalam masa
yang lebih panjang umumnya 3-8 tahun, biasanya dengan kompensasi tetapfixed fee.
Beberapa contoh Kontrak Manajemen: a.
Perbaikan dan pemeliharaan jalan b.
Pembuangan dan pengurugan sampah solid waste landfill c.
Pengoperasian instalasi pengolahan air water treatment plant d.
Pengelolaan fasilitas umum rumah sakit, stadion olahraga, tempat parkir, sekolah
e. Kontrak Sewa lease
Kontrak dimana pihak swasta membayar uang sewa fixed fee untuk penggunaan sementara suatu fasilitas umum, dan mengelola, mengoperasikan,
serta memelihara, dengan menerima pembayaran dari para pengguna fasilitas user fees. Penyewapihak swasta menanggung resiko komersial. Masa kontrak
umumnya antara 5-15 tahun. Beberapa contoh Kontrak Sewa lease:
a. Taman hiburan entertainment complex
b. Terminal Udarabandara
Universitas Sumatera Utara
c. Armada bis atau transportasi lainnya
d. Kontrak Build-Operate-TransferBOT
BOT adalah kontrak antara instansi pemerintah dan badan usahaswasta special purpose company, dimana badan usaha bertanggung jawab atas desain
akhir, pembiayaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaanOM sebuah proyek investasi bidang infrastruktur selama beberapa tahun; biasanya dengan transfer
aset pada akhir masa kontrak. Umumnya, masa kontrak berlaku antara 10 sampai 30 tahun.
Beberapa contoh Kontrak BOT: a.
Pembangkit Listrik Independent Power ProducerIPP b.
Jalan Tol c.
Terminal Udara Airports d.
Bendungan bulk water supply e.
Instalasi Pengolahan Air waterwastewater treatment plant f.
Pelabuhan Laut Sea Ports g.
Fasilitas IT Information Technology h.
Kontrak Konsesi Struktur kontrak, dimana pemerintah menyerahkan tanggungjawab penuh
kepada pihak swasta termasuk pembiayaan untuk mengoperasikan, memelihara, dan membangun suatu aset infrastruktur, dan memberikan hak untuk
mengembangkan, membangun, dan mengoperasikan fasilitas baru untuk mengakomodasi pertumbuhan usaha. Umumnya, masa konsesi berlaku antara 20
sampai 35 tahun. Beberapa contoh Kontrak Konsesi:
Universitas Sumatera Utara
a. Pelabuhan Udara keseluruhan atau sebagian
b. Jalan Toll
c. Pelabuhan Laut
d. Penyediaan dan distribusi air bersih
e. Rumah Sakit
f. Fasilitas olahraga
II.2.4 Syarat Proyek PPP
Agar suatu proyek dapat dibiayai oleh PPP, proyek yang dibiayai oleh kerjasama Pemerintah dan Swasta, maka proyek tersebut harus merupakan proyek
seperti yang tercantum pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005
Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, seperti dibawah ini
a. Infrastruktur transportasi, meliputi pelayanan jasa kebandarudaraan,
penyediaan danatau pelayanan jasa kepelabuhanan, sarana dan prasarana perkeretaapian;
b. Infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol;
c. Infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;
d. Infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air
baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum;
Universitas Sumatera Utara
e. Infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah,
jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat pembuangan;
f. Infrastruktur telekomunikasi dan informatika, meliputi jaringan
telekomunikasi dan infrastruktur e-government; g.
Infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, termasuk pengembangan tenaga listrik yang berasal dari panas bumi, transmisi,
atau distribusi tenaga listrik; dan h.
Infrastruktur minyak dan gas bumi, meliputi transmisi danatau distribusi minyak dan gas bumi.
Infrastruktur-infrastruktur tersebut, dikerjasamakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di sektor bersangkutan. Syarat
lainnya agar PPP dapat terlaksana yaitu, dari segi ekonomis semua pihak pemerintah dan swasta memperoleh keuntungan.
Dari segi finansial pemerintah mendapat manfaat yaitu adanya ketersediaan modal yang berasal dari pihak lain selain pemerintah. dimana kita
ketahui bahwa pemerintah memiliki keterbatasan modal keuangan dalam membiayai proyek-proyek umum, terutama proyek yang membutuhkan modal
sangat besar. Dari segi finansial dapat juga dipelajari bagaimana pemerintah dapat meningkatkan, mengalokasi, dan menggunakan sumber daya moneter sejalan
dengan waktu, dan juga menghitung risiko dalam menjalankan proyek umum. Dengan kata lain bagaimana manajemen proyek tersebut dapat dilaksanakan
dengan seefisien mungkin dengan cara menghitung dan mengatur risiko proyek. Sedangkan dari segi ekonomis dilihat dari rencana pengeluaran seluruh
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan proyek tersebut. apakah menguntungkan atau tidak. Hal ini dapat kita simpulkan dari rencana pengeluaran atau investasi, semua biaya yang diperlukan
selama masa pengerjaan proyek mulai dari pembebasan lahan, biaya konstruksi, biaya design sampai pemeliharaan. Setelah itu dapat kita perhitungkan berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal atau bahkan memperoleh keuntungan. Dapat dipelajari mengenai keuntungan yang didapat dari suatu
proyek PPP, mis. bandara, jalan tol, pelabuhan tanpa mengeluarkan biaya secara penuh.
II.3 Permasalahan Yang Terjadi Pada Kerjasama PPP