4.
Pemberitaan, departemen pemberitaan bertanggung jawab atas
pengumpulan, verifikasi, dan analisa informasi tentang kejadian yang berpengaruh atas orang, dan mempublikasikan informasi tersebut secara
adil, akurat, lengkap, dan tidak berpihak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memperoleh informasi.
5. Pencahayaan khusus televisi, departemen pencahayaan menyiapkan dan
mengoperasikan efek pencahayaan yang dibutuhkan pada produksi untuk menciptakan suasana tertentu.
6. Penampil penghibur-pembawa acara, beberapa pekerjaan yang termasuk
dalam penampil adalah aktor, aktris, presenter, pelawak, penata gaya, penyanyi, perang pengganti dan agen.
7. Produksi, departemen produksi bertanggung jawab atas tampilan dan suara
dan aspek teknikal lainnya sesuai dengan keinginan penulis atau pembuat acara.
84
n. Industri Riset dan Pengembangan
Profesi yang paling signifikan perannya dalam riset dan pengembangan tentunya adalah peneliti researcher.
85
84
Ibid., hlm. 412-414.
85
Ibid., hlm. 440.
Para peneliti ini bisa dijumpai bekerja di lembaga penelitian milik pemerintah, industri swasta
maupun akademik pendidikan. Di lembaga pendidikan, terkadang terdapat pembedaan klasifikasi profesor sebagai pengajar teaching professor atau peneliti
research professor. Selain itu, peneliti dapat dikategorikan pada tingkatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
peneliti junior, peneliti dan peneliti senior. Selain profesi peneliti, peran lain yang tak kalah pentingnya adalah manajer riset, yang dapat berperan menjembatani
hasil penelitian ke arah komersialisasi.
86
D. Perlindungan Hak Cipta Bila Dikaitkan Dengan Industri Kreatif 1. Perkembangan Industri Kreatif Di Indonesia
Sejak pertama dicetuskan oleh para penggagas ekonomi kreatif, seperti Richard Florida, Daniel Pink, John Howkin sampai kepada John Hartley, ekonomi
kreatif telah membangunkan negara-negara di seluruh benua untuk menggali dan mengembangkan potensi kreativitas yang dimilikinya masing-masing. Bahkan
ekonomi kreatif telah didaulat sebagai gelombang ekonomi keempat setelah era ekonomi informasi. Inggris melalui DCMS-nya, Selandia Baru melalui NZTE-
nya, Singapura melalui MICA dengan konsep Renaisssance City, Media 21 dan Design Singapore-nya, Malaysia melalui MDIC-nya, Thailand dengan TCDCnya,
dan RRT secara bertahap melahirkan kota-kota kreatif baru, dan telah menjadi yang terdepan dalam kontribusi ekonomi kreatif. Arus ekonomi kreatif juga
melanda Indonesia. Keragaman seni, budaya, warisan budaya, dan karya kreasi anak bangsa yang sudah ada, menyebabkan pemerintah merasa perlu
mengembangkannya, melihat potensi ekonomi kreatif Indonesia. Secara kualitatif, potensi ekonomi kreatif di Indonesia terlihat dari banyak sisi, seperti Indonesia
memiliki banyak desainer berkelas internasional, seniman, arsitek, artis panggung, musisi, sampai kepada produsersutradara yang sudah mendunia. Di sisi lain,
86
Ibid., hlm. 440.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
produk-produk khas Indonesia seperti batik, songket Palembang, patung Bali, keunikan Papua, berbagai kreasi Jawa Barat, sampai kepada mebel Jepara, juga
telah diakui di mancanegara.
87
Cetak biru pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia telah diserahterimakan oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia kepada Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 4 Juni 2008 lalu. Cetak biru pengembangan
ekonomi kreatif ini terdiri dari dua bagian utama yaitu: “Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015”
serta “Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif 2009-2015”
. Dalam Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 ini dipaparkan pengantar dan arah pengembangan
ekonomi kreatif Indonesia, kerangka kerja pengembangan ekonomi kreatif, dan rencana strategis pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2009-2015, sedangkan
di dalam Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif 2009-2015 dipaparkan pemahaman umum, kontribusi ekonomi, analisis dan pemetaan
Industri kreatif juga diharapkan dapat menjawab tantangan seperti: isu global warming, pemanfaatan energi yang terbarukan, deforestasi, dan
pengurangan emisi karbon, karena arah pengembangan industri kreatif ini akan menuju pola industri ramah lingkungan dan penciptaan nilai tambah produk dan
jasa yang berasal dari intelektualitas sumber daya insani yang dimiliki oleh Indonesia, dimana intelektualitas sumber daya insani merupakan sumber daya
yang terbarukan.
87
Tim Indonesia Design Power-Departemen Perdagangan RI, Buku 3, Program Kerja Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-2010 Departemen Perdagangan, Jakarta:
Departemen Perdagangan RI, 2008, hlm. i.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kondisi, rencana strategis pengembangan, dan cerita sukses untuk masing-masing subsektor industri kreatif.
88
2. 14 Subsektor Industri Kreatif