kualitas suara.
122
Banyak pendapat yang bahkan menyatakan bahwa tanpa perubahan signifikan dalam hal perlindungan hak cipta, maka berbagai langkah
dan strategi pengembangan untuk industri musik akan sia-sia atau minimal dampaknya.
123
Pembajakan merupakan ancaman terbesar dalam industri musik. Menurut data ASIRI 2007, penjualan musik ilegalbajakan mencapai 95,7
sementara musik legal hanya tinggal 4,3. Hal ini menunjukkang gagalnya penegakan terhadap Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Pembajakan ini dapat berakibat fatal bagi industri musik Indonesia, karena akan menurunkan semangat para pelaku di industri musik Indonesia untuk berkarya.
Selain itu, hal ini juga berdampak bagi industri label rekaman yang akhirnya banyak merubah haluan bisnis dengan mengambilalih manajemen artis untuk
menggantikan pemasukan yang hilang akibat penjualan rekaman yang menurun drastis karena maraknya produk bajakan.
124
j. Perlindungan Hak Cipta dikaitkan dengan Industri Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan Indonesia sebagian besar merupakan seni pertunjukan tradisi, yaitu seni pertunjukan yang mengakar pada budaya dan
warisan budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah, industri, dan masyarakat harus saling bahu-membahu untuk turut menjaga warisan budaya yang
kita miliki. Pemerintah memiliki peran sentral dalam hal perlindungan atas hak
122
Ibid., hlm. 295.
123
Ibid., hlm. 296.
124
Ibid., hlm. 296.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
cipta dari karya seni pertunjukan Indonesia sehingga dapat dihindari tindakan pengakuan atas seni pertunjukan tradisi oleh negara lain.
125
k. Perlindungan Hak Cipta dikaitkan dengan Industri Penerbitan dan Percetakan
Pembajakan karya tulis merupakan salah satu aspek yang membuat tidak kondusifnya kondisi bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitas dalam hal
membuat suatu karya tulis. Perlindungan atas hak cipta masih lemah, terutama maraknya kasus pembajakan atas karya tulis. Dampak lebih jauhnya adalah iklim
yang tidak kondusif dan dapat menurunkan kreativitas penulis. Dalam hal ini, masalah mengenai hak cipta hanya sedikit yang dapat diusut sampai tuntas. Hak
cipta lebih dipandang sebagai bagian dari birokrasi, bukan nilai ekonomi. Proses pendaftaran hak cipta juga masih memakan waktu yang lama sehingga kurang
efisien. Hal ini karena pendaftaran hak cipta masih dipandang sebagai sebuah prosedur birokrasi dan belum sebagai sesuatu yang bernilai ekonomi. Para insan
kreatif dirugikan dan mengalami dis-insentif untuk berkarya. Jika kondisi ini
dibiarkan, maka cepat atau lambat akan dapat membuat hilangnya minat berkreasi dan mematikan tumbuhnya sumber daya manusia kreatif.
126
l. Perlindungan Hak Cipta dikaitkan dengan Industri Layanan Komputer dan Piranti Lunak
125
Ibid., hlm. 340.
126
Ibid., hlm. 354.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penegakan dan perlindungan hukum terhadap industri layanan komputer dan piranti lunak masih lemah di Indonesia. Industri layanan komputer
dan perangkat lunak adalah industri yang berkaitan dengan jasa dimana output yang dihasilkan sepenuhnya merupakan hasil olah intelektual dari ilmu
pengetahuan dan pengalaman para pelakunya. Dalam hal ini, dibutuhkan perlindungan hak atas kekayaan intelektual , berupa paten dan hak cipta bagi
rekayasa dibidang ilmu komputer, aplikasi telematika, pengembang konten digital, serta desain industri bagi industri perangkat keras. Saat ini pengurusan hak cipta
masih dirasakan terlalu lama dan lokasi kantor untuk mengurus hak cipta jauh dari pusat bisnis.
127
m. Perlindungan Hak Cipta dikaitkan dengan Industri Televisi dan Radio