Tinjauan Pustaka KONSEP, KAJIAN PUSTAKA

perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier- signified yang diusung Saussure. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para mahkluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198. Pustaka adalah kitab-kitab; buku; buku primbon Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:912. Putri Agustioko, skripsi 2009 : “Sumpit Sebagai Ikon Budaya Cina”. Penulis mengemukakan bahwa dua hal yang menjadi alasan atau faktor mengapa hingga kini sumpit tetap digunakan, bahkan justru meluas kegunaannya adalah bahwa sumpit memiliki Universitas Sumatera Utara bermacam-macam makna yang membuatnya menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Cina. Kemudian yang terakhir adalah, karena sumpit memiliki keunikan-keunikan yang membuat orang tetap menggunakannya. Penulis juga mengatakan bahwa penggunaan sumpit tidak dapat terlepas dari pengaruh Konfusius yang merupakan seorang filsuf Cina yang ajaran-ajarannya sangat berpengaruh dalam seluruh aspek kehidupan bangsa Cina selama ratusan tahun. Henny Tanty, skripsi 2010 : “Penggunaan Sumpit dalam Masyarakat Tionghoa Muda di Surabaya”. Teknik Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode survei, untuk menjelaskan alasan etnis Tionghoa memilih menggunakan sumpit atau tidak. Penulis menggunakan kuisioner menjadi alat bantu utama untuk memperoleh data. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas etnis Tionghoa muda tidak lagi menggunakan sumpit, namun ada sebagian dari mereka yang sebenarnya bisa menggunakan sumpit. Alasan utama mereka menggunakan sumpit karena telah terbiasa sejak kecil. Mereka yang tidak menggunakan sumpit berpendapat penggunaan sumpit sangat sulit dan tidak praktis. Indra, jurnal 2010 : “Meneropong Kebudayaan Tionghoa Saat Ini”. Penelitian dilakukan untuk mencari tahu seberapa besar tingkat kebudayaan masyarakat Tionghoa yang masih ada di masyarakat saat ini. Besar tingkat kebudayaan masyarakat Tionghoa ini dapat dilihat dari nama, budaya, alat sehari-hari, dan sebagainya. Namun komunitas masyarakat Tionghoa masih terbagi -bagi menjadi banyak bagian. Beragamnya komunitas masyarakat Tionghoa tersebut dapat ditemukan di sekitar kita. Sebanyak sembilan komunitas akhirnya dipilih mewakili untuk menjadi bahan referensi penelitian yang diadakan oleh Sally Azaria Universitas Sumatera Utara ini. Menurut Sally, “Being A Chinese, menjadi masyarakat Tionghoa di tengah-tengah masyarakat Indonesia, harus tetap menjaga kebudayaan Tionghoa itu sendiri, namun juga harus memiliki jiwa Nasionalisme. Nasionalisme diukur dari memberikan yang terbaik bagi bangsa ini”. Zhou jing 周 婧 , skripsi 2011: Sumpit Dalam Budaya China 筷 子 里 中 国 文 化 . Penelitian ini menjelaskan tentang produksi sumpit di China meliputi proses produksi sumpit hingga pada penggunaan sumpit pada masyarakat China. Li Huiling 李慧玲 , skripsi 2008: Etika Penggunaan Sumpit dan Maknanya 筷子的文化 意义与使用禁忌 . Penelitian ini menjelaskan tentang etika dalam tradisi penggunaan sumpit dan makna yang terkandung yang berkaitan dengan adat istiadat dan kesehatan. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Deskriptif Kualitatif

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan variabel-variabel yang diteliti. Metode deskriptif kualitatif adalah data-data yang dikumpulkan bukanlah angka- angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Hal tersebut sebagai akibat dari metode kualitatif. Semua yang dikumpulkan mungkin dapat menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Ciri ini merupakan ciri yang sejalan dengan penamaan kualitatif. Deskriptif Universitas Sumatera Utara