3 Ketentuan hukum acara procesrechtlijke regels.
F. Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Perlindungan Anak
Komitmen pemerintah terhadap perlindungan anak merupakan suatu elemen esensial bagi lingkungan yang bersifat melindungi. Ini mencakup jaminan bahwa
sumber-sumber daya yang mencukupi harus tersedia bagi perlindungan anak, misalnya program untuk memerangi buruh anak. Ini mencakup pimpinan politik
yang bersifat pro aktif dalam meningkatkan perlindungan pada agenda mereka dan bertindak sebagai advokat dalam perlindungan.
Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak Pasal 20
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002. Adapun kewajiban dan tanggung jawab negara dan pemerintah adalah sebagai
berikut : 1
Bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak Pasal 21
Menurut Pasal 21 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 : “Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik dan atau mental anak”.
2 Berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan, sarana dan
prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak Pasal 22 : “Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam
penyelenggaraan perlindungan anak. Dukungan sarana dan prasarana tersebut misalnya; lapangan bermain, lapangan olahraga,
rumah ibadah, gedung kesenian, tempat rekreasi, tempat penitipan anak, dan rumah tahanan untuk anak”.
3 Menjamin perlindungan pemeliharaan dan kesejahteraan anak Pasal 23
ayat 1 : “Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan
dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab
terhadap anak”.
4 Mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak Pasal 23 ayat 2 :
“Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak”.
Fungsi negara dan pemerintah di sini adalah sebagai pengawas bukan sebagai pelaksana.
5 Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan
pendapat Pasal 24 : “Negara dan pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan
haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak”.
Menurut Pasal 25 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, masyarakat berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap terselenggaranya perlindungan
anak. Kewajiban dan tanggung jawab tersebut dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak.
Anak-anak memiliki hak-hak untuk diakui dalam hukum internasional semenjak tahun 1924, ketika Deklarasi tentang hak-hak anak internasional yang
pertama diadopsi oleh Liga Bangsa-Bangsa. Instrumen-instrumen hak-hak azasi manusia berikutnya dari Perserikatan Bangsa-bangsa seperti Deklarasi Universal
hak-hak azasi manusia 1948, dan instrument-instrumen regional seperti Deklarasi Amerika tentang hak-hak dan kewajiban manusia yang dibuat pada tahun yang
sama mengakui secara lebih umum hak manusia untuk bebas dari kekerasan, abuse, dan eksploitasi. Hak-hak ini berlaku bagi setiap orang, termasuk anak-
anak, dan dikembangkan lebih jauh dalam instrumen-instrumen seperti Konvensi Internasional tentang Hak-hak Politik dan Hak-hak Sipil 1966.
Konsensus internasional yang dikembangkan mengenai perlunya suatu instrumen baru yang akan secara eksplisit meletakkan dasar-dasar mengenai hak-
hak anak khusus dan istimewa. Pada tahun 1989, Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hak-Hak Anak diadopsi oleh Sidang Majelis Umum. Konvensi ini
dengan cepat menjadi perjanjian hak-hak azasi manusia yang paling luas diratifikasi dalam sejarah, diratifikasi hampir secara universal.
Konvensi Hak-hak Anak, dalam beberapa hal meningkatkan standar internasional mengenai hak-hak anak. Konvensi ini menjelaskan dan secara
hukum mengikat beberapa hak-hak anak yang dicantumkan pada instrumen- instrumen sebelumnya. Konvensi ini memuat ketentuan-ketentuan baru yang
berkaitan dengan anak, misalnya yang berkenaan dengan hak untuk berpartisipasi, dan prinsip bahwa dalam semua keputusan yang menyangkut anak, kepentingan
terbaik bagi anak harus diutamakan. Konvensi juga untuk pertama kalinya membentuk suatu badan internasional yang bertanggung jawab untuk mengawasi
penghormatan atas hak-hak anak, yakni Komite Hak-hak Anak Committee on the Rights of the Child.
31
31
Dan O’Donnel, Perlindungan Anak, Sebuah Buku Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta : UNICEF, 2006, hal.5.
Pengakuan hak anak atas perlindungan tidak hanya terbatas pada Konvensi Hak-hak Anak. Ada sejumlah instrumen, baik instrumen Perserikatan Bangsa-
Bangsa maupun instrumen dari badan internasional lainnya, yang juga memasukkan hak-hak ini. Instrumen-instrumen itu meliputi :
32
1. Piagam Afrika tentang Hak-hak dan Kesejahteraan Anak, Organisasi
Persatuan Afrika yang sekarang disebut Uni Afrika The African Charter on the Rights and Welfare of the Child of the Organisation for African
Unity tahun 1993.
2. Konvensi-konvensi Jenewa mengenai Hukum Humaniter Internasional
1949 dan Protokol Tambahannya 1977.
3. Konvensi Buruh Internasional No. 138 1973, yang menyatakan bahwa
secara umum seseorang yang berusia di bawah 18 tahun, tidak boleh dipekerjakan dalam bidang-bidang pekerjaan yang berbahaya bagi
kesehatan dan perkembangan mereka, dan Konvensi Organisasi Buruh Internasional No. 182 1999 mengenai pelanggaran dan tindakan segera
untuk menghapus bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak.
4. Protokol bagi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kejahatan
Transnasional Terorganisasi untuk mencegah, menekan dan menghukum
perdagangan manusia, khususnya wanita dan anak-anak.
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya. Sehubungan dengan itu pemerintah, negara, masyarakat, keluarga, orang tua wali harus memberikan
perlindungan. Perlindungan tersebut berupa pembinaan, bimbingan dan pengamalan ajaran agama bagi anak Pasal 42 dan 43 Undang-Undang No. 23
Tahun 2002. Setiap anak berhak mendapatkan derajat kesehatan yang optimal sejak dalam
kandungan. Untuk itu, pemerintah wajib menyediakan fasilitas kesehatan yang
32
Ibid, hal. 5.
komprehensif berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi, baik untuk pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan. Terhadap anak yang tidak
mampu, hak tersebut diberikan secara cuma-cuma. Negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib mengusahakan agar anak yang lahir terhindar dari penyakit
yang mengancam kelangsungan hidup dan atau menimbulkan kecacatan Pasal 44, 45, dan 46 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002.
Pasal 47 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, Negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib melindungi anak dari transplantasi organ tubuh anak untuk
pihak lain dan juga wajib melindungi dari perbuatan-perbuatan : a
Pengambilan organ tubuh anak dan atau jaringan tubuh tanpa memperhatikan kesehatan anak;
b Jual beli organ dan atau jaringan tubuh anak; dan
c Penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai obyek penelitian
tanpa seizin orang tua dan tidak mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.
Pasal 49 dan 50 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, menyebutkan bahwa Negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan yang dimaksud, diarahkan untuk :
a Pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat,
kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi yang optimal; b
Pengembangan, penghormatan terhadap hak asasi manusia;
c Pengembangan rasa hormat terhadap orang tua, identitas budaya, bahasa
dan nilai-nilainya sendiri, nilai-nilai nasional di tempat anak itu tinggal dan asal mula anak itu berasal dan peradaban-peradabannya yang berbeda
dari peradabannya sendiri; d
Persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab; dan e
Pengembangan rasa hormat dan cinta terhadap lingkungan.
Pemerintah bertanggung jawab terhadap pendidikan anak yang tidak mampu, terlantar yang bertempat tinggal di daerah terpencil Pasal 53 Undang-Undang No.
23 Tahun 2002. Anak yang sekolah, wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya atau lembaga
pendidikan lainnya Pasal 54 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002. Pasal 55 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, Pemerintah wajib
menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar. Kewajiban- kewajiban tersebut agar dimaksudkan :
a Anak bebas berpartisipasi;
b Anak bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati nurani
dan agamanya; c
Bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan anak;
d Bebas berserikat, bermain, berkreasi, berkarya dan berseni budaya;
e Memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan
keselamatan.
Pasal 59 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan
perlindungan khusus kepada : a
Anak dalam situasi darurat; b
Anak yang berhadapan dengan hukuman dari kelompok minoritas dan terisolasi;
c Anak tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual;
d Anak yang diperdagangkan;
e Anak yang menjadi korban narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif
lainnya; f
Anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan; g
Anak korban kekerasan fisik dan atau mental; h
Anak yang menyandang cacat; dan i
Anak korban perlakuan dan penelantaran.
Anak dalam situasi darurat adalah : a
Anak yang menjadi pengungsi; b
Anak korban kerusuhan; c
Anak korban bencana alam; d
Anak dalam konflik bersenjata.
Perlindungan terhadap anak darurat tersebut, menggunakan hukum humaniter Pasal 59, 60, 61 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002.
Untuk meningkatkan efektivitas berlakunya undang-undang ini, maka perlu dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen. Komisi
Perlindungan Anak Indonesia beranggotakan unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, organisasi
profesi, lembaga swadaya masyarakat dunia usaha dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak, yang diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia adalah :
a Melaksanakan sosialisasi seluruh ketentuan perundang-undangan yang
berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan,
evaluasi dan pengawasan terhadap perlindungan anak; b
Memberikan laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka perlindungan anak Pasal 75 dan 76 Undang-Undang No. 23
Tahun 2002.
33
G. Tanggung Jawab Masyarakat Terhadap Perlindungan Anak