jo. Ordonansi tanggal 27 Februari 1926 Stbl. Nomor 87 Tahun 1926 ditetapkan tanggal 1 Mei 1976 tentang Peraturan Mengenai Kerja Anak-
anak dan orang-orang Muda di atas Kapal jo. Undang-Undang Keselamatan Kerja stbl. 1947 Nomor 208 jo. Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1951 yang memberlakukan Undang-Undang Kerja Nomor 12 Tahun 1948 di Republik Indonesia;
6. Dalam bidang Kesejahteraan Sosial, dengan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
E. Ruang Lingkup Hukum Perlindungan Anak
Untuk mendefenisikan Hukum Perlindungan Anak sebagai bahan pegangan teoretis dalam meletakkan hak-hak anak sebagai subjek hukum, terlebih
dahulu perlu dipahami pengertian hukum pada umumnya. Dalam ilmu hukum terdapat beberapa pengertian dari hukum yang dijadikan bahan rujukan yang
konkret terhadap pengertian Hukum Perlindungan Anak, meliputi defenisi hukum, sifat dan tujuan Perlindungan Anak pada umumnya, sebagai berikut.
a. Menurut S.M. Amin, hukum adalah kempulan-kumpulan peraturan yang
terdiri dari norma dan sanksi-sanksi hukum. b.
Menurut J.C.T. Simorangkir, hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib. Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi mengakibatkan timbulnya
tindakan, yaitu dengan hukum tertentu.
c. Menurut Mr. E. M. Meyers, hukum adalah aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan di tujukan pada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara
dalam tugasnya. Dari defenisi tersebut, didapat unsur-unsur hukum yang esensial sebagai
berikut : a.
Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat; b.
Peraturan dibuat oleh badan-badan resmi pemerintah; c.
Peraturan itu bersifat memaksa; d.
Terdapat sanksi dalam rumusan peraturan.
Kedudukan unsur ini menunjukkan pengertian yang lebih luas dari hukum itu sendiri yang menjadi ciri dan sifat hukum pada masyarakat, antara lain :
a. Adanya peraturan dan atau larangan secara tertulis;
b. Peraturan dan larangan harus dipatuhi oleh setiap orang dan atau subjek
hukum. Kedudukan hukum pada umumnya maupun Hukum Perlindungan Anak,
memiliki tujuan hukum yang hendaknya didapat dari suatu kesamaan penafsiran. Tentang tujuan hukum oleh masing-masing Sarjana Hukum, baik pakar-pakar
hukum dan praktisi hukum, seperti Subekti, menyebutkan tujuan hukum nasional kita adalah untuk memperoleh keadilan dan kebenaran. Berbeda dengan L.J. Van
Apeldoorn, tujuan hukum mengatur pergaulan hidup manusia yang satu dengan manusia yang lain secara damai.
Meletakkan batasan ruang lingkup Hukum Perlindungan Anak, Arif Gosita, berpendapat bahwa ruang lingkup Hukum Perlindungan Anak meliputi “kegiatan
perlindungan anak yang merupakan suatu tindakan hukum yang membawa akibat hukum”. Lebih lanjut beliau menyebutkan bahwa perlu adanya jaminan hukum
bagi kegiatan perlindungan anak tersebut. Kepastian hukumnya perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan
yang membawa akibat negatif yang tidak diingini dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan anak.
Berbeda pandangan dengan Irma Setyowati Soemitro, yang menyebutkan bahwa ruang lingkup Hukum Perlindungan Anak dikelompokkan dalam
pengertian perlindungan anak. Perlindungan anak dapat dibedakan dalam dua pengertian berikut ini :
a. Perlindungan yang bersifat yuridis, meliputi perlindungan dalam :
1 Bidang hukum publik pidana;
2 Bidang hukum keperdataan perdata.
b. Perlindungan yang bersifat nonyuridis yang meliputi :
1 Bidang sosial;
2 Bidang kesehatan;
3 Bidang pendidikan.
Menurut Bismar Siregar, bahwa untuk mengelompokkan Hukum Perlindungan Anak dengan bentuk, yaitu Aspek Hukum Perlindungan Anak.
Ruang lingkup Hukum Perlindungan Anak lebih dipusatkan pada hak-hak anak
yang diatur dalam hukum dan bukan kewajiban, mengingat ketentuan hukum yuridis anak belum dibebani dengan kewajiban.
29
Menurut Mr. H. De Bie, merumuskan sebagai kinderrecht yang diartikan sebagai Aspek Hukum Anak, yang dibatasi pada keseluruhan ketentuan hukum
mengenai perlindungan bimbingan dan peradilan anak remaja, seperti yang diatur dalam BW, Hukum Acara Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana serta peraturan pelaksanaannya. Menurut Mr. J.E. Doek dan H. M. A. Drewes, memberikan pengertian
hukum perlindungan anak remaja dengan pengertian jongerenrecht hukum perlindungan anak muda dan memberi pengelompokan ke dalam dua bagian,
yaitu :
30
a. Dalam pengertian luas
Hukum Perlindungan Anak adalah segala aturan hidup yang memberikan perlindungan kepada mereka yang belum dewasa dan memberikan
kemungkinan bagi mereka untuk berkembang; b.
Dalam pengertian sempit Hukum Perlindungan Anak meliputi perlindungan hukum yang terdapat
dalam : 1
Ketentuan hukum perdata regels van civiel givilrecht; 2
Ketentuan hukum pidana Regels van strafrecht
29
Maulana Hasan Wadong, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000, hal. 38-40.
30
Ibid. hal. 41.
3 Ketentuan hukum acara procesrechtlijke regels.
F. Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Perlindungan Anak