Pengasuh menuturkan “Yayasan Sosial Sai Prema Medan tidak anak menolak anak karena perbedaan agama. Anak-anak akan di didik sesuai dengan
agamanya, seperti Sang Buddha yang mengajarkan cinta kasih, kita juga mengajarkan cinta kasih terhadap anak tersebut. Nanti apabila anak sudah
dewasa anak bebas menentukan agama mana yang diyakininya”.
D. Analisis Perlindungan Anak pada Yayasan Sosial Sai Prema Medan
Yayasan Sosial Sai Prema Medan sebagai salah satu lembaga sosial tempat perlindungan anak dalam mengangkat anak menjadi anak asuh memiliki prosedur
maupun perjanjian yang sangat sederhana. Pengangkatan anak menjadi anak asuh pada yayasan ini tidak dilakukan melalui penetapan pengadilan. Melainkan hanya
melalui kesepakatan antara orang tua wali anak dan pihak yayasan yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
Dalam perjanjian pengangkatan anak menjadi anak asuh tercantum mengenai identitas anak, keadaan anak ketika masuk pada yayasan, identitas orang tua,
identitas wali dan keterampilan yang dimiliki anak. Orang tua maupun wali juga mengisi formulir permohonan untuk mendaftarkan anak menjadi anak asuh pada
Yayasan Sosial Sai Prema Medan dengan melampirkan satu buah foto copy KTP dari orang tua wali anak.
Kelemahan dari perjanjian ini bahwa dalam perjanjian pengangkatan anak menjadi anak asuh tidak dipaparkan secara tertulis batasan usia anak menjadi anak
asuh pada yayasan ini. Meskipun ketika melakukan wawancara dengan pihak yayasan, pihak yayasan mengatakan anak-anak akan dikembalikan kepada orang
tua wali anak ketika anak tersebut telah tamat dari Sekolah Menengah Atas SMA atau saat anak tersebut sudah dapat hidup mandiri.
Pertumbuhan anak-anak pada yayasan ini mengajarkan hidup yang mandiri. Dalam yayasan ini anak-anak juga sangat ditekankan untuk dapat hidup disiplin.
Di dalam yayasan anak-anak juga belajar untuk dapat bersosialisasi terhadap satu dengan yang lainnya. Dimana anak-anak pada yayasan ini memiliki latar belakang
keluarga dan kondisi yang berbeda-beda, yaitu ada yang berlatar belakang dari keluarga yang kurang mampu, ada yang di asuh di yayasan karena dampak dari
bencana tsunami di Aceh, ada yang di asuh karena dampak dari bencana gempa di Papua, dan ada yang karena anak tersebut sudah tidak mempunyai orang tua lagi
yatim piatu. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap psikologis anak dalam tumbuh
dan berkembang. Sehingga pengasuh selalu memberikan pemahaman terhadap anak-anak di yayasan bahwa mereka harus saling mencintai satu dengan yang
lain, karena keragaman bukanlah alasan untuk mereka tidak dapat bersatu melainkan keragaman adalah kesatuan yang indah apabila setiap orang mampu
menjaganya. Meskipun demikian anak-anak tidak langsung dapat menerapkan apa yang
dikatakan oleh pengasuhnya. Anak-anak terkadang juga masih suka melakukan apa yang dikehendakinya sendiri. Misalnya menggangu teman-temannya,
membuat anak lainnya menangis, ataupun karena saling berebut makanan. Salah seorang anak menuturkan bahwa anak tersebut senang tinggal di panti
asuhan, meskipun harus hidup disiplin. Namun anak terkadang merasa terganggu
karena kelakuan sesama temannya di panti. Misalnya suka mengganggu apabila lagi belajar atau apabila sedang melakukan kegiatan lainnya.
Terhadap pemenuhan hak-hak anak Yayasan Sosial Sai Prema Medan telah melaksanakan amanat Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak, yakni yang tercantum dalam Pasal 4 - Pasal 18. Pihak yayasan dalam mengasuh anak mengajarkan nilai-nilai cinta kasih dan kedisiplinan yaitu sesuai
dengan visi dari Yayayasan Sosial Sai Prema ”Help ever, hurt never. Service to man is service to God”. Anak-anak selain disekolahkan di sekolah formal yaitu
pada Perguruan Nasional Brigjend Katamso Medan, mereka juga dibina dengan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan PNK, pendidikan agama, ketrampilan,
olahraga, seni dan budaya untuk mempersiapkan masa depan anak agar dapat hidup layak dan mandiri serta berguna bagi masyarakat dan bangsa.
Kedisiplinan yang diajarkan pihak pengasuh terhadap kehidupan anak sehari- hari ternyata tidak membuat anak merasa tertekan ataupun jenuh untuk tinggal di
yayasan. Anak-anak merasa telah terbiasa dengan aturan kedisiplinan waktu yang diajarkan pihak pengasuh. Bahkan ketika anak diajukan pilihan apakah lebih
menyukai tinggal di yayasan atau tinggal pada orang tua anak-anak lebih memilih tinggal di yayasan.
Alasan anak-anak mengatakan lebih memilih tinggal di yayasan yaitu mereka tidak menambah biaya dalam keluarga mereka bagi yang masih memiliki orang
tua, dan bagi yang tidak memiliki orang tua mereka mengatakan hidup di yayasan sosial lebih menjamin kehidupan mereka. Alasan lain yang diberikan anak-anak
yaitu, karena jika mereka tinggal bersama orang tua, orang tua tidak mampu
membiayai pendidikan, hal tersebut karena penghasilan orang tua hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
Meskipun anak-anak tidak tinggal bersama orang tua, pihak yayasan juga memberikan kesempatan kepada orang tua untuk dapat melihat perkembangan
anak-anak mereka di yayasan. Partisipasi masyarakat sekitar terhadap anak-anak di Yayasan Sosial Sai
Prema Medan sangat membantu pihak yayasan dalam memenuhi hak-hak anak. Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar mengenai pandangan masyarakat
terhadap kehidupan anak di Yayasan Sosial Sai Prema Medan, menyatakan bahwa kehidupan anak-anak di yayasan akan lebih baik karena kebutuhan anak-anak
dapat terpenuhi dan anak-anak selalu diajarkan kedisiplinan dan kemandirian. Seorang anak pada yayasan menuturkan “Setiap bulan yayasan menyisihkan
dana yang berasal dari para donatur untuk di tabung. Jadi, dana itu akan diberikan apabila kami sudah tamat SMA. Dana itu juga akan di pakai untuk
biaya kuliah nanti”. Perhatian yang diberikan masyarakat sekitar terhadap anak-anak pada
Yayasan Sosial Sai Prema Medan memberikan semangat terhadap anak-anak dalam mewujudkan cita-citanya sebagai generasi penerus bangsa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan