Tata Cara Pengangkatan Anak Yatim Piatu Menjadi Anak Asuh

B. Tata Cara Pengangkatan Anak Yatim Piatu Menjadi Anak Asuh

Pengasuhan atau mengasuh adalah menjaga dan memelihara anak kecil, membimbing agar bisa mandiri, sedangkan pengangkatan anak berarti suatu upaya penyatuan seseorang anak yang diketahui bahwa ia sebagai anak orang lain ke dalam keluarganya. Ia diperlukan sebagai anak dari segi kecintaan, pemberian nafkah, pendidikan dan pelayanan dalam segala kebutuhannya, bukan diperlukan sebagai nasab-nya sendiri. Dalam undang-undang perlindungan anak tepatnya pada Pasal 37 sampai dengan Pasal 41 telah diatur beberapa ketentuan tentang pengasuhan dan pengangkatan anak. Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Pengasuhan anak tersebut dilakukan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu. Dalam hal lembaga berdasarkan agama, maka anak yang diasuh harus yang seagama dengan agama yang menjadi landasan lembaga yang bersangkutan. Dalam hal pengasuhan anak dilakukan oleh lembaga yang tidak berlandaskan agama, maka pelaksanaan pengasuhan anak harus memperhatikan agama yang dianut anak yang bersangkutan. Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar Panti Sosial. Perseorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga tersebut di atas. Pengasuhan anak tersebut dilaksanakan tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan atau mental. Pengasuhan anak tersebut diselenggarakan melalui kegiatan bimbingan, pemeliharaan, perawatan dan pendidikan secara berkesinambungan serta dengan memberikan bantuan biaya dan atau fasilitas lain, untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut anak. 48 Proses pengangkatan anak asuh pada Yayasan Sosial Sai Prema Medan dilakukan dengan adanya kesepakatan para pihak yaitu antara orang tua atau wali anak dengan pihak yayasan. Dalam proses pengangkatan anak ini tidak dilakukan melalui adanya penetapan pengadilan, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Perlindungan Anak, bahwa dalam hal orang tua anak tidak cakap melakukan perbuatan hukum, atau tidak diketahui tempat tinggal atau keberadaannya, maka seseorang atau badan hukum yang memenuhi persyaratan dapat ditunjuk sebagai wali dari anak yang bersangkutan. Dimana untuk dapat menjadi wali anak sebagaimana pada ayat 1 dilakukan melalui penetapan pengadilan. Yayasan Sosial Sai Prema Medan dalam mengangkat anak asuh dilakukan berdasarkan adanya kesepakatan antara orang tua atau wali anak dengan pihak yayasan. Dalam perjanjian pengangkatan anak menjadi anak asuh dilakukan dalam sebuah dokumen tertulis yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Pengangkatan anak yatim piatu menjadi anak asuh pada Yayasan Sosial Sai Prema dilakukan dengan melihat terlebih dahulu kondisi dari keluarga anak tersebut, apabila kondisi keluarga atau wali dari anak tersebut tidak mampu untuk 48 Ibid, hal. 75-76. memenuhi kebutuhan anak untuk tumbuh dan berkembang maka Yayasan Sosial Sai Prema memberikan rekomendasi agar anak tersebut di asuh oleh Yayasan Sai Prema. 49 Perjanjian pengangkatan anak dilakukan secara tertulis antara para pihak yaitu orang tua atau wali dari anak tersebut, dalam perjanjian tersebut disebutkan syarat-syarat yang harus di penuhi oleh orang tua atau wali anak, yaitu : 1. Surat keterangan dokter yang menerangkan bahwa anak tidak menderita cacat tubuh, cacat mental dan berbadan sehat; 2. Surat keterangan pemerintah setempat, Kepala Desa yang menerangkan bahwa anak yang bersangkutan sebagai penyandang yatim piatu, ekonomi lemah dan terlantar; 3. Surat keterangan lain yang diperlukan sesuai keadaan ditempat; 4. Pas foto terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak 2 dua lembar; 5. Fotocopy KTP penanggungjawab sesuai dengan aslinya. Dalam perjanjian pengangkatan anak yatim piatu menjadi anak asuh pada Yayasan Sosial Sai Prema, juga termuat beberapa syarat yang harus disepakati oleh orang tua atau wali anak, yaitu : 1. Apabila anak asuh sakit, kecelakaan, terkena bencana alam, dan lain sebagainya yang mengakibatkan anak asuh meninggal dunia maka saya sebagai orang tua atau wali anak asuh tidak akan menuntut dalam bentuk apapun di kemudian hari kepada Yayasan Sosial Sai Prema; 49 Wawancara dengan narasumber Ibu Sr. Anselma, Kepala Yayasan Sosial Sai Prema Medan, tanggal 04 Desember 2013, Dokumen Yayasan Sosial Sai Prema Medan. 2. Apabila dikemudian hari orang tua wali anak asuh diketahui sering menemui anak asuh di panti atau pun di luar panti lebih dari 3 tiga kali dalam sebulan, maka anak asuh yang bersangkutan akan dikeluarkan dan dikembalikan ke orang tua atau wali; dan 3. Apabila pertumbuhan dan perkembangan anak menunjukkan segi-segi negatif maka Pimpinan Panti Asuhan akan mengevaluasi kembali apakah anak tersebut masih bisa untuk tinggal di panti atau terpaksa akan dikembalikan kepada orang tua atau wali. Proses pengangkatan anak yatim piatu menjadi anak asuh pada Yayasan Sosial Sai Prema tidak dikenakan biaya. Karena setelah perjanjian di atas disepakati oleh orang tua atau wali anak, maka tanggung jawab atau hak asuh sudah berada pada yayasan. Segala kebutuhan anak yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang anak akan ditanggung oleh yayasan sosial.

C. Yayasan Sosial sebagai Tempat Perlindungan Anak

Dokumen yang terkait

HAK-HAK ANAK DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK NO. 23 TAHUN 2002 UNTUK MEMPEROLEH Hak-hak anak dalam undang-undang perlindungan anak no. 23 tahun 2002 untuk memperoleh pendidikan dalam perspektif islam.

0 2 13

HAK-HAK ANAK DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK NO. 23 TAHUN 2002 UNTUK MEMPEROLEH PENDIDIKAN DALAM Hak-hak anak dalam undang-undang perlindungan anak no. 23 tahun 2002 untuk memperoleh pendidikan dalam perspektif islam.

0 2 23

TINJAUAN YURIDIS KRIMINOLOGI TINDAKAN KEKERASAN TERHADAP ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK ANGKAT NGABUJANG DI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

0 0 1

SINKRONISASI HAK-HAK ANAK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

0 0 16

Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

0 0 27

Tinjaun Yuridis Mengenai Perlindungan Hak Cipta Terhadap Potret di Internet di Tinjau Dari Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

0 0 3

IMPLEMENTASI HAK-HAK ANAK PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KUTOARJO DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK - Unika Repository

0 0 12

PEMENUHAN HAK ANAK ATAS PEMELIHARAAN DI PANTI ASUHAN YATAAMA AL FIRDAUSI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 0 9

KAJIAN TERHADAP PUTUSAN HAK ASUH ANAK AKIBAT PERCERAIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus di Pengadilan Agama Semarang) - Unika Repository

0 0 13