Pemakaian Tanah Analisis Hukum Tentang Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing

30

4. Tenaga Kerja

Pemilik modal mempunyai wewenang sepenuhnya untuk menentukan direksi perusahaan-perusahaan dimana modalnya ditanam. Perusahaan-perusahaan modal asing: a. Wajib memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara Indonesia. b. Di izinkan mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan tenaga-tenaga ahli warga negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga kerja warga negara Indonesia. c. Berkewajiban menyelenggarakan danatau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan di dalam danatau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi warga negara Indonesia dengan tujuan agar berangsur-angsur dapat diganti oleh tenaga-tenaga warga negara Indonesia. Terhadap penggunaan tenaga kerja warga negara asing tersebut pemerintah mengawasi pelaksanaannya.

5. Pemakaian Tanah

Demi keperluan perusahaan-perusahaan modal asing dapat diberikan tanah dengan Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai menurut peraturan perundangan yang berlaku. Namun, salah satu hal yang tidak kalah kompleks dalam menarik investor adalah terkait dengan penggunaan tanah. Untuk menggunakan tanah dibutuhkan izin. Hal ini ditegaskan dalam Peraturan Menteri Negara agrariaKepala Badan Pertanahan Universitas Sumatera Utara 31 Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi. Dalam pasal 1 butir 1 dijelaskan: izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya. 59 Dalam bukunya Erman Rajagukguk menjelaskan tentang hak-hak atas tanah bagi investor dalam Undang-Undang Pokok Agraria UUPA antara lain menyatakan: “...UUPA Tahun 1960 adalah anti modal asing. Menteri Agraria Mr.Sadjarwo dalam pidatonya tanggal 14 September 1960 mengantarkan jawaban pemerintah atas Pemandangan Umum Anggota DPR-GR mengenai Naskah RUU Pokok Agraria di muka Sidang Pleno DPR-GR antara lain menyatakan:”...Rancangan Undang-Undang ini selain akan menumbangkan puncak kemegahan modal asing yang telah berabad- abad memeras kekayaan dan tenaga bangsa Indonesia, hendaknya akan mengakhiri pertikaian dan sengketa-sengketa tanah antara rakyat dan pemerintah dengan rakyatnya sendiri, yang akibatnya mencetus sebagai peristiwa-peristiwa berdarah dan berkali-kali pentraktoran-pentraktoran yang sangat menyedihkan”. Selanjutnya ia mengatakan: “...Kami hanya ingin menambahkan beberapa soal yang belum kami singgung diatas ialah persoalan modal asing. Soal ini dalam pasal-pasal yang bersangkutan serta penjelasannya sudah terang, yaitu pasal-pasal 28,35 dan dalam hubungannya dengan peralihan 55, yang pada pokoknya bahwa modal asing hanya mempunyai sifat 59 Sentosa sembiring, Hukum Investasi: pembahasan Dilengkapi Dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal ,Cetakan Ke II,Bandung: Cv.Nuansa Aulia,2010, hal 160 Universitas Sumatera Utara 32 sementara,sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh Pembangunan Semesta Berencana. Yang sudah ada disini mempunyai afloopend karakter untuk menghabiskan sisa jangka waktunya, dengan maksimum 20 tahun.” Dalam Sidang terakhir di parlemen mengenai perdebatan tentang UUPA tahun 1960. Menteri Agraria Mr.Sadjarwo menyatakan kembali: “...dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria ini, kita mengeliminasi investasi asing...”. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, hak atas tanah paling lama 35 tahun dan setelah itu dapat diperpanjang 25 tahun lagi. Jangka waktu ini tidak memadai lagi untuk investor. Dinegara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Vietnam dan Cina hak atas tanah untuk investor berkisar antara 75 tahun sampai dengan 90 tahun. 60 Pada masa akhir pemerintahannya, Soekarno berada dibawah tekanan pemerintahan baru dibawah pimpinan Soeharto. Presiden Soekarno menandatangani kelahiran Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Indonesia kembali lagi mengundang investor asing. Periode hak atas tanah bagi investor dianggap tidak lagi memadai. Pada tahun 1996 pemerintah Indonesia berusaha untuk memodifikasi hak atas tanah bagi investor dengan mengeluarkan Peraturan pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. 61 60 Erman Rajagukguk,Hukum Investasi Di Indonesia:Anatomi Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal ,Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia,2007, hal 64 61 Ibid Universitas Sumatera Utara 33 Didalam Pasal 11, pasal 28,dan pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 ada istilah pembaharuan hak yang tidak didapati dalam Undang-Undang Pokok Agraria tidak bertentangan dengan Undang-Undang Pokok Agraria berdasarkan dua alasan. Pertama, Undang-Undang Pokok Agraria sendiri tidak mengatur apakah yang akan terjadi setelah Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan itu berakhir setelah diperpanjang jangka waktunya kecuali menyebutkan bahwa Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan akan dihapus apabila jangka waktu berakhir. Logikanya adalah, dengan hapusnya Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan tersebut, diatas tanah bekas Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan yang statusnya kini menjadi tanah negara dapat diberikan sesuatu hak atas tanah, termasuk kemungkinan diberikan Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan baru, baik kepada pemohon baru, maupun pemohon bekas pemegang hak. Jika pemohonnya adalah bekas pemegang hak hak yang lama yang masih memenuhi persyaratan, maka istilah yang tepat digunakan adalah pembaharuan hak, mengingat bahwa Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan itu tidak dimohon untuk pertama kali, tetapi di mohon menjelang berakhirnya perpanjangan waktu Hak Guna Usaha atau hak Guna Bangunan tersebut. Kedua, penggunaan istilah pembaharuan hak, yang tentunya juga masih membuka kemungkinan untuk diberi perpanjangan apabila syarat-syaratnya dipenuhi. 62 62 Ibid , Hal 66 Universitas Sumatera Utara 34

6. Perpajakan dan Pungutan Lain