66
membingungkan semua pihak. Tidak sedikit pula yang menilai Peraturan menteri Nomor 26 Tahun 2007 secara hukum lemah. “Lahan 20 dua puluh per seratus
dimaksud bisa saja berasal dari areal masyarakat, areal yang disediakan pemerintah atau berdasarkan izin yang diberikan pemerintah kepada pengusaha. “ Jadi yang
mengatur itu nantinya tergantung pemberi izin,” kata Kepala Bidang Kelembagaan dan Sarana Prasarana Dinas Perkebunan Kalimantan Tengah.
87
Tak hanya lemah dari segi tata aturan perundangan, tapi juga terbitnya Peraturan Menteri Nomor 26 Tahun 2007 dinilai terlambat. Kepala Dinas Perkebunan
Kabupaten Kotawaringin Timur Kotim, sebagaimana yang dilansir salah satu media lokal di Sampit mengatakan, kebijakan PBS untuk mengalokasikan 20 persen lahan
untuk petani plasma bisa dikatakan terlambat. Aturan tersebut baru diterbitkan pada tahun 2007, sementara investasi perkebunan telah masuk pada tahun 1995. “ Saat itu
pemerintah pusat melalui Bank Indonesia meluncurkan skim kredit untuk program plasma. Namun program tersebut tidak berjalan lagi sehingga berdampak pada
kondisi keuangan perusahaan perkebunan”, ujarnya
88
6. Nasionalisasi dan Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal
. Pada pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal dicantumkan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal secara semena-
mena. Jika dengan alasan-alasan tertentu pengambilalihan hak tersebut terpaksa harus
87
http:tabloidmingguandetak.blogspot.com201103kontroversi-kebun-plasma-20- persen.html,Tanggal 6-12-2012,Jam 7.50 WIB
88
Ibid
Universitas Sumatera Utara
67
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah akan melaksanakannya dengan memintakan persetujuan parlemen DPR terlebih dahulu melalui undang-undang yang dibuat
khusus untuk itu. Selain jaminan dari pemerintah yang tidak akan melakukan nasionalisasi
modal asing sebagaimana yang disebutkan pada pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, pemerintah juga berusaha memberikan perlakuan yang lebih baik bagi
para penanam modal dengan cara melakukan penyelesaian sengketa penanaman modal yang timbul diantara pemerintah dengan penanam modal melalui musyawarah
dan mufakat. Namun, apabila musyawarah dan mufakat tidak dapat dicapai, dibuka kemungkinan untuk melakukan penyelesaiannya melalui arbitrase berdasarkan
kesepakatan para pihak dan apabila hal ini tidak disepakati dapat ditempuh melalui proses pengadilan. Begitu juga dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 diatur
bahwa khusus untuk sengketa yang menyangkut penanaman modal yang terjadi antara pemerintah dengan penanaman modal asing akan diselesaikan melalui arbitrase
internasional yang disepakati oleh para pihak. Mengenai besarnya ganti rugi dan bagaimana cara pembayarannya, maka
sengketa ini akan dibawa kepada Dewan Arbitrase dari Internasional Center For Settlement of Investment Dispute
ICSID. Indonesia dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1968 telah meratifikasi konvensi ICSID ini. Konvensi ICSID mengatur
tentang penyelesaian sengketa antara pemerintah dan investor asing berkaitan dengan penanaman modal.
Universitas Sumatera Utara
68
Seperti yang diuraikan dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman Modal, pasal 32 ayat 1 menyebutkan dalam hal terjadi sengketa di bidang
penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat. Ayat 2
menyatakan dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau
alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya ayat 3 pasal ini menetapkan dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para
pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak dan jika penyelasaian sengketa melalui arbitrase tidak
disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan. Ayat 4 mengatur dalam hal terjadi sengketa dibidang penanaman modal antara pemerintah
dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak.
Dalam penanaman modal asing terdapat kemungkinan timbul sengketa antara penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri dalam kerjasama mereka
atau perusahaan joint venture atau antara investor asing dengan pemerintah lokal.
B. Pengaturan Kepemilikan Saham Asing.
Cita-cita para pendiri Republik ini sungguh menakjubkan yakni bagaimana menyejahterakan masyarakat. Dapat dilihat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Universitas Sumatera Utara
69
UUD 1945. Namun patut disadari bahwa untuk mencapai tujuan tersebut tidak segampang membalik telapak tangan, namun memerlukan kerja keras semua pihak.
Salah satu sumber modal yang dapat dimanfaatkan adalah melalui pranata hukum penanaman modal. Lewat pranata hukum penanaman modal diharapkan ada payung
hukum yang jelas bagi investor jika ingin menanamkan modalnya. Mencermati peran penanam modal cukup penting dalam membangun
perekonomian, tidaklah mengherankan jika di berbagai negara dalam dekade terakhir ini, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang berusaha secara
optimal agar negaranya dapat menjadi tujuan investasi asing. Dilain pihak dari sudut pandang investor adanya keterbukaan pasar di era globalisasi membuka peluang
untuk berinvestasi di berbagai negara. Tujuannya sudah jelas yakni bagaimana mencari untung, sedangkan negara penerima modal berharap ada partisipasi penanam
modal atau investor dalam pembangunan nasionalnya. Supaya menyatukan antara kepentingan investor dengan negara penerima
modal harus disadari tidak mudah. Artinya apabila negara penerima modal terlalu ketat dalam menentukan syarat penanaman modal investor, mungkin saja para
investor tidak akan datang lagi bahkan bagi investor yang sudah ada pun bisa jadi akan merelokasi perusahaannya. Karena diera globalisasi ini para pemilik modal
sangat leluasa dalam menentukan tempat berinvestasi yang tidak terlalu dibatasi ruang geraknya. Dengan kata lain dalam prespektif, dunia bisnis tidak lagi mengenal
sekat-sekat atau batas negara. Tidak kalah pentingnya, ikut andil dalam perusahaan kebijakan investasi asing adalah pesatnya perkembangan teknologi diberbagai sektor,
Universitas Sumatera Utara
70
khususnya di sektor informasi. Disini terlihat adanya kemajuan dalam bidang teknologi yang dapat membawa dampak cukup luas dalam dunia bisnis. Artinya,
semakin mengglobalnya dunia bisnis, maka aliran modal pun akan cepat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Modal akan berhenti atau tepatnya investor akan
menanamkan modalnya di tempat yang peluang investasinya cukup kondusif. Salah satu faktor yang dijadikan parameter untuk menilai apakah tempat
berinvestasi kondusif atau tidak, yakni adanya kepastian hukum. Artinya, apakah pelaku usaha dalam menjalankan usahanya dijamin oleh peraturan perundang-
undangan yang jelas. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia yang sudah ada di depan mata yakni bagaimana menciptakan iklim investasi yang kompetitif dengan
negara-negara lain yang juga tengah berupaya untuk menarik investor masuk ke negaranya.
Jika tidak ingin tertinggal dengan negara lain, maka Indonesia pun harus mengambil peran aktif dalam mendorong masuknya investasi ke negeri ini.
Sebagaimana diketahui sejak terjadinya krisis ekonomi yang melanda negeri ini pada tahun 1996, juga turut mempengaruhi masuknya investasi. Seperti yang dikemukakan
oleh Djisman S.Simanjuntak:
89
“Hal yang
menghawatirkan dewasa
ini adalah
masalah investasi.
Pembentukan modal tetap bruto dalam perkiraan nasional dalam tahun 2003 masih hampir sepertiga lebih kecil dari pada tahun 1997. Tingkat investasi sebagai
presentase produk domestik bruto anjlok dan belum pulih. Investasi asing langsung
89
Hendrik budi untung, Hukum Investasi,Jakarta; Sinar Grafika, 2010, hal 7
Universitas Sumatera Utara
71
ke Indonesia berubah menjadi negatif. Pangsa Indonesia dalam stok investasi asing langsung yang masuk turun dari 1,68 dalam tahun 1995 menjadi 0,78 dalam
tahun 2002. PMDN dan PMA yang disetujui juga menukik walaupun ada tanda-tanda kebangkitan tahun 2003. Gangguan keamanan, amuk penjarahan, ketidakpastian
hukum, korupsi, dan perselisihan perburuhan bergabung untuk memudarkan daya tarik Indonesia ketika ditempat lain muncul lokasi-lokasi yang bersinar cerah,
khususnya cina yang bersaing dengan Indonesia dalam kelompok-kelompok industri yang sama atau mirip”.
Dari apa yang dikemukakan oleh pakar ekonomi diatas semakin tampak, bahwa ada beberapa hal yang harus segera dibenahi antara lain masalah kepastian
hukum, korupsi, birokrasi, dan masalah perburuhan atau tenaga kerja. Adapun bentuk atau modal investasi ada beberapa versi. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Michel J. Trebilock dan Robert Howse:
90
“Investasi langsung asing biasanya menggunakan satu dari tiga bentuk berikut: pemberian dana modal misalnya dalam joint venture atau pabrik baru untuk
pendapatan perusahaan dan peminjaman jaringan melalui perusahaan induk atau partnernya”.
Dengan adanya pendirian badan usaha apalagi badan usaha yang akan didirikan tersebut berorientasi ekspor, dapat membawa dampak positif tidak hanya
bagi pemerintah, tetapi juga bagi masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sumantoro, aspek positif dari Penanaman Modal Asing PMA bagi negara penerima
90
Ibid, hal 8
Universitas Sumatera Utara
72
modal adalah PMA dapat menambah pendapatan devisa negara melalui penanaman modal di bidang produksi ekspor:
91
1. disektor industri penanaman modal asing mengurangi kebutuhan devisa untuk
impor; 2.
PMA menambah pendapatan negara berupa pajakroyalty dari perusahaan asing yang bergerak dibidang perminyakan;
3. PMA menambah kesempatan kerja, membuka lapangan kerja baru; 4. menaikkan skill dari tenaga karja yang bekerja di perusahaan asing tersebut;
5. memberi pengaruh modernisasi dengan adanya perusahaan asing yang besar dan modern;
6. di sektor industri penanaman modal asing menambah arus barang, sehingga menambah elastisitas penawaran karena bertambahnya produksi industri
perusahaan asing tersebut; 7.
PMA dapat menambah keunggulan yang berhubungan dengan penanaman modal asing;
8. PMA dapat diinteregasikan dengan pembangunan nasional.
Dalam sudut pandang yang lain tentang manfaat investasi langsung bagi negara penerima modal dikemukakan oleh Hans Rimbert Hemmer:
92
“ Investasi langsung sebagai bentuk aliran modal mempunyai peranan utama bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang, karena bukan hanya memindahkan modal
91
Ibid, hal 9
92
Ibid, hal 10
Universitas Sumatera Utara
73
barang, tetapi juga mentransfer pengetahuan dan modal sumber daya manusia. Agar investasi langsung tersebut bermanfaat bagi negara penerima modal, maka terlebih
dahulu harus ada modal sumber daya manusia, karena kalau tidak maka know-how tersebut tidak dapat dimanfaatkan bagi sektor-sektor ekonomi lain atau bahkan sama
sekali tidak dapat ditransfer”. Dengan demikian untuk dapat menyerap hasil yang maksimal dari kehadiran
investor asing, perlu menyiapkan sumber daya manusia yang akan ditingkatkan daya saingnya, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan kehadiran investor
asing. Jadi harapan untuk adanya alih pengetahuan, manajemen dan teknologi dapat diwujudkan.
Penanaman modal asing berkaitan erat dengan ketentuan-ketentuan yang menjadi cakupan hukum perdata internasional. Hal ini disebabkan karena baik asal
usul modal yang akan ditanamkan maupun subjek hukum yang akan melakukan kegiatan penanaman modal, tidak berasal dari negara yang sama dengan negara yang
menerima penanaman modal. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing
memberikan definisi yang sangat luas mengenai penanaman modal asing. Pada pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 disebutkan bahwa penanaman modal asing
meliputi penanaman modal asing secara langsung dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung risiko dari penanaman modalnya.
Universitas Sumatera Utara
74
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang telah mencabut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 selain memuat
tentang pengertian
penanam modal
asing, penanaman
modal asing
juga mencantumkan pengertian modal asing. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 disebutkan bahwa penanam modal asing adalah: “Perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, danatau pemerintah asing
yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik indonesia”. Penanaman modal asing adalah:
“Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal
asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”. Sedang modal asing adalah:
“Modal yang dimiliki oleh warga negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, danatau badan hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing”. Dari cakupan pengertian modal asing sebagaimana yang dimuat pada Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tersebut kelihatan bahwa penentuan mengenai apakah suatu modal akan digolongkan sebagai modal asing atau bukan modal asing tetap
didasarkan pada asal muasal herkomst dari modal di maksud. Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 untuk dapat
mengakomodasi berbagai kepentingan yang ada di masyarakat, dan bertindak lebih
Universitas Sumatera Utara
75
adil kepada semua golongan penanam modal tanpa mengorbankan kepentingan nasional.
93
Pemerintah menyadari adanya beberapa kendala pokok yang dihadapi pemilik modal yang akan menanamkan modalnya di Indonesia, dan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 dibuat dengan mengantisipasi hal-hal tersebut. Untuk itu ketentuan yang mencakup perizinan dan pengesahan pendirian usaha dibuat dengan melakukan
pelayanan terpadu satu pintu. Selain memberikan kemudahan-kemudahan, pemerintah juga menetapkan
kewajiban dan
tanggung jawab
yang harus
dipenuhi oleh
para pemilik
sahampemodal. Pemerintah berharap bahwa segala kemudahan-kemudahan dan fasilitas yang diberikan kepada pemodal dapat tepat sasaran dan benar-benar
dipergunakan oleh mereka yang serius untuk menanamkan modalnya. Apabila pemilik modal dapat memanfaatkan kemudahan-kemudahan tersebut dengan baik,
hasil dari penanaman modal tersebut diharapkan akan tercermin pada sumbangannya untuk kelangsungan pembangunan nasional..
Pada pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 disebutkan bahwa setiap penanam modal berkewajiban untuk menerapkan prinsip tata kelola perusahaan
yang baik, melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya ke BKPM, menghormati
tradisi budaya masyarakat disekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal tersebut berada, dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
93
Jonker Sihombing, Op.cit, hal. 81
Universitas Sumatera Utara
76
1. Ketentuan Umum