15
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan
postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa
dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.
33
Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.
34
Kerangka teori yang dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum.
35
Menurut Radbruch dalam Theo Huijbers adalah hubungan antara keadilan dan kepastian hukum perlu diperhatikan. Oleh sebab kepastian hukum harus dijaga demi
keamanan dalam Negara, maka hukum positif selalu harus ditaati, pun pula kalau isinya kurang adil, atau juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi terdapat
kekecualian, yakni bilamana pertentangan antara isi tata hukum dan keadilan menjadi begitu besar, sehingga tata hukum itu tampak tidak adil pada saat tata hukum itu
boleh dilepaskan.
36
Selanjutnya Sudikno Mertokusumo juga menyatakan bahwa tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan.
Tetapi terlalu menitikberatkan kepada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati
33
W. Friedman, Teori dan Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo, 1996, hal. 2
34
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Jakarta: IND-HILL-CO, 1990, hal. 67
35
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hal. 80
36
Theo Huijbers, Filsafat Dalam Lintas Sejarah, Yogyakarta: Kanisius, 1982, hal. 163
Universitas Sumatera Utara
16
peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturannya adalah demikian dan harus ditaati atau dilaksanakan. Undang-
undang itu sering terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat “Lex dura, set tamen scripta”
undang-undang itu kejam, tetapi demikianlah bunyinya.
37
Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifrestasinya bisa berwujud konkrit. “Suatu ketentuan hukum baru dapat di nilai
baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.
38
2. Konsepsi