79
Selanjutnya pasal 10 ayat 3 menetapkan bahwa perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui
pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat 4 menjelaskan perusahaan penanaman modal yang memperkerjakan tenaga kerja asing
diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Tanggung Jawab Sosial
Corporate Social Responsibility
Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan menipisnya ozon dan global warming telah menggerakkan pemerintah Negara-negara maju dan
berkembang untuk ambil bagian dalam menciptakan regulasi yang ramah lingkungan. Kemiskinan dan kerawanan sosial dianggap memiliki sumbangan yang besar dalam
pengrusakan sumber daya alam. Oleh sebab itu, isu lingkungan tidak boleh dipisahkan dari isu sosial dan kemasyarakatan.
96
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah Komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
97
Isu tanggung jawab sosial corporate social responsibility adalah suatu topik yang berkenaan dengan etika bisnis. Disini terdapat tanggung jawab moral
perusahaan baik terhadap karyawan perusahaan dan masyarakat disekitar perusahaan.
96
Marisi P.Purba ,Aspek Akuntansi Undang-undang Perseroan Terbatas,Suatu Pembahasan Kritis Atas Undang-undang no.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
,Yogyakarta;Graha Ilmu,2008, hal 75
97
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan terbatas berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2007
,Jakarta: Permata Aksara,2012,hal 131m
Universitas Sumatera Utara
80
Oleh karena itu berkaitan pula dengan moralitas, yaitu sebagai standar bagi individu atau sekelompok mengenai benar dan salah, baik dan buruk. Sebab etika merupakan
tata cara yang menguji moral seseorang atau standar moral masyarakat.
98
Hal yang relatif baru yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang tidak dimuat secara eksplisit pada Undang-Undang sebelumnya adalah
mengenai kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan corporate social responsibility sebagaimana termaktub pada pasal 15 huruf b dari
Undang-Undang tersebut. Bagian penjelasan dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan tanggung
jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,
norma dan budaya masyarakat setempat. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,
juga diatur tentang tanggung jawab sosial seperti ditentukan dalam pasal 74 disebutkan bahwa :
1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan 2 Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
98
Manuel G. Velasquez, Business Ethics Consepts And Cares,London:Prentice Hall Internasional,2002,hal 8- 13,Dalam Bismar Nasution, makalah Aspek Hukum Tanggung Jawab sosial Perusahaan,Disampaikan pada semiloka peran dan
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat lokal wilayah Operasional Perusahaan Perspektif hak asasi Manusia, diselenggarakan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Riau PekanBaru, Tanggal 23 Februari 2008, hal 1
Universitas Sumatera Utara
81
sebagai biaya
perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran
3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan peraturan pemerintah Penjelasan pasal 74 ayat 3 diatas bahwa yang dimaksud “dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.
Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih konfrehensif mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan ini. Paling
kurang sampai sekarang ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai termasuk dalam apa yang disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.
99
Pertama, keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab
sosial perusahaan, perusahaan diharapkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang terutama dimaksudkan untuk membantu memajukan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Jadi tanggung jawab sosial dan moral perusahaan disini
99
A.Sonny Keraf,Etika Bisnis Tuntutan dan relevansinya,Yogyakarta:Kanisus,2002,hal 123, Dalam Bismar Nasution, Ibid, hal 2
Universitas Sumatera Utara
82
terutama terwujud dalam bentuk ikut melakukan kegiatan tertentu yang berguna bagi masyarakat.
Kedua, perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi
perusahaan tersebut. Demikian pula sampai tingkat tertentu masyarakat telah menyediakan tenaga-tenaga professional bagi perusahaan yang sangat berjasa
mengembangkan perusahaan tersebut. Karena itu keterlibatan sosial merupakan balas jasa terhadap masyarakat.
Ketiga, dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis
tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan merasa punya kepedulian, punya tanggung
jawab terhadap masyarakat dan dengan demikian akan mencegahnya untuk tidak sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu.
Keempat, dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan
lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat tersebut. Ini pada gilirannya akan membuat masyarakat merasa memiliki perusahaan tersebut dan dapat menciptakan
iklim sosial dan politik yang lebih aman, kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan bisnis juga akhirnya punya dampak yang positif dan menguntungkan bagi
kelangsungan bisnis perusahaan tersebut di tengah masyarakat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
83
David Hess, Nikolai Rogovsky, dan Thomas W. Dunfee menyatakan bahwa salah satu faktor yang turut mengubah cara pandang terhadap tanggung jawab sosial
CSR adalah “moral marketplace factor”, yang menambah pentingnya penerimaan atau cara pandang terhadap moralitas suatu perusahaan corporate morality yang
akan turut mempengaruhi konsumen, investor dan para pegawai dalam memilih ataupun berinvestasi.
100
Dari pemaparan diatas, secara garis besar, ada 2 dua bentuk pendekatan terhadap CSR, yaitu pendekatan tradisional traditional approach dan pendekatan
baru new approach. Dalam pendekatan tradisional, CSR oleh perusahaan- perusahaan hanya dipandang oleh sebagai kewajiban semata fulfilling an obligation,
sedangkan dalam pendekatan baru, CSR tidak hanya dipandang sebagai kewajiban yang harus dipenuhi, tetapi juga dapat turut membantu mencapai sasaran-sasaran
bisnis perusahaan.
101
100
Philip Kotler dan Nancy Lee, corporate social Responsibility: Doing The Most Good for Your Company and Your Cause, John Wiley and Sons, Inc Hoboken
, New Jersey, 2005, hal 8 ,Dalam Bismar Nasution, Ibid, hal 7.
101
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
BAB III PENANAMAN MODAL ASING MENJUAL SAHAMNYA KEPADA
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI
A. Pengertian Saham
Istilah saham berasal dari bahasa inggris, yaitu share. Undang-undang yang secara khusus mengatur tentang saham belum ada, namun ketentuan-ketentuan saham
selalu dikaitkan dengan keberadaan perusahaan terbatas untuk selanjutnya disingkat PT. Sementara itu, ketentuan yang mengatur tentang PT diatur dalam Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang ini terdiri dari atas 14 bab dan 161 pasal.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tidak memberikan pengertian dari saham. Dalam Undang-undang hanya disebutkan bahwa modal dasar perseroan terdiri
atas seluruh nilai nominal saham.
102
Pengertian yang lebih konkrit mengenai arti dari saham diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.2432KepDir tanggal 12 Agustus 1991
tentang Kredit Kepada Perusahaan Sekuritas dan Kredit Dengan Agunan Saham. Menurut Surat Keputusan ini saham adalah surat bukti pemilikan suatu perseroan
terbatas, baik yang diperjual belikan di Pasar Modal maupun yang tidak. Sedangkan menurut Kamus Bank Indonesia saham adalah surat bukti kepemilikan atau bagian
modal suatu perseroan terbatas yang dapat diperjual belikan, baik di dalam maupun di
102
Binoto Nadapdap, Op.cit,hal 57
84
Universitas Sumatera Utara
85
luar pasar modal yang merupakan klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan memberikan hak atas dividen sesuai dengan bagian modal.
Telah dijelaskan di muka bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum. Karenanya perseroan mempunyai kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan masing-
masing pemegang saham perseroan.
103
Salah satu inti permasalahan perseroan adalah perlindungan Modal. Perlindungan modal sangat berkaitan erat dengan nilai nominal saham.
104
Mengenai nilai nominal saham diatur pada pasal 49 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, yang berisi ketentuan berikut:
a. Nilai nominal saham, harus dicantumkan pada atau diatas saham, b. Nilai nominal saham yang harus dicantumkan diatas saham, dalam “mata
uang rupiah” Jadi setiap saham harus mempunyai nilai nominal yang dicantumkan diatas
saham, karena arti dari nilai nominal adalah nilai yang tecantum pada saham tersebut. Saham perseroan adalah suatu tanda masuk ikut serta dalam modal perseroan.
Pembagian modal perseroan dalam saham-saham diatur dalam anggaran dasar.
105
Perseroan Terbatas sebagai suatu badan usaha yang melakukan kegiatan usaha tentunya haruslah memiliki modal yang cukup untuk mendukung kegiatan usahanya
tersebut. Modal perseroan terdiri dari: 1. Modal Dasar,
103
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2, Bentuk-bentuk Perusahaan, Cetakan ke 12, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2008, hal 104
104
Marisi P.Purba ,Op.cit, hal 57
105
Farida Hasyim, Hukum Dagang,Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal 155
Universitas Sumatera Utara
86
2. Modal yang ditempatkan, 3. Modal yang disetor.
Modal dasar atau modal statute maatschppelijk kapitaal atau authorized capital
atau nominal capital merupakan keseluruhan nilai nominal saham yang ada dalam perseroan.
106
Modal yang ditempatkan geplaat capital atau issued capital atau allotted capital
merupakan modal yang disanggupi para pendiri untuk disetor kedalam kas perseroan pada saat perseroan didirikan.
107
Modal yang disetor gestort kapital atau paid up capital merupakan modal Perseroan yang berupa sejumlah uang tunai atau bentuk lainnya yang diserahkan pada
pendiri kepada kas perseroan pada saat perseroan didirikan.
108
Saham dapat dikualifikasi menurut nama, hak dan nilainya. Saham menurut namanya dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Saham atas nama.
Saham yang mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya,dan 2.
Saham atas tunjuk. Saham yang tidak mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya.
Ada 4 jenis saham yang dikenal dalam perseroan terbatas, yaitu:
109
a. Saham biasa ialah Saham yang tidak mempunyai keistimewaan dan biasanya dijual untuk umum.
106
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, Yogyakarta: FH UII Press,2006,hal 42
107
Ibid , hal 43
108
Ibid
109
Rahayu Hartini, Hukum Komersial, cetakan ke 3,Malang: UMM Press,2010, hal 82
Universitas Sumatera Utara
87
b. Saham preferent saham prioritas yaitu saham yang memberikan kepada pemiliknya hak melebihi dari pada saham biasa yang terdiri dari hak
prioritas umpama dalam pembagian. 1
Saham preferent kumulatif ialah saham yang jika pada satu tahun tidak dibayarkan deviden karena perseroan menderita kerugian maka
deviden untuk tahun itu dibayarkan tahun yang akan datang.
2 Saham preferent ialah saham preferent kumulatif ditambah sisa
keuntungan yang besarnya ditentukan dalam AD perseroan. c. Saham bonus ialah saham yang diberikan kepada para pemegang saham
lama. d. Saham pendiri ialah saham yang diberikan kepada mereka yang termasuk
orang-orang yang mendirikan perseroan. Saham merupakan sejumlah uang yang di investasikan oleh investor dalam
suatu perseroan. Atas investasi itu pada umumnya pemegang saham aandelhouder, shareholder
mendapat keuntungan dari perseroan dalam bentuk dividen sebanding dengan besarnya uang yang di investasikan.
110
Mengenai persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam Anggaran Dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditentukan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut penjelasan pasal 48 ayat 2 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
,yang dimaksud dengan “instansi yang berwenang” adalah instansi yang berdasar
110
M yahya Harahap, Op.cit, hal 257
Universitas Sumatera Utara
88
undang-undang berwenang mengawasi perseroan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang tertentu.
Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham, yaitu: 1.
Menerima Dividen. Dividen adalah bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemegang
saham yang biasanya dibagikan pada akhir tahun buku. 2.
Capital gain. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih positif harga jual
beli dan jual saham. 3.
Manfaat nonfinansial. Manfaat nonfinansial yaitu mempunyai hak suara dalam menentukan arah dan
kebijakan perusahaan. Para pihak yang terkait dalam kaitan dengan saham, yaitu perseroan dan
pemegang saham. Perseroan terbatas yang selanjutnya perseroan adalah: Badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya pasal 1 ayat 1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Dan pemegang saham adalah pemilik surat bukti kesertaan dalam modal perusahaan atau peserta persekutuan dagang atau
persero.
Universitas Sumatera Utara
89
Didalam pasal 52,61, 62, dan 75 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas ,telah ditentukan hak-hak pemegang saham. Hak-
hak pemegang saham itu meliputi: 1.
Diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya; 2.
Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemagang Saham RUPS;
3. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
4. Menjalankan hak lainnya berdasarkan undang-undang ini;
5. Memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak dapat dibagi;
6. Mengajukan gugatan terhadap perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan
karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, direksi, danatau dewan komisaris;
7. Meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar
apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan berupa:
a. perubahan anggaran dasar ; b. pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih
dari 50 kekayaan bersih perseroan; atau c. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
8. Hak pemegang saham dalam forum RUPS.
Hak-hak itu meliputi: a. Memperoleh keterangan berkaitan dengan mata acara rapat;
Universitas Sumatera Utara
90
b. Untuk melihat daftar pemegang saham dan daftar; c. Untuk mendapatkan bahan-bahan rapat segera setelah panggilan RUPS.
Pemegang saham bertanggung jawab hanya sebatas setoran atas seluruh saham yang dimiliki dan tidak bertanggung jawab sampai harta pribadi pemegang
saham. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan
mendapat keuntungan, keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen
yang besarnya tergantung pada besar kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.
B. Bentuk Kerja Sama Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, tidak mengatur mengenai bentuk kerja sama penanaman modal asing. Namun, karena
dalam kaitannya dengan penanaman modal asing dilakukan dalam bentuk-bentuk kerja sama tertentu.
111
Apalagi dalam era globalisasi di mana di dalamnya terdapat liberalisasi perdagangan dan investasi, kehadiran bentuk kerja sama dalam menjalankan usaha
sangatlah dibutuhkan demi kelangsungan usaha. Terutama dalam bidang penanaman modal asing, dimana perkembangan kerja sama dengan pihak pemerintah maupun
111
Dhaniswara K.Harjono, Op.cit, hal 156
Universitas Sumatera Utara
91
dengan pihak swasta sangatlah penting terutama dalam kaitannya dengan alih tekhnologi dan alih keterampilan.
112
Setiap perusahaan asing yang akan berinvestasi di Indonesia harus melakukan kerja sama usaha joint venture dengan perusahaan Indonesia. Tidak ada batasan
minimum dalam nilai investasi maupun permodalannya. Total investasi bisa disesuaikan dengan kebutuhan bisnis dan perhitungan-perhitungan ekonomi mereka.
Investasi asing dalam proyek infrastruktur seperti pelabuhan, pembangkit dan distribusi listrik untuk keperluan umum, telekomunikasi, perkapalan, penerbangan,
suplay air, jalan tol, reaktor nuklir, dan media masa, diharuskan untuk komposisi kepemilikan saham untuk perusahaan Indonesia minimum 5. Investasi asing dapat
saja berupa 100 kepemilikan saham pada perusahaan asing. Namun bila tidak beroperasi lebih dari 15 tahun, kepemilikan sahamnya harus dijual kepada perusahaan
Indonesia atau dengan merger bisnis dengan pertukaran saham domestik secara langsung atau tidak langsung.
113
Pelaksanaan penanaman modal khususnya penanaman modal asing di Indonesia tidak hanya dilakukan seperti yang ditetapkan dalam ketentuan penanaman
modal asing dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, khususnya yang berkenaan dengan penanaman modal asing yakni
tidak hanya dilakukan dalam bentuk direct investment
, akan tetapi dapat pula dilakukan dalam bentuk usaha kerja sama patungan joint ventures dengan pihak
112
Ibid
113
Salim HS dan Budi sutrisno, Op.cit, hal 205
Universitas Sumatera Utara
92
swasta nasional Indonesia seperti yang tertera dalam ketentuan pasal 12 yang pada prinsipnya menetapkan bahwa:
1 Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka
dengan persyaratan. 2 Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah:
a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-
undang. 3 Pemerintah berdasarkan peraturan presiden menetapkan bidang usaha yang
tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan
dan keamanan nasional serta kepentingan nasional lainnya. 4 Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan
persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan peraturan presiden.
5 Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,
perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi,peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi
modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
93
Dengan adanya pengaturan tersebut seperti yang termuat dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, maka
penanaman modal,
khususnya modal
asing di
Indonesia di
perkenankan melaksanakan usahanya secara langsung direct investment maupun dalam bentuk
usaha kerja sama patungan joint ventures dengan pihak nasional apakah dengan swasta atau pemerintah BUMN dalam bentuk dan cara kerja sama yang ditetapkan
melalui peraturan pemerintah khususnya dalam hal komposisi kepemilikan saham perusahaan.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, pengusaha asing dan pengusaha lokal, antara lain membentuk suatu perusahaan baru yang disebut perusahaan joint venture
dimana mereka menjadi pemegang sahamnya yang besarnya sesuai dengan kesepakatan bersama. Pada umumnya pihak asing menjadi pemegang saham
mayoritas dan pihak lokal menjadi pemegang saham minoritas. Perjanjian antara kedua belah pihak untuk membentuk perusahaan joint venture tersebut disebut
perjanjian joint venture. Perjanjian joint venture ini sifatnya internasional karena para pihak dalam perjanjian ini datang dari dua hukum yang berlainan.
114
Peter Mahmud mengemukakan bahwa kontrak Joint venture adalah:
115
“Suatu kontrak antara dua perusahaan untuk membentuk suatu perusahaan baru. Perusahaan baru inilah yang kemudian disebut perusahaan joint venture.”
Erman rajagukguk, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan joint venture agrement
adalah:
116
114
Erman Rajagukguk, Op.cit, hal 119
115
Salim HS dan Budi Sutrisno,Op.cit, hal 206
Universitas Sumatera Utara
94
“Suatu kerja sama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional berdasarkan suatu perjanjian kontraktual.”
Inti kedua definisi tersebut adalah kontrak joint venture merupakan: 1.
Kerja sama antara modal asing dan nasional; 2.
Membentuk perusahaan baru, antara pengusaha asing dengan pengusaha nasional;
3. Didasarkan pada kontraktual perjanjian.
Perusahaan baru merupakan perusahaan yang dibentuk antara pengusaha asing dengan pengusaha nasional. Semula pengusaha asing mempunyai nama
perusahaannya sendiri dan pengusaha nasional juga mempunyai nama perusahaannya sendiri-sendiri. Namun dengan adanya perjanjian yang dibuat para pihak mereka
sepakat membentuk perusahaan baru. Dalam pasal 21 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman
modal telah ditentukan berbagai kemudahan yang diberikan pemerintah terhadap perusahaan penanaman modal asing atau perusahaan penanaman modal asing yang
mengadakan joint venture dengan warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.
Pemberian kemudahan kepada perusahaan penanaman modal asing adalah dimaksudkan supaya perusahaan tersebut dapat menanamkan investasinya dan
mengadakan kerja sama dengan perusahaan domestik sehingga perusahaan ini
116
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
nantinya dapat menerima teknologi baru, pemilikan saham, menerima dividen, dan lain-lain.
Gejala peningkatan kerja sama penanaman modal di Indonesia semakin ditingkatkan setelah pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan pada 22 januari 1974
yang berkaitan dengan masalah kerja sama penanaman modal nasional Indonesia. Adapun kebijaksanaan tersebut menyangkut dua hal yaitu:
117
1. Meningkatkan peranan perimbangan pengelolaan modal antara modal asing dan
modal nasional. 2.
Menyusun daftar skala prioritas penanaman modal. Lebih lanjut dalam peraturan tersebut di jabarkan secara rinci bahwa usaha
peningkatan peran dan partisipasi kerja sama dengan pihak asing dalam hal penanaman modal ditetapkan beberapa syarat tambahan sebagai berikut:
1. Penanaman Modal asing harus dalam bentuk joint ventures.
2. Penyertaan pihak Indonesia dalam penanaman modal asing harus menjadi 51.
3. Kredit investasi hanya untuk pribumi.
Dengan adanya pengaturan tersebut, maka penanaman modal asing di Indonesia yang akan melaksanakan usahanya diharuskan untuk melakukan usaha
kerja sama patungan joint ventures dengan modal nasional meskipun pengaturan tersebut sedikit bertentangan dengan semangat yang ada dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang pada
117
Aminuddin Ilmar, Op.cit, hal 85-86.
Universitas Sumatera Utara
96
prinsipinya memperkenankan adanya penanaman modal asing secara penuh direct investment
. Ketentuan yang mengatur adanya usaha kerja sama patungan sebagaimana
ditetapkan dalam pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, mensyaratkan bahwa pelaksanaan atau aplikasi penanaman modal
asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk usaha yaitu: 1.
Oleh pihak asing perorangan atau badan hukum, kedalam suatu perusahaan yang 100 diusahakan oleh pihak asing; atau
2. Dengan menggabungkan modal asing itu dengan modal nasional swasta
nasional. Bentuk kerja sama dalam kaitannya dengan penanaman modal dilakukan
dalam bentuk joint venture, joint enterprise, kontrak production sharing, dan lain- lain, dimana bentuk-bentuk kerja sama tersebut memiliki perbedaan, keunggulan, dan
kekurangan masing-masing. Menurut Ismail Suny, bentuk kerja sama berdasarkan klasifikasi danatau
alasan-alasan tertentu, baik politis maupun ekonomis adalah sebagai berikut:
118
a. Kerja sama dalam bentuk joint venture. Dalam hal ini para pihak tidak
membentuk suatu badan hukum yang baru badan hukum Indonesia. b.
Kerja sama dalam bentuk joint enterprise. Disini para pihak bersama-sama dengan modalnya modal asing dan modal nasional membentuk badan hukum
baru, yakni badan hukum Indonesia.
118
Dhaniswara K Harjono, Op.cit., hal 157
Universitas Sumatera Utara
97
c. Kerja sama dalam bentuk kontrak karya, serupa dengan perjanjian kerja sama
dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi. Dalam bentuk kerja sama tersebut, pihak asing investor asing membentuk badan hukum Indonesia dengan
modal asing inilah yang menjadi pihak pada perjanjian tersebut, sedangkan pihak lainnya adalah badan hukum Indonesia dengan modal nasional.
Sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan terdahulu bahwa bentuk usaha kerja sama joint venture memiliki berbagai macam bentuk atau corak maupun
variasi, namun pada intinya joint venture adalah suatu usaha kerja sama yang dilakukan antara penanaman modal asing dengan modal nasional semata-mata
berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak belaka kontraktuil, dimana tidak membentuk suatu badan hukum baru seperti halnya pada joint enterprise.
119
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa suatu bentuk kerja sama dalam bentuk joint enterprise
merupakan suatu kerja sama antara penanaman modal asing dan dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai
dengan yang disyaratkan dalam aturan penanaman modal. Joint enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah
maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.
120
Pengertian kontrak karya contract of work sebagai suatu bentuk usaha kerja sama antara penanaman modal asing dan nasional, terjadi apabila penanam modal
asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan
119
Aminuddin Ilmar,Op.cit, hal 100
120
Ibid , hal 102
Universitas Sumatera Utara
98
perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang menggunakan modal nasional. Bentuk kerja sama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja sama
antara badan hukum milik negara BUMN seperti kontrak karya antara PN.Pertamina dan PT. Caltex Pacific Indonesia yang merupakan anak perusahaan
dari Caltex Internasional petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat.
121
Dipilihnya bentuk dan cara kerja sama patungan joint ventures dalam pelaksanaan
penanaman modal di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal itu terjadi bila dikaitkan dengan kemampuan modal nasional yang belum
sepenuhnya dapat melakukan aplikasi usahanya disebabkan karena adanya keterbatasan modal, penguasaan tingkat teknologi, jangkauan usaha, maupun
keuntungan lainnya yang bisa di harapkan dari penanaman modal asing khususnya yang dilakukan dalam bentuk penanaman modal asing secara langsung di Indonesia.
Selain itu, usaha kerja sama patungan juga dapat meminimalisasi tingkat resiko dari para pihak. Bahkan dari pihak penanaman modal asing sendiri
beranggapan bahwa dengan dipilihnya bentuk usaha kerja sama patungan joint ventures
oleh pemilik modal yang umumnya tergabung dengan perusahaan transnational
atau multinational corporation akan memberi sedikit rasa aman oleh karena mereka sedikit di hinggapi rasa kekhawatiran yakni, kemungkinan adanya
pengambil alihan secara sewenang-wenamg tanpa melalui suatu prosedur hukum oleh negara penerima modal host country yang lebih dikenal dengan program
“nasionalisasi”.
121
Ibid , hal 104
Universitas Sumatera Utara
99
Disamping karena undang-undang mengharuskan joint venture untuk bidang usaha tertentu seperti yang disebutkan diatas , pada bidang usaha yang tidak
diwajibkan adanya joint venture para pengusaha asing juga memilih joint venture dalam penanaman modal asing di suatu negara karena alasan-alasan ekonomi, politik
dan sosial. Pertama, pihak asing memilih joint venture
dengan pengusaha lokal, karena pengusaha lokal telah berpengalaman dan menguasai pasar di dalam negeri. Sebagai
contoh investor asing bekerja sama dengan pengusaha tekstil lokal, karena pengusaha lokal tersebut telah mempunyai jaringan distribusi atau penjualan dan menguasai
pasar lokal. Dengan demikian mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk membangun jaringan pemasaran.
Kedua, bahwa pengusaha lokal telah memiliki sumber bahan baku, misalnya, investor di bidang playwood mengajak pengusaha lokal yang mempunyai Hak Penguasaan
Hutan, sehingga pasokan kayu untuk bahan baku playwood telah bersedia.
Pengusaha asing juga mengajak pengusaha lokal untuk mendirikan joint venture, antara lain untuk menekan perasaan “nasionalisme” masyarakat lokal. Dengan
memberikan kesempatan pengusaha lokal menjadi pemegang saham 10 misalnya, masyarakat lokal secara politis menganggap bahwa partisipasi nasional sudah ada,
sehingga ekonomi tidak seluruhnya dikuasai oleh asing. Alasan berikutnya mengadakan joint venture adalah untuk memudahkan hubungan dengan pemerintah
dan masyarakat lokal, karena partner lokal lebih mengenal sosial budaya masyarakat
Universitas Sumatera Utara
100
setempat. Begitu juga akan lebih mudah berhubungan dengan pemerintah setempat bila yang datang itu adalah pengusaha nasional.
122
Didalam perjanjian ada ketentuan ataupun karakteristik untuk sebagai pedoman para pihak yang membuat perjanjian.Begitu juga dengan perjanjian joint
venture ada karakteristiknya.
Menurut Erman Rajagukguk, Karakteristik joint venture ada empat bagian antara lain: Karakteristik joint venture yang pertama adalah, masing-masing pihak menjadi
pemegang saham dari suatu perusahaan yang didirikan untuk suatu aktifitas ekonomi tertentu, sesuai dengan proporsi yang disepakati. Biasanya investor asing menjadi
pemegang saham mayoritas. Kedudukan sebagai pemegang saham mayoritas dan minoritas, selain menentukan besarnya deviden yang diterima, juga mempengaruhi
formasi yang ditempati dalam Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Pemegang saham mayoritas tentu menduduki tempat posisi yang lebih banyak dan signifikan
dari pada pemegang saham minoritas. Karakteristik yang kedua dari joint venture adalah, pemegang saham mayoritas yang
biasanya berbentuk perusahaan asing menjadi induk perusahaan dari perusahaan joint venture
yang didirikan tersebut. Yang terakhir ini disebut anak perusahaan subsidiary. Perusahaan joint venture biasanya akan memproduksi barang-barang
yang sama kwalitasnya dengan barang-barang dari induk perusahaannya diluar negeri. Oleh karena itu dalam perjanjian joint ventur dicantumkan bahwa perusahaan
asing tersebut wajib melakukan alih tehnologi kepada perusahaan joint venture,
122
Erman Rajagukguk, Op.cit, hal 119
Universitas Sumatera Utara
101
sehingga perusahaan joint venture dapat memproduksi barang yang sama kwalitasnya. Dalam ahli tehnologi ini terkait lisensi paten, lisensi merek, dan
kewajiban pelatihan tenaga-tenaga lokal oleh perusahaan asing. Karakteristik ketiga, dengan adanya alih tehnologi tersebut, kedua belah pihak harus
menjaga rahasia dagang atau trade secret dalam rangka alih tehnologi. Selanjutnya para pihak tidak boleh bekerja sama dengan pihak lain untuk membuka
perusahaan joint venture yang lain yang memproduksi barang-barang yang sama atau yang bersaing di Indonesia. Bahkan para pihak tidak boleh memiliki saham dari
perusahaan lain yang go public, biasanya dalam batas prosentase tertentu, misalnya kurang dari 20, yang menghasilkan barang-barang yang sama maupun yang
bersaing. Seorang yang memegang saham 20 pada perusahaan go public biasanya sudah bisa mengendalikan perusahaan controlling shareholder. Hal ini untuk
mencegah para pihak tidak dapat memusatkan perhatiannya pada perusahaan joint venture
yang mereka dirikan, bahkan bisa menjadi saingannya.
123
C. Ketentuan Tentang Penjualan Saham Kepada Penanaman Modal Dalam Negeri.
Keberadaan dan sumbangan perusahaan dalam tata kehidupan masyarakat adalah sama besarnya dengan keberadaan masyarakat itu sendiri terhadap perusahaan.
Kajian itu terhadap perusahaan dan hukum perusahaan juga menjadi makin penting dalam rangka melakukan telaah terhadap perilaku perusahaan dalam berbagai
123
Ibid , hal 120-121
Universitas Sumatera Utara
102
kondisi dan untuk prediksi masa depan perusahaan dalam berbagai kondisi dan untuk prediksi perusahaan serta akibat-akibatnya yang timbul.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa kajian terhadap perusahaan mempunyai arti yang penting dalam berbagai hal antara lain:
124
Pertama, berhubungan dengan keberadaan atau eksistensi perusahaan di dalam masyarakat merupakan suatu hal yang mutlak karena sifat ketegantungan antara
keduanya sangat besar. Masyarakat merupakan pemasok sumber daya perusahaan dan sekaligus merupakan penggunakonsumen semua hasil perusahaan. Sedangkan
perusahaan hanya memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kedua, Posisi perusahaan di dalam kegiatan ekonomi makro, baik lokal,
nasional, maupun internasionalglobal akan mempunyai posisi sentral. Ketiga, posisi perusahaan di dalam masa transisi dari pelaku ekonomi
lokalnasional menuju sebagai pelaku ekonomi global. Posisi transisi ini merupakan titik sentral mengenai berbagai masalah yang timbul atau berkembang yang sifatnya
sangat kompleks, yang selalu akan timbul sampai dua dekade abad mendatang antara lain mengenai hak milik intelektual, alih teknologi, investasi, dan pandangan bebas.
Keempat, setiap kegiatan dan perilaku perusahaan apapun bentuknya selalu mempunyai pengaruh dan mempengaruhi masyarakat dan pihak-pihak ketiga.
Perilaku dan kegiatan perusahaan pada dasarnya sangat besar pengaruhnya bagi perekonomian lokal maupun nasional bahkan internasional, karena pada
124
Sri Redjeki Hartono,Op.cit, hal 37-38
Universitas Sumatera Utara
103
dasarnya perusahaan merupakan pelaku ekonomi yang aktif. Bergeraknya perusahaan menjadi maju dan berkembang, pasti akan diikuti oleh perkembangan masyarakat.
Bertolak dan pemikiran tersebut diatas maka keberadaan dan kelangsungan kehidupan perusahaan merupakan satu hal yang sangat penting untuk di pertahankan.
Meskipun demikian secara faktual banyak faktor yang menyebabkan suatu perusahaan berada pada keadaan “kritis” sehingga perlu diambil berbagai tindakan
untuk kebaikan semua pihak.
125
Harus diperhatikan ketentuan-ketentuan tata cara pengalihan hak atas saham untuk perseroan terbatas, sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Diatur dalam pasal 56 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, yaitu:
1. Pemindahan hak atas saham atas nama di lakukan dengan akta pemindahan hak.
2. Akta pemindahan hak tersebut atau salinannya harus di sampaikan secara tertulis.
3. Direksi wajib segera mencatat pemindahan hak atas saham dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus pemegang saham. Dan memberitahukan
perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri. Dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
4. Pemindahan hak atas saham atas tunjuk cukup dilakukan dengan penyerahan surat saham.
125
Ibid
Universitas Sumatera Utara
104
5. Harus di catatkan pada daftar pemegang saham atau daftar khusus pemegang saham.
Tata cara mengalihkan hak atas saham diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Anggaran dasar dapat memberikan
pembatasan-pembatasan tertentu dalam tata cara pengalihan hak atas saham. Dalam pasal 57 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, mengatur tentang persyaratan
pemindahan hak atas saham, yaitu: 1. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan
klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya. 2.
Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ perseroan. 3.
Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jika Anggaran Dasar AD suatu perseroan terbatas menyatakan bahwa perseroan diwakili oleh dua dari tiga direktur dalam membuat perjanjian dengan
pihak lain, maka satu orang direktur saja tidak mempunyai kapasitas untuk menanda tangani perjanjian tersebut. Apabila anggaran dasar suatu perseroan terbatas
menyatakan bahwa direksi harus mendapatkan persetujuan komisaris untuk meminjam atau meminjamkan uang, maka tanpa persetujuan komisaris, direktur tidak
mempunyai kapasitas untuk menanda tangani perjanjian pinjam meminjam uang.
126
126
Erman Rajagukguk, Op.cit, hal 123
Universitas Sumatera Utara
105
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, mempunyai definisi tentang penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan
pemisahan perseroan. Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan
atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih
karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum pasal 1
ayat 9. Mengenai penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan diatur
dalam pasal 87 ayat 1 dan pasal 89 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 mengatakan bahwa Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS diambil
berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam Pasal 127 mengatakan bahwa diperlukan persetujuan RUPS rancangan penggabungan tersebut setelah mendapat
persetujuan Dewan Komisaris dari setiap perseroan diajukan kepada RUPS masing- masing
untuk mendapat
persetujuan. Direksi
perseroan yang
menerima penggabungan atau direksi perseroan hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil
penggabungan atau peleburan dalam surat kabar atau lebih dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari terhitung sejak tanggal berlakunya penggabungan atau
Universitas Sumatera Utara
106
peleburan. Ketentuan ini berlaku juga terhadap direksi dan perseroan yang sahamnya diambil alih.
127
Dalam konteks penanaman modal terjadi pengalihan seluruh 100 kepemilikan saham asing dalam perusahaan Penanaman Modal Asing PMA yang
telah memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha dan sudah berbadan hukum PT kepada Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN sehingga seluruh modal perseroan
menjadi modal dalam negeri, perusahaan wajib mengajukan Izin Prinsip atau Izin Usaha ke Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM dan status perusahaan
berubah dari Penanaman Modal Asing PMA menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN , diatur dalam pasal 24 ayat 2 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12
Tahun 2009. Hal ini sesuai definisi Penanaman Modal Asing pasal 1 ayat 3 Peraturan
Kepala Nomor 12 Tahun 2009 menyebutkan bahwa: Penanaman Modal Asing
adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia Yang dilakukan oleh Penanam Modal Asing , baik yang menggunakan
modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan Penanam Modal Dalam Negeri. Jadi karena modal asing tidak adalagi yang tersisa maka perusahaan disebut
Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN. Demikian juga perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN
mempunyai Izin Prinsip dan Izin Usaha serta sudah berbadan hukum PT terjadi perubahan dalam modal perseroan karena masuknya modal asing seluruhnya 100
127
Binoto Nadapda, Op.cit, hal 153
Universitas Sumatera Utara
107
atau hanya sebahagian saja, wajib mengajukan Izin Prinsip atau Izin Usaha Penanaman Modal Asing PMA karena status perusahaan berubah dari Penanaman
Modal Dalam Negeri PMDN menjadi Penanaman Modal Asing PMA. Jadi sekecil apapun modal asing masuk kedalam perusahaan Penanaman
Modal Dalam Negeri PMDN akan mengubah status penanaman modal dari PMDN menjadi PMA.
Dalam pasal 8 ayat 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, diatur tentang Penanam modal dapat mengalihkan aset yang
dimilikinya kepada pihak yang diinginkan oleh penanam modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Apabila perusahaan yang sahamnya akan dijual adalah perusahaan PMA atau PMDN join venture maka penjualan saham tersebut tidak menyebabkan saham yang
dimiliki Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia menjadi kurang dari 5 dari total jumlah saham dan jual beli saham harus mendapat persetujuan dari
Menteri Investasi atau Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal. Persyaratan utama proses pengalihan saham perusahaan PMA atau PMDN
adalah persetujuan seluruh pemegang saham mengalihkan atau menjual saham perusahaan kepada pihak lain yang dicatat kemudian didokumentasikan dalam Rapat
Umum Pemegang saham RUPS. Bagi perubahan kepemilikan saham asing menjadi saham dalam negeri
diperlukan Surat Pengantar dari Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM dan permohonan diajukan kepada Pelayanan Terpadu satu Pintu PTSP daerah
Universitas Sumatera Utara
108
ProvKabKota karena kewenangan urusan Penanaman Modal Dalam Negeri ada di daerah. Untuk perubahan saham dalam negeri menjadi saham asing dilampirkan Surat
Pengantar dari daerah sesuai kewenangannya dan permohonan diajukan kepada Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM
karena Penanaman Modal Asing PMA bukan kewenangan daerah. Surat keputusan Kepala BKPM Nomor 57SK2004 tentang pedoman dan tata
cara permohonan penanaman modal asing, sebagaimana telah dirubah dalam Surat Keputusan Kepala BKPM Nomor 70SK2004, sebagaimana telah dirubah kembali
dalam Peraturan Kepala BKPM Nomor 1P2008. Pasal 20 ayat 1 menegaskan: Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri atau Non PMDNPMA yang telah
berbadan hukum yang sahamnya dibeli oleh perusahaan Penanaman Modal Asing dan atau Badan Hukum Asing atau Warga negara Asing, wajib mengajukan
permohonan perubahan status menjadi Penanaman Modal Asing kepada kepala BKPM dalam 2 rangkap dengan menggunakan formulir Model III.B sebagaimana
Lampiran 10. Pasal 20 ayat 2; Pembelian saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 hanya dapat di lakukan apabila bidang usaha perusahaan dimaksud tidak dinyatakan tertutup bagi penanaman modal yang dalam penyertaan modal perusahaan
ada kepemilikan saham asing. Pasal 1 ayat 19; Perubahan status adalah perubahan status perusahaan dari
Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN menjadi Penanaman Modal Asing atau
Universitas Sumatera Utara
109
dari Penanaman Modal Asing PMA menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN sebagai akibat dari adanya perubahan kepemilikan saham.
Secara prosedural, pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dalam pengajuan permohonan PMA atas pendirian perusahaan baru maupun penyertaan atas
perusahaan PMDN yang telah ada sebelumnya karena dengan beralihnya suatu PMDN menjadi PMA maka PMDN tersebut harus meminta persetujuan-persetujuan
layaknya mendirikan perusahaan baru. Kemudian berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam pasal 23 Peraturan
Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009, setiap terjadinya perubahan struktur penanaman modal, wajib melakukan pendaftaran penanaman modal ke BKPM.
Dalam Peraturan kepala BKPM ini, perubahan-perubahan dapat mencakup: 1.
Perubahan bidang usaha atau produksi. 2.
Perubahan Investasi. 3.
Perubahanpenambahan tenaga kerja asing. 4. Perubahan kepemilikan saham perusahaan PMA atau PMDN atau Non
PMAPMDN. 5.
Perpanjangan JWPP. 6.
Perubahan status. 7.
Pembelian saham perusahaan PMDN dan Non PMDNPMA oleh asing atau sebaliknya.
8. Proses dan flow chart uraian kegiatan usaha.
9. Surat kuasa bila ada; dan
Universitas Sumatera Utara
110
10. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP. Setelah diperolehnya persetujuan dari BKPM, pada akhirnya setiap terjadi
perubahan kepemilikan saham perlu dibuat akta perubahan Anggaran Dasar AD dan pembuatan akta pemindahan hak atas saham atau jual beli saham bila penanam
modal tersebut dilakukan melalui pemindahan hak atas saham atau jual beli saham di notaris yang mengubah modal perseroan. Perubahan akta perusahaan tersebut wajib
disampaikan kepada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia paling lambat 30 hari sejak tanggal akta perubahan dan pemindahan hak atas saham.
Universitas Sumatera Utara
111
BAB IV PENGATURAN DIVESTASI SAHAM PERUSAHAAN PENANAMAN
MODAL DI INDONESIA
A. Kedudukan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri.
Dalam Undang-undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 tidak mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman
modal asing. Oleh karena itu, undang-undang tersebut mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri
dan tidak mengadakan pemisahan undang-undang secara khusus, seperti halnya Undang-Undang Penanaman Modal terdahulu yang terdiri dari dua undang-undang,
yaitu Undang-undang Penanaman Modal Asing dan Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri.
128
Istilah penanaman modal asing merupakan terjemahan dari bahasa inggris foreign investment
. Menurut
M. Sornarajah, memberikan definisi tentang penanaman modal asing yang telah diterjemahkan oleh Salim HS dan Budi Sutrisno, Penanaman modal
asing merupakan transfer modal, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain, tujuannya digunakan di negara tersebut agar menghasilkan
128
Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal, Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang
No.25 Tahun
2007 Tentang
Penanaman Modal
,Jakarta;PT.RajaGrafindo Persada,2007, hal 121
111
Universitas Sumatera Utara
112
keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara total atau sebagian.
129
Seperti yang telah dijelaskan di bab yang terdahulu bahwa dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 menyebutkan penanaman modal adalah
segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha wilayah negara Republik
Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
merupakan peraturan mengenai penanaman modal di Indonesia yang didalamnya mengatur mengenai penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing,
maka perlu diperjelas pengertian dari kedua jenis penanaman modal tersebut. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, keberadaan
penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan undang-undang
tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-haknya
dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkandisediakan guna menjalankan
usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada
umumnya.
129
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit, hal 149
Universitas Sumatera Utara
113
Penanaman tersebut dapat dilakukan secara langsung oleh pemiliknya sendiri atau tidak langsung, yakni melalui pembelian obligasi-obligasi, surat-surat
perbendaharaan negara, emisi-emisi lainnya seperti saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan serta deposito dan tabungan yang berjangka sekurang-kurangnya
satu tahun.
130
Sementara itu, menurut ketentuan pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha diwilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Seperti halnya dengan penanaman modal dalam negeri, sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, keberadaan penanaman modal asing juga diatur dalam suatu ketentuan undang-undang tersendiri,
yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 yang merupakan undang-undang yang mengatur mengenai penanaman modal asing.
Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 yang memberikan pengertian tentang penanaman modal dalam negeri, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 tidak merumuskan pengertian penanaman modal asing dan hanya menentukan bentuk penanaman modal asing yang dianut.
Bila Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tidak memberikan pengertian mengenai penanaman modal asing, maka Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang penanaman modal memberikan pengertian dan definisi yang jelas mengenai
130
Dhaniswara K.Harjono, Op.cit, hal 123
Universitas Sumatera Utara
114
penanaman modal asing, yaitu dalam pasal 1 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri. Modal menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 adalah aset dalam
bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Modal tersebut dibagi menjadi modal dalam negeri
dan modal asing. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia,
perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum pasal 1 ayat 9. Sementara itu, modal asing
adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, danatau badan hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing Pasal 1 ayat 8. Pasal 1 ayat 6 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal telah ditentukan tentang pengertian penanaman modal asing, yang membahas tentang kegiatan menanam merupakan kegiatan untuk memasukkan modal atau
investasi dengan tujuan untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan penanaman modal ini di lakukan oleh penanam modal asing baik yang menggunakan:
1. Modal asing sepenuhnya; dan atau 2. Modal asing berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri.
Universitas Sumatera Utara
115
Sedangkan pasal 1 ayat 8 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal juga telah ditentukan pengertian modal asing. Negara asing
merupakan negara yang berasal dari luar negeri, yang menanamkan investasinya di Indonesia. Perseorangan warga negara asing merupakan individu luar negeri yang
menanamkan investasinya di Indonesia. Badan usaha asing merupakan lembaga asing yang tidak berbadan hukum. Badan hukum asing merupakan badan hukum yang di
bentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan atau yang berlaku di negara-
negara asing tersebut. Badan hukum Indonesia merupakan badan hukum yang berkedudukan di Indonesia , namun modal badan hukum tersebut sebagian atau
seluruhnya dimiliki oleh pihak asing. Investor asing dilarang untuk membuat perjanjian danatau pernyataan yang
menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang
lain. Konsekuensi
logis dari
investor asing
yang membuat
perjanjianpernyataan itu
adalah batal
demi hukum.
Artinya bahwa
perjanjianpernyataan itu dari semula dianggap tidak ada. Sesuai dengan pasal 33 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal.
Dalam ketentuan ini yang dapat memiliki modal dalam negeri adalah: 1. Negara Indonesia;
2. Perseorangan warga negara Indonesia; atau 3. Badan usaha berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
Pada dasarnya tidak setiap penanaman modal dalam negeri dapat melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Investor domestik yang dapat melakukan investasi di
Universitas Sumatera Utara
116
Indonesia harus berbentuk badan usaha. Dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal telah ditentukan bentuk badan
usaha yang dapat melakukan penanaman modal dalam negeri. Ada dua bentuk badan usaha yang dapat melakukan kegiatan investasi domestik yaitu:
1. Berbentuk badan hukum;dan 2. Tidak berbentuk badan hukum.
Didalam hukum positif Indonesia ada dua jenis badan usaha yang telah diberi status yuridis sebagai badan hukum, yaitu: Perseroan Terbatas dan Koperasi.
Sedangkan badan usaha yang termasuk dalam badan usaha bukan badan hukum adalah: Firma dan Komanditer.
Pada dasarnya semua bidang usaha untuk menanamkan investasi dengan modal dalam negeri terbuka bagi swasta. Dalam Lampiran II Peraturan Presiden
Nomor 77 Tahun 2007 juga telah ditentukan daftar bidang usaha yang diperkenankan untuk kegiatan investasi domestik. Ada 48 daftar bidang usaha yang hanya
diperkenankan untuk penanaman investasi oleh investor pada bidang tersebut.
Keempat puluh delapan daftar bidang usaha yang diperkenankan itu, disajikan berikut ini:
1. Pembuatan film 2. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner,
pamflet, baliho, folder, dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
117
3. Jasa tekhnik film, seperti studio pengambilan gambar,sarana pembuatan film, sarana penyutingan, pengisian suara, pemberian teks,pengadaan film, dan
sebagainya 4. Distribusi film ekspor,impor, dan pengedaran
5. Penanyangan : Bioskop gedung teater film 6. Studio rekaman Cassette, VCD, DVD, dan lain-lain
7. Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam IUPHHK-HA 8. Pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan
9. Pengadaan dan peredaran benih dan bibit tanaman hutan ekspor dan impor benih dan bibit tanaman hutan
10. Usaha perikanan tangkap dengan menggunakan kapal penangkap ikan berukuran 100 GT danatau lebih besar di wilayah penangkapan laut lepas
11. Perikanan tangkap dengan menggunakan kapal penangkap ikan berukuran di atas 30 GT di wilayah perairan di atas 12 mil
12. Penggalian pasir laut 13. Perdagangan besar farmasi
14. Perdagangan besar bahan baku farmasi 15. Usaha industri obat tradisional
16. Clinic general medical servicesrumah sakit umumklinik pengobatan umum 17. Jasa pelayanan penunjang kesehatan ambulance services
18. Jasa rumah sakit lainnya residential health services 19. Praktik perorangan tenaga kesehatan
Universitas Sumatera Utara
118
20. Sarana pelayanan kesehatan dasar 21. Pusatbalaistasiun penelitian kesehatan
22. Jasa pelayanan penunjang kesehatan pelayanan pest controlfumigasi 23. Pengolahan obat tradisional
24. Rumah bersalin swasta 25. Apotek praktik profesi apoteker
26. Toko obatapotek rakyat 27. Dana pensiun
28. BPR konvensional 29. BPR syariah
30. Pedagang valuta asing 31. Lembaga penyiaran swasta LPS
32. Lembaga penyiaran berlangganan LPB Lembaga penyiaran swasta dan lembaga penyiaran berlangganan dapat
melakukan penambahan dan pengembangan dalam rangka pemenuhan modal yang berasal dari modal asing, yang jumlahnya tidak lebih dari 20 dua
puluh persen dari seluruh modal dan minimum dimiliki oleh dua pemegang saham.
33. Perusahaan pers 34. Jasa bisnisjasa konsultasi konstruksi golongan besar, menengah, dan kecil
35. Perdagangan eceran, yang meliputi: a. Eceran kaki lima;
Universitas Sumatera Utara
119
b. Eceran keliling; c. Eceran di luarselain di luar supermarket, department store, toserba, dan
sejenisnya; d. Community stores;
e. Convenience stores; f. Mini markets;
g. Eceran melalui media dan sejenisnya. 36. Perdagangan besar berdasarkan balas jasa fee atau kontrak jasa
keagenancommision agent, distributor. Distributor yang dimaksud di sini adalah distributor yang dapat menjual produk sampai dengan konsumen akhir
37. Perdagangan besar dan perdagangan eceran minimum beralkohol importir, distributor, sub distributor, dan pengecer
38. Jasa survei perdagangan 39. Broker propertireal estate atas dasar balas jasa fee atau kontrak
40. Jasa persewaan alat transportasi darat rental without operator 41. Persewaan mesin lainnya dan peralatannya
42. Jasa kebersihan gedung 43. Jasa kebersihan
44. Jasa perusahaan yang tidak diklasifikasi di tempat lain 45. Produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang
46. Jasa penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan
Universitas Sumatera Utara
120
pemberangkatan, pemberangkatan dan pemulangan calon tenaga kerja IndonesiaCTKI
47. Penyediaan jasa pekerjaburuh [proses pendaftaran, perekrutan, pengurusan dokumen antara lain perjanjian kerja, negosiasi untuk mendapatkan
pekerjaan dari perusahaan pemberi kerja, memperkerjakan pekerjaburuh, seperti pekerjaan jasa cleaning service, satpam, catering dan jasa penunjang
lainnya] Di samping itu, investor domestik juga diperkenankan untuk menanamkan
investasi di bidang pertahanan keamanan, yaitu investasi untuk produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang. Syarat untuk menanamkan investasi pada
bidang usaha ini adalah mendapat izin khusus dari Departemen Pertahanan Republik Indonesia.
Sebenarnya, daftar bidang usaha ini merupakan daftar bidang usaha yang tertutup untuk investasi, baik domestik maupun asing lihat Pasal 13 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Namun, dalam perkembangannya, daftar bidang usaha dinyatakan daftar bidang usaha terbuka
dengan persyaratan. Persyaratannya hanya investasi domestik yang diperkenankan melakukan usaha itu dan harus mendapat izin dari Departemen Pertahanan. Ini berarti
bahwa setiap daftar bidang usaha, mengalami perubahan setiap waktu, yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Bentuk kerja sama antara modal asing dan modal dalam negeri agak sulit diatur sebab disini banyak dijumpai variasi antara pertimbangan modal dan
Universitas Sumatera Utara
121
kekuasaan management
yang sesungguhnya,
sehingga harus
benar-benar memperhatikan keadaan perusahaan.
131
Ada bentuk kerja sama antara modal asing dan modal dalam negeri, yaitu joint venture
. Joint venture adalah kerja sama antar pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional, semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka. Kerja sama ini
tidak membentuk suatu badan hukum baru, sehingga kerja sama ini bersifat kontraktuil cooperatif.
132
Perusahaan baru merupakan perusahaan yang dibentuk antara pengusaha asing dengan pengusaha nasional. Semula pengusaha asing mempunyai nama
perusahaannya sendiri dan pengusaha nasional juga mempunyai nama perusahaannya sendiri-sendiri. Namun dengan adanya perjanjian yang dibuat para pihak mereka
sepakat membentuk perusahaan baru. Dalam pasal 21 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman
modal telah ditentukan berbagai kemudahan yang diberikan pemerintah terhadap perusahaan penanaman modal asing atau perusahaan penanaman modal asing yang
mengadakan joint venture dengan warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.
Pemberian kemudahan kepada perusahaan penanaman modal asing adalah dimaksudkan supaya perusahaan tersebut dapat menanamkan investasinya dan
mengadakan kerja sama dengan perusahaan domestik sehingga perusahaan ini
131
R.T.Sutantya R.Hadhikusuma dan Sumantoro, Opcit, hal 212
132
Ibid
Universitas Sumatera Utara
122
nantinya dapat menerima teknologi baru, pemilikan saham, menerima dividen, dan lain-lain.
Namun tidak
boleh mengabaikan
prinsipasas nasionalitas
yang dimaksudkan untuk melindungi rakyat Indonesia dari ketidak adilan dan perbuatan
sewenang-wenang.
B. Pengertian Divestasi Saham
Istilah divestasi berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu divestment. Namun, ada juga ahli yang menggunakan istilah Indonesianisasi. Indonesianisasi
tidak saja hanya berarti pengalihan keuntungan, tetapi lebih penting lagi adalah pengalihan kontrol terhadap jalannya perusahaan.
133
Keuntungan yang diperoleh dari Indonesianisasi ini adalah memperoleh dividen dari perusahaan asing. Divestasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang
penjualan saham yang dimiliki oleh perusahaan atau tata cara mendapatkan uang dari investasi yang dimiliki oleh seseorang. Sementara itu, pengertian divestasi dijumpai
dalam pasal 1 angka 13 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah dan pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 183PMK.052008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Divestasi terhadap Investasi Pemerintah.
Divestasi Saham adalah pelepasan, pembebasan, pengurangan modal. Disebut juga divestment yaitu kebijakan terhadap perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh investor asing untuk secara bertahap tetapi pasti mengalihkan saham-sahamnya itu kepada mitra bisnis lokal atau proses yang mengakibatkan pengalihan saham dari
133
H.Salim HS, Hukum divestasi di Indonesia,Jakarta;Penerbit Erlangga,2010,hal 31
Universitas Sumatera Utara
123
peserta asing kepada peserta nasional. Istilah lain untuk kebijakan yang di indonesianisasi disebut Indonesia saham. Dapat berarti pula sebagai tindakan
perusahaan memecah konsentrasi atau pemupukan modal sahamnya sebagai akibat dari larangan terjadinya monopolisasi.
134
Di dalam bab ini peneliti mencoba untuk membuat perbandingan antara peraturan yang lama dan yang baru tentang divestasi saham yang berlaku di
Indonesia. Dahulu didalam Kebijaksanaan Peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun 1992
tentang Persyaratan Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, masih mempertahankan adanya keharusan Indonesianisasi pemilikan saham. Kalau
ketentuan yang berlaku umum dahulu mengharuskan pemilikan saham oleh mitra lokal sekurang-kurangnya menjadi 51 setelah perusahaan bersangkutan berproduksi
komersial 15 tahun, maka menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tersebut, PMA diharuskan menjual 15 sahamnya kepada masyarakat
Indonesia dalam waktu 5 tahun setelah proyek atau usaha PMA itu memulai produksi komersialnya. Kemudian setelah itu dalam 20 tahun selanjutnya perusahaan itu sudah
mengalihkan sahamnya kepada masyarakat indonesia agar kepemilikan nasional itu menjadi minimal 20 dari seluruh nilai saham.
Para pengamat ekonomi menilai bahwa secara substansial kebijaksanaan deregulasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tidak banyak berubah
134
Diakses melalui
internet, http:WWW.lawskripsi.comindex.php?option=com-
contentview=articleid=147item id=147, tanggal 11 juli 2012
Universitas Sumatera Utara
124
karena masih ada ketentuan divestasi. Ketentuan ini justru merupakan disisentif yang lebih besar dari pada pembatasan pemilikan saham dan sering tidak diingini oleh
pihak asing.
135
Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing,
menyebutkan bahwa: Perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing, selanjutnya disebut
perusahaan PMA, pada dasarnya berbentuk usaha patungan dengan persyaratan bahwa pemilikan modal saham peserta Indonesia dalam perusahaan patungan tersebut
sekurang-kurangnya 20 dua puluh perseratus dari seluruh nilai modal saham perusahaan pada waktu pendirian perusahaan patungan dan ditingkatkan menjadi
sekurang-kurangnya 51 lima puluh satu perseratus dalam waktu 20 dua puluh tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi secara komersial sebagaimana
tercantum dalam izin usahanya. Dan dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang
Persyaratan Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, juga menyebutkan :
1Perusahaan PMA dapat didirikan dengan jumlah modal yang ditanamkan sekurang-kurangnya US 250.000 dua ratus lima puluh ribu dolar Amerika
Serikat apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut:
135
Amirizal, Hukum Bisnis: Deregulasi Dan Joint Venture Di Indonesia ,Teori Dan Praktik, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1996, hal 62
Universitas Sumatera Utara
125
a. Padat karya dengan jumlah tenaga kerja langsung sekurang-kurangnya 50 lima puluh orang, dan:
1. Sekurang-kurangnya 65 enam puluh lima perseratus hasil produksi untuk diekspor,atau
2. Menghasilkan bahan baku atau bahan penolong atau barang setengah jadi atau komponen untuk memenuhi kebutuhan industri lain.
b. Melakukan kegiatan di bidang usaha jasa tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2Perusahaan PMA yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a dapat didirikan dengan persyaratan bahwa pemilikan modal saham
Indonesia pada saat perusahaan didirikan sekurang-kurangnya 5 lima perseratus dari seluruh nilai modal saham perusahaan pada saat didirikan dan
ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 20 dua puluh perseratus dari seluruh nilai modal dalam perusahaan dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun
terhitung sejak perusahaan berproduksi secara komersial sebagaimana tercantum dalam izin usahanya.
3Modal saham peserta Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditingkatkan lagi menjadi sekurang-kurangnya 51 lima puluh satu
perseratus dari seliruh nilai modal saham perusahaan dalam waktu 20 dua puluh tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi secara komersial.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1993, menyebutkan bahwa perusahaan Penanaman Modal Asing 100 diharuskan mulai menjual sahamnya
Universitas Sumatera Utara
126
kepada pihak Indonesia dalam waktu 10 tahun sejak berproduksi komersial, baik melalui pemilikan langsung maupun lewat pasar modal. Namun ,berdasarkan
peraturan baru Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 ini, berapa besarnya saham yang dijual sepenuhnya bergantung pada kesepakatan masing-masing pihak.
Besarnya dapat 5 atau 1 , tanpa harus mengubah status perusahaan. Ini berarti, memperbarui persyaratan yang lama, yaitu 20 tahun setelah produksi komersial,
dengan penjualan saham minimal sebesar 51 kepada pihak domestik.
136
Dalam Peraturan pemerintah Nomor 20 Tahun 1994, ada Paket kebijaksanaan Deregulasi yang dimaksudkan untuk memperluas keberadaan investasi asing dalam
ekonomi nasional yang berisi pokok-pokok pikiran berikut ini: - Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk patungan dengan
modal dalam negeri atau keseluruhan modal dimiliki oleh warga negara atau badan hukum asing.
- Besarnya jumlah modal yang ditanamkan dalam rangka PMA ditentukan berdasarkan kelayakan ekonomi dan kegiatan usahanya.
- Kegiatan usaha PMA dapat dialokasikan di seluruh wilayah RI. Apabila di daerah tersebut terdapat kawasan berikat dan kawasan industri maka kegiatan
PMA diutamakan di kawasan itu. - Perusahaan PMA dapat melakukan kegiatan usaha di sektor publik yang
dahulu hanya dapat diusahakan negara, yaitu: pelabuhan, produksi dan transmisi serta distribusi tenaga listrik untuk umum, telekomunikasi,
136
Ibid , hal 106
Universitas Sumatera Utara
127
pelayaran, penerbangan, air minum, pembangkit tenaga atom, dan media massa khusus untuk sektor ini hanya dibolehkan dalam bentuk usaha
patungan atau melalui pasar saham. - Saham pihak Indonesia dalam perusahaan PMA patungan minimal 5 dari
seluruh modal yang disetor pada waktu pendirian badan usaha perusahaan patungan tersebut.
- Perusahan PMA 100 dalam jangka waktu 15 tahun sejak berproduksi komersial, harus menjual sebagian dari sahamnya tanpa ketentuan berapa
persentasenya kepada warga negara atau badan hukum Indonesia, melalui pemilikan langsung atau melalui penjualan saham di pasar modal.
Divestasi tidak hanya dapat dilakukan oleh badan hukum privat, seperti perseroan terbatas, firma, CV, tetapi dapat juga dilakukan oleh badan hukum publik,
seperti negara, provinsi, kabupaten, atau kota. Dalam melakukan transaksi yang bersifat privat, badan hukum publik diwakili oleh Badan Usaha Milik Negara
BUMN atau Badan Usaha Milik Daerah BUMD. Masing-masing badan hukum tentu berbeda motivasi atau dorongan atau usaha-usaha untuk melakukan divestasi.
Sebagai contoh, Pemerintah Indonesia telah melakukan divestasi saham terhadap BUMN Indosat kepada badan hukum Singapura, yaitu Singapore Technology Private
Ltd STP. STP berada dibawah perusahaan induk BUMN singapura Tamasek.
Alasan utama pemerintah melakukan divestasi Indosat adalah untuk menutupi kebutuhan APBN 2002 yang mengalami defisit. Bahkan divestasi akan meningkatkan
nilai pajak dari BUMN yang telah didivestasi karena badan hukum privat yang
Universitas Sumatera Utara
128
membeli saham BUMN akan membayar pajak yang lebih besar dibandingkan BUMN yang dikelola oleh negara. Begitu juga badan hukum privat tentu mempunyai
motivasi tersendiri untuk melakukan divestasi usaha atau unit bisnis.
137
Divestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan investasi atau investment
karena yang akan didivestasi nantinya adalah investasi yang dimiliki oleh pemerintah. Investasi pemerintah adalah:
“Penempatan sejumlah dana danatau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung untuk memperoleh
manfaat ekonomi, sosial, danatau manfaat lainnya.”
138
Divestasi merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk memperoleh dana yang cukup untuk membiayai pembangunan nasional.
Kepaladirektur Badan Investasi Pemerintah memiliki kewenangan untuk melakukan divestasi. Kewenangan Kepaladirektur Badan Investasi Pemerintah tidak mutlak
karena dalam melakukan divestasi, lembaga ini harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. Divestasi yang dilakukan oleh Kepaladirektur Badan Investasi
Pemerintah yang memerlukan persetujuan dari Menteri Keuangan, yaitu divestasi terhadap kepemilikan investasi langsung, sedangkan untuk divestasi surat berharga
sesuai dengan masa waktu yang telah ditentukan tidak memerlukan persetujuan Menteri Keuangan.
139
137
H.Salim HS, Op.cit, hal 34
138
Ibid , hal 85
139
Ibid ,hal 89
Universitas Sumatera Utara
129
Objek divestasi pemerintah, yaitu surat berharga dan investasi langsung. Maksud dan tujuan divestasi surat berharga, yaitu untuk memperoleh manfaat
ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Badan Investasi Pemerintah untuk investasi berikutnya yang lebih menguntungkan.
Maksud dan
tujuan divestasi atas
investasi langsung,
yaitu untuk
diinvestasikan kembali dalam rangka meningkatkan fasilitas infrastuktur dan bidang lainnya guna memacu
roda perekonomian masyarakat. Pada dasarnya divestasi dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia danatau
badan hukum asing yang bergerak dalam bidang pertambangan. Dalam melaksanakan divestasi, pemerintah Indonesia tentu harus memperhatikan berbagai asas hukum
yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah telah ditentukan asas-asas hukum
dalam pengelolaan investasi pemerintah. Asas-asas itu antara lain sebagai berikut: a.
Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibidang investasi pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan, Badan Investasi
pemerintah, Badan Usaha, menteri TeknisPimpinan Lembaga sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
b. Asas kepastian hukum,
yaitu investasi pemerintah harus dilaksanakan
berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c.
Asas efisiensi, yaitu investasi pemerintah diarahkan agar dana investasi
digunakan sesuai batasan-batasan standar keebutuhan yang diperlukan dalam
Universitas Sumatera Utara
130
rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.
d. Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan investasi pemerintah harus dapat
dipertanggung jawabkan kepada rakyat dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
e. Asas kepastian nilai, yaitu investasi pemerintah harus didukung oleh adanya
ketepatan jumlah dan nilai investasi dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dana dan divestasi serta penyusunan laporan keuangan pemerintah.
Sementara itu ,asas-asas hukum yang berkaitan dengan divestasi yang dilakukan oleh badan hukum asing yang bergerak dalam bidang pertambangan tidak
ditentukan secara khusus dalam peraturan perundang-undangan. Apabila dilihat dari ketujuh hal itu, asas-asas hukum dalam hukum divestasi meliputi asas manfaat,
kebebasan berkontrak, konsensualisme, personalitas, pacta sunt servanda kepastian hukum, itikad baik, dan akuntabilitas.
Masyarakat ingin pihak yang lemah lebih banyak mendapat ;perlindungan. Oleh karena itu, kehendak bebas tidak lagi diberi arti mutlak, tetapi diberi arti relatif
dikaitkan selalu dengan kepentingan umum. Pengaturan substansi kontrak tidak semata-mata dibiarkan kepada para pihak, namun perlu diawasi. Pemerintah sebagai
pengemban kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
140
Dalam divestasi saham antara pemerintah Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara, asas kebebasan berkontrak tidak dapat diterapkan secara mutlak
140
Ibid , hal 17
Universitas Sumatera Utara
131
karena kebebasan PT. Newmont Nusa Tenggara dalam mengadakan transaksi divestasi saham dibatasi oleh substansi kontrak karya yang dibuat antara pemerintah
Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara. PT. Newmont Nusa Tenggara tidak bebas untuk menawarkan saham yang dimilikinya kepada pihak lainnya, namun PT.
Newmont Nusa Tenggara sendiri harus menawarkan kepada pihak-pihak yang tercantum dalam kontrak karya, yang meliputi Pemerintah Indonesia, warga negara
Indonesia, atau badan hukum Indonesia. Hal yang menjadi proritas utama untuk membeli saham itu adalah Pemerintah Indonesia. Apabila pemerintah Indonesia tidak
mampu membelinya, barulah tawaran itu disampaikan kepada pihak yang lainnya. Begitu juga tentang jumlah saham yang ditawarkan. PT. Newmont Nusa Tenggara
sendiri harus menawarkan saham yang dimilikinya kepada pemerintah Indonesia sebanyak 51 yang dimulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Divestasi
dimulai sejak berproduksi secara komersial. Apabila saham yang ditawarkan itu kurang dari yang ditentukan, pemerintah Indonesia dapat mengakhiri kontrak karya
yang dibuat antara pemerintah Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara. Ini menunjukkan bahwa asas kebebasan berkontrak dibatasi oleh kontrak karya yang
dibuat sebelumnya.
141
Dari paparan diatas, dapat dikemukakan bahwa asas kebebasan berkontrak tidak dapat diterapkan secara mutlak dalam proses divestasi saham PT. Newmont
Nusa Tenggara karena kebebasan itu dibatasi oleh: 1. Undang-undang;
141
Ibid , hal 18
Universitas Sumatera Utara
132
2. Substansi kontrak karya; 3. Putusan pengadilan arbitrase Internasional;atau
4. Moral yang baik. Dalam undang-undang, kontrak karya dan putusan arbitrase Internasional
sudah ditentukan bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara wajib untuk melakukan divestasi kepada Pemerintah Indonesia. Ini berarti bahwa PT. Newmont Nusa
Tenggara sudah tidak memiliki kebebasan lagi untuk melakukan penawaran kepada pihak lainnya sebelum pemerintah Indonesia menyatakan tidak mampu membeli
saham yang dimaksud.
142
Sekarang Pemerintah memberikan kesempatan lebih besar kepada investor Indonesia dalam kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang penanaman modal asing PMA
pemegang izin usaha Pertambangan IUP dan Izin Usaha Pertambangan Khusus IUPK melakukan divestasi sahamnya secara bertahap paling sedikit 51 kepada
peserta Indonesia. Divestasi harus dilakukan setelah 5 lima tahun hingga tahun kesepuluh sejak PMA IUP dan IUPK berproduksi. dapat dilihat dalam pasal 97
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012. Yang dimaksud dengan peserta Indonesia itu adalah pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah
kabupatenkota, BUMN,BUMD atau badan usaha swasta nasional.
143
142
Ibid, hal 19
143
Diakses melalui Internet, http:WWW.setkab.go.idberita-3770-pma-mineral-dan-batubara-wajib divestasi saham ke peserta Indonesia, tanggal 13-6-2012,jam 14:07
Universitas Sumatera Utara
133
Ketentuan tentang divestasi bagi PMA tambang mineral dan batubara ini berbeda jauh dengan ketentuan yang tertuang sebelumnya dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010, yang hanya mewajibkan PMA tambang mineral dan batubara melakukan divestasi 20 saja dari seluruh saham.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 itu tidak disebutkan
secara langsung jenis usaha tambang yang diwajibkan melakukan divestasi saham kepada peserta Indonesia. Namun mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2010 pasal 2 ayat 2 disebutkan, bahwa pertambangan mineral dan batubara dikelompokkan ke dalam 5 lima golongan komoditas tambang yaitu:
1. Mineral radioaktif meliputi radium, uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif lainnya;
2. Mineral logam diantaranya emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, platina, kalium, kalsium, bauksit, titanium, besi, air raksa, dsb;
3. Mineral bukan logam diantaranya intan, pasir kuarsa, yodium, fosfat, belerang, asbes, batu gamping untuk semen, gypsum, batu kuarsa, dsb;
4. Batuan diantaranya marmer, tanah serap, andesit, batu apung, sirtu, pasir urug, kristal kuarsa, giok, pasir laut, tanah merah, batu gunung besar, onik, dsb;
5. Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gembut. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 ini juga memuat tahapan
divestasi bagi PMA pemegang IUP dan IUPK, yaitu: 1. Tahun keenam 20 dua puluh persen
Universitas Sumatera Utara
134
2. Tahun ketujuh 30 tiga puluh persen 3. Tahun kedelapan 37 tiga puluh tujuh persen
4. Tahun kesembilan 44 empat puluh empat persen 5. Tahun kesepuluh 51 lima puluh satu persen
Dalam pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012, menjelaskan pengalihan saham PMA tambang mineral dan batubara dilakukan secara berurutan
kepada pemerintah pusat terlebih dahulu. Jika pemerintah tidak bersedia membeli saham dimaksud, maka ditawarkan kepada pemerintah daerah provinsi atau
pemerintah daerah kabupatenkota. Jika pemerintah provinsi atau pemerintah provinsi atau pemerintah kabupatenkota tidak bersedia maka ditawarkan kepada BUMN dan
BUMD dengan cara lelang. Apabila BUMN dan BUMD tidak bersedia membeli saham ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dengan cara lelang.
Dalam pengalihan saham ini tentu harus memperhatikan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan substansi kontrak yang dibuat antara
pemerintah Indonesia dengan investor asing yang dituangkan dalam dokumen kontrak karya.
Peraturan perundang-undangan itu antara lain sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing