Hak atas Tanah Analisis Hukum Tentang Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing

61 c. Pemberian izin masuk kembali ke wilayah Indonesia untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 1 satu tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 dua belas bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan. d. Pemberian izin masuk kembali ke wilayah indonesia untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 2 dua tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan, dan e. Pemberian izin masuk kembali ke wilayah Indonesia untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal tetap diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan terhitung sejak izin tinggal di berikan. Pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing sebagaimana yang disebutkan diatas akan dilakukan oleh Direktorat jenderal Imigrasi, tentunya setelah terlebih dahulu mendengarkan pertimbangan dan rekomendasi dari BKPM.

5. Hak atas Tanah

Selain dari kemudahan-kemudahan dalam bidang fasilitas impor dan fasilitas keimigrasian sebagaimana yang disebutkan diatas, pemerintah melalui Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 memberikan juga kemudahan pelayanan danatau perizinan hak atas tanah. Kemudahan pelayanan danatau perizinan hak atas tanah yang diberikan pemerintah ditempuh dengan cara hak atas tanah diperpanjang dimuka Universitas Sumatera Utara 62 sekaligus, dan dapat diperbaharui kembali sesuai penanaman modal. Kemudahan- kemudahan tersebut berupa: 86 a. Hak Guna Usaha HGU yang dapat diberikan untuk jangka waktu 95 sembilan puluh lima tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang dimuka sekaligus selama 60 enam puluh tahun, dan kemudian dapat diperbaharui kembali selama 35 tiga puluh lima tahun; b. Hak Guna Bangunan HGB yang dapat diberikan untuk jangka waktu 80 delapan puluh tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang dimuka sekaligus selama 50 lima puluh tahun , dan kemudian dapat diperbaharui kembali selama 30 tiga puluh tahun ; serta c. Hak Pakai HP yang dapat diberikan untuk jangka waktu 70 tujuh puluh tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang dimuka sekaligus selama 45 empat puluh lima tahun dan kemudian dapat diperbaharui kembali selama 25 dua puluh lima tahun. Pemberian hak atas tanah sekaligus dengan perpanjangannya dimuka sebagaimana yang disebutkan diatas hanya dapat diberikan dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. Penanaman modal yang akan dilakukan harus untuk jangka waktu yang relatif panjang, dan terkait dengan rencana perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing. 86 Ibid , hal 112 Universitas Sumatera Utara 63 2. Penanaman modal yang akan dilakukan memiliki tingkat resiko yang memerlukan pengembalian modal dalam jangka yang relatif panjang, sesuai dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan. 3. Penanaman modal yang akan dilakukan diperkirakan tidak memerlukan area yang luas untuk pelaksanaan kegiatan usahanya. 4. Penanaman modal yang akan dilakukan dengan menggunakan hak atas tanah negara,serta 5. Penanaman modal yang akan dilakukan tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum. Meskipun pemerintah memberikan kemudahan untuk mendapatkan hak atas tanah dengan pemberian opsi perpanjangannya di muka sekaligus sebagaimana yang disebutkan terdahulu, pembaharuan hak tersebut hanya dapat dilakukan sepanjang hasil penilaian menunjukkan bahwa tanah tersebut masih dipergunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian haknya semula. Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah tersebut dapat dihentikan atau dibatalkan pemerintah jika penanam modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, memanfaatkan tanah yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak semula, serta melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang pertanahan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria mengenal berbagai jenis hak atas tanah, seperti hak milik,hak guna usaha,hak Universitas Sumatera Utara 64 guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil hutan, dan hak-hak lainnya. Pada pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 disebutkan bahwa hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik, dengan pengecualian bahwa hak milik tersebut dapat diberikan kepada badan-badan hukum yang bergerak di bidang sosial dan keagamaan sepanjang penggunaan tanah hak milik tersebut murni untuk tujuan sosial dan keagamaan dimaksud. Dengan demikian, hak atas tanah yang dapat dimiliki oleh penanam modal yang bukan warga negara Indonesia adalah hak atas tanah diluar hak milik seperti hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, hak guna usaha diberikan untuk jangka waktu paling lama 25 tahun, sedang hak guna bangunan diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 tahun. Didalam Peraturan Menteri Pertanian untuk selanjutnya disingkat Permentan Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, mengatur beberapa hal pokok. Pertama, Perusahaan perkebunan yang memiliki Izin Usaha perkebunan IUP atau Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya IUP-B wajib membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20 dua puluh per seratus dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan. Kedua, Pembangunan kebun untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat pertama dapat dilakukan antara lain melalui pola kredit, hibah, atau bagi hasil. Ketiga, Pembangunan kebun untuk masyarakat sebagaimana pada ayat pertama, dilakukan bersamaan dengan pembangunan kebun yang diusahakan oleh perusahaan. Universitas Sumatera Utara 65 Keempat, rencana pembangunan kebun untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat pertama harus diketahui oleh Bupati Walikota. Seperti yang ditulis dalam Tabloid mingguan Detak edisi 168, ungkapan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, H.Achmad Diran, tentang pasal 11 didalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007 , antara lain: “...Dimata pemerintah Provinsi, KabupatenKota, tentu sesuatu aturan yang menguntungkan, sebab nilainya berprospek menguntungkan masyarakat. Kata lainnya, masyarakat sekitar perusahaan perkebunan tak lagi jadi penonton. Mereka sudah memiliki ‘hak’ untuk itu. Dengan keterlibatan masyarakat dibidang perkebunan, otomatis aturan tersebut diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyatrakat disekitar perusahaan dimaksud,” jelas Wakil Gubernur kalimantan Tengah Kalteng H.Achmad Diran. Keterlibatan petani plasma dalam sebuah perkebunan bisa meminimalisasi sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan perkebunan itu sendiri.” Selanjutnya beliau mengatakan: “ Selama ini, sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan lebih banyak dipicu karena tidak terlibatnya masyarakat dalam penggarapan perkebunan. Kalau masyarakat dilibatkan, maka tidak akan ada lagi ganti rugi yang harus dibayar perusahaan...” Adanya Peraturan Menteri setidaknya ada upaya untuk memperdayakan masyarakat sekitar hutan. Selama ini masyarakat sekitar perusahaan kebanyakan menjadi penonton saja. Kalau perusahaan ingin makmur, jangan hanya memakmurkan investasinya saja, tetapi masyarakat disekitar perusahaan juga harus makmur. Sayangnya definisi wajib 20 dua puluh per seratus pada realitanya masih Universitas Sumatera Utara 66 membingungkan semua pihak. Tidak sedikit pula yang menilai Peraturan menteri Nomor 26 Tahun 2007 secara hukum lemah. “Lahan 20 dua puluh per seratus dimaksud bisa saja berasal dari areal masyarakat, areal yang disediakan pemerintah atau berdasarkan izin yang diberikan pemerintah kepada pengusaha. “ Jadi yang mengatur itu nantinya tergantung pemberi izin,” kata Kepala Bidang Kelembagaan dan Sarana Prasarana Dinas Perkebunan Kalimantan Tengah. 87 Tak hanya lemah dari segi tata aturan perundangan, tapi juga terbitnya Peraturan Menteri Nomor 26 Tahun 2007 dinilai terlambat. Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Timur Kotim, sebagaimana yang dilansir salah satu media lokal di Sampit mengatakan, kebijakan PBS untuk mengalokasikan 20 persen lahan untuk petani plasma bisa dikatakan terlambat. Aturan tersebut baru diterbitkan pada tahun 2007, sementara investasi perkebunan telah masuk pada tahun 1995. “ Saat itu pemerintah pusat melalui Bank Indonesia meluncurkan skim kredit untuk program plasma. Namun program tersebut tidak berjalan lagi sehingga berdampak pada kondisi keuangan perusahaan perkebunan”, ujarnya 88

6. Nasionalisasi dan Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal