20
“Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris research re berarti kembali dan search
berati mencari. Dengan demikian research berarti mencari kembali. Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam
mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu.”
45
Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat “deskriptif analitis, yaitu analisis data yang dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan berdasarkan
teori atau konsep yang bersifat umum.”
46
2. Sumber Data
Penelitian normatif ini dilakukan dengan batasan studi dokumen atau bahan pustaka saja yaitu berupa data primer. Data sekunder yang digunakan terdiri dari
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yang digunakan berupa norma dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan,
bahan hukum yang tidak dikodifikasikan dan bahan hukum dari zaman penjajahan hingga kini masih berlaku. Sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan berupa
buku, makalah, dan hasil penelitian di bidang hukum. Bahan utama dari penelitian ini adalah Data Primer yang dilakukan dengan
menghimpun bahan-bahan berupa: a. Bahan hukum primer yaitu berupa undang-undang dan peraturan-peraturan
yang terkait dengan objek penelitian.
45
http:blogs.unpad.ac.idteguhadityascript,phpviewmetoda-penelitian-sosial,html. Diakses tanggal 12 Mei 2012.
46
Bambang Sunggono, Metedologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 38.
Universitas Sumatera Utara
21
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer antara lain: tulisan atau pendapat para pakar hukum.
c. Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
3. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif, yaitu penelitian dilakukan dengan menganalisis terhadap data-data. Selanjutnya, ditarik kesimpulan
dengan metode deduktif, yakni berfikir dari hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan menggunakan perangkat normatif. Analisis data
dilakukan setelah diperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier sehingga memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan dan tujuan
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB II PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM ASING DALAM PERUSAHAAN
PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA
A. Penanaman Modal Asing
Isu penanaman modal asing untuk selanjutnya disingkat dengan PMA dewasa ini semakin ramai dibicarakan. Hal ini mengingat, bahwa untuk kelangsungan
pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta nasional. Keadaan ini
yang makin mendorong untuk mengupayakan semaksimal mungkin menarik Penanaman Modal Asing ke Indonesia.
47
Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia, usaha untuk menarik investasi . Beberapa andalan utama yang selama ini menjadi insentif dalam menarik investor
asing seperti pasar dalam negeri yang cukup aktif dan berpeluang untuk berkembang pesat, tenaga kerja yang relatif murah, sumber daya alam yang cukup besar dan
beraneka ragam, tidak lagi dapat diandalkan dengan sepenuhnya. Persyaratan-persyaratan
tertentu dalam
investasi asing
bagi negara
berkembang bukanlah untuk menghambat kegiatan perdagangan dari perusahaan investasi asing, akan tetapi adalah untuk memastikan kontribusi yang lebih efisien
dari modal asing untuk pembangunan ekonomi, untuk mempertinggi dan memaksimalkan peluang kerja, mengurangi kerugian industrial, ekonomi dan sosial
dari daerah-daerah tertentu, mengurangi tekanan atas mata uang asing dan membuat
47
Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Dan Penanaman Modal Asing,Jakarta; Pustaka Jaya,1995, hal 46
22
Universitas Sumatera Utara
23
penggunaan mereka lebih efisien, mempertinggi kontribusi investor asing dalam pengembangan kemampuan tehnologi dalam negeri dan untuk memastikan lebih
efisiennya penggunaan sumber daya alam untuk memperluas pasar ekspor.
48
Tidak hanya pembenahan infrastruktur sebagai langkah peningkatan investasi asing, kesiapan perangkat hukum sangat menunjang agar calon investor tidak ragu-
ragu atau melirik negara lain yang lebih siap. Paket Kebijakan 23 Oktober 1993 Pakto II, yang mencakup enam bidang usaha, termasuk deregulasi investasi
merupakan langkah maju mengikis hambatan-hambatan dibidang investasi. Tinggal bagaimana calon investor khususnya investor asing memanfaatkan setiap peluang
bisnis dan investasi yang ditawarkan.
49
Pemerintah telah mengeluarkan enam paket deregulasi pada tanggal 23 oktober 1993 Pakto 1993. Paket deregulasi itu meliputi bidang ekspor- impor,
bidang tarif dan tata niaga impor, bidang penanaman modal, bidang perizinan, bidang farmasi dan bidang amdal.
50
Berbagai ketentuan yang diatur dalam Pakto ini antar lain adalah sebagai berikut:
51
1. Izin investasi langsung dapat diurus di tingkat kabupaten dan kotamadya, tidak
perlu melalui instansi di tingkat propinsi. Izin ini meliputi: izin mendirikan bangunan IMB, izin lokasi, izin Undang-Undang gangguan HO. Urusan lain
48
Mahmul Siregar, Disertasi Perdagangan Dan Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Kesiapan Hukum Di Indonesia dalam Menghadapi Persetujuan Perdagangan Multilateral Yang Terkait Dengan Peraturan
Penanaman ModalMedan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2005, hal 158
49
Pandji Anoraga,Op.cit, hal 130
50
Ibid , hal 157
51
Ibid , hal 158
Universitas Sumatera Utara
24
yang berkaitan dengan izin investasi juga ditangani oleh instansi tingkat kabupaten dan kotamadya, seperti sertipikat tanah, Hak guna bangunan.
Sedangkan Hak guna usaha tetap harus diselesaikan di instansi pusat dan atau propinsi.
2. Penghapusan surat pencadangan tanah dari gubernur. Sebelumnya surat ini
menjadi syarat untuk penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal baik asing PMA maupun dalam negeri PMDN.
3. Penghapusan Berita Acara Pemeriksaan BAP proyek. BKPMD dan instansi lain
di daerah tidak perlu lagi melakukannya sebagai syarat bagi penerbitan Izin Usaha Tetap IUT. Sekarang penerbitan IUT cukup dilampiri Laporan Kegiatan
Penanaman Modal yang di susun oleh setiap pengusaha. 4.
Penghapusan permohonan
persetujuan penanaman
modal, khususnya
menyangkut pemilikan saham yang sekarang dibolehkan untuk koperasi. Latar belakang dikeluarkannya paket deregulasi ini antara lain untuk lebih
menggairahkan dan meningkatkan efisiensi kinerja perekonomian nasional. Sebab selama ini prosedur perizinan yang terkait dengan birokrat dirasakan berbelit-belit
dan terlalu panjang. Untuk memperoleh izin mendirikan perusahaan misalnya, dibutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan, karena
membutuhkan rekomendasi dari berpuluh-puluh instansi. Pemerintah pusat dan
Universitas Sumatera Utara
25
Pemerintah daerah Tingkat I menjadi mata rantai panjang dalam perizinan untuk investasi.
52
Kondisi demikian mendorong para pengusaha melakukan jalan pintas berkolusi dengan oknum pejabat. Akibatnya budaya sogok dan suap merajalela. Hal
ini menyebabkan timbulnya ekonomi biaya tinggi, dalam jangka panjang kondisi yang demikian sangat merugikan perekonomian nasional.
Dalam iklim investasi yang tidak kondusif seperti itu, tidak aneh bila para konglomerat melarikan modalnya ke luar negeri.
Paket kebijakan diatas merupakan pengembangan dari peraturan-peraturan bidang penanaman modal sebelumnya seperti : Peraturan Pemerintah PP Nomor
241986 tentang jangka waktu izin perusahaan PMA, kemudian PP Nomor 241987 tentang kegiatan perusahaan PMA dibidang usaha perdagangan ekspor, PP Nomor
151990 tentang usaha perikanan yang juga dapat dimasuki PMA, PP Nomor 171992 tentang pemilikan saham dalam rangka PMA, Keppres Nomor 341992 tentang
pemanfaatan tanah HGU dan HGB atas usaha patungan dalam rangka PMA, Keppres Nomor 371992 tentang usaha penyediaan listrik oleh swasta.
53
Disamping itu beberapa peraturan BKPM tentang PMA juga telah disiapkan untuk meningkatkan arus investasi asing seperti SK BKPM Nomor 5SK1987
tentang persyaratan pemilikan saham nasional dalam perusahaan PMA, SK BKPM Nomor 9SK1989 tentang persyaratan minimal investasi PMA yang ditetapkan
52
Ibid
53
Ibid, hal 130
Universitas Sumatera Utara
26
minimal US 250.000.Dilihat dari segi lokasi, berdasarkan data BKPM, lebih dari 60 nilai PMA dialokasikan ke kawasan Barat Indonesia KBI, sementara
selebihnya ditujukan ke kawasan Timur Indonesia KTI. Tahun 1992, nilai total PMA yang disetujui pemerintah di wilayah kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa
tenggara, Maluku, Irian Jaya dan Timor-Timur sebesar Rp.1.869,9 miliar dengan 27 proyek. Sedangkan jumlah PMA yang disetujui pemerintah tahun 1992 di Jawa dan
Sumatera masing-masing Rp. 5.992,0 miliar 230 proyek dan Rp. 2.452,4 miliar 48 proyek.
54
Dengan semakin maraknya PMA di Indonesia dan penyebarannya lebih merata di seluruh wilayah jelas akan memberikan kontribusi cukup besar bagi
pertumbuhan ekonomi daerah-daerah, khususnya daerah yang relatif belum berkembang.
Manfaat ekonomi
lainnya dari
investasi asing
ini adalah,
dimungkinkannya transfer teknologi dari negara asal, peningkatan skala produksi untuk tujuan ekspor, menyerap banyak tenaga kerja, serta mempengaruhi
perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya.
55
Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang penanaman modal asing menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, untuk mendapat perbandingan dengan diberlakukannya undang-undang tersebut.
A.1 Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967.
54
Ibid , hal 131
55
Ibid
Universitas Sumatera Utara
27
1. Pengertian