Obat analgetika narkotik Obat analgetika non narkotik

bisa timbul tanpa penyebab yang jelas misalnya nyeri pinggang bawah, dan nyeri yang didasari atas kondisi kronis, misalnya osteoarthritis Bushra dan Aslam, 2010. Sementara nyeri kronik malignan yang disebut juga nyeri kanker memiliki penyebab nyeri yang dapat diidentifikasi yaitu terjadi akibat perubahan pada saraf, perubahan ini dapat terjadi karena penekanan pada saraf akibat metastasis sel-sel kanker maupun pengaruh zat-zat kimia yang dihasilkan oleh kanker itu sendiri Taylor, 2008.

2.5 Obat Analgetika

Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti bradikinin dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak. Secara umum analgetika dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik Tjay dan Rahardja. 2002.

2.5.1 Obat analgetika narkotik

Analgetika narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Semua analgetika narkotik menimbulkan adiksi, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgetika yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgetika yang sama kuatnya dengan morfin tanpa bahaya adiksi. Ada 3 golongan obat analgetika narkotik yaitu Universitas Sumatera Utara obat yang berasal dari opium-morfin, senyawa semisintetik morfin dan senyawa sintetik yang berefek seperti morfin Ganiswarna, 1995.

2.5.2 Obat analgetika non narkotik

Penggunaan obat-obat antiinflamasi non steroid AINS seringkali berakibat meredanya rasa nyeri selama periode yang bermakna. Sebagian besar dari nonopioid analgesik juga mempunyai efek antiinflamasi, sehingga tepat digunakan untuk pengobatan inflamasi akut maupun kronis Katzung, 2002. Obat AINS mempunyai efek analgesik, antipiretik dan pada dosis yang lebih tinggi bersifat antiinflamasi. Obat-obat ini banyak digunakan di Inggris hampir seperempat pasien yang berkonsultasi dengan dokter umum mempunyai satu bentuk keluhan reumatik. Pasien-pasien ini sering diberi resep AINS yakni tablet aspirin, ibuprofen dan parasetamol sebagai tambahan yang dibeli bebas untuk terapi sendiri pada sakit kepala dan nyeri gigi, berbagai gangguan muskoskeletal dan lain-lain. Obat-obat ini tidak efektif pada terapi nyeri viseral misalnya infark miokardia, kolik renal, dan abdomen akut yang membutuhkan analgesik opioid. Akan tetapi, AINS efektif pada nyeri hebat tipe tertentu misalnya kanker tulang. Neal, 2005; Odendaal, 2010. AINS adalah asam lemah, dengan pKa dari 3 - 5, obat-obat ini sangat terikat pada albumin dan dimetabolisme oleh hati dengan salah satu dari konjugasi atau oksidasi. Ekskresi terjadi terutama melalui ginjal dan pada tingkat lebih rendah, oleh hati melalui empedu. Volume distribusi mendekati volume plasma. Obat antiinflamasi non steroid dapat digunakan dalam pengobatan peradangan dan nyeri dalam berbagai macam gangguan. Obat antiinflamasi non steroid merupakan berbagai kelompok bahan kimia dan dikelompokkan menurut struktur kimianya, Universitas Sumatera Utara dengan berbagai sifat terapeutik yang sama. Berbagai macam obat antiinflamasi non steroid yang tersedia Odendaal, 2010 yaitu: − Turunan salisilat: aspirin, metil salisilat; − Turunan asam arilalkanoat: indometasin, sulindac, diklofenak; − Turunan asam 2-arilpropionat profens: ibuprofen, ketoprofen, naproxen; − Turunan asam N-arilantranilik: asam mefenamat; − Turunan oksikam: lornoxicam, piroksikam, meloxicam; − Turunan sulfonanilida: nimesulide; − Turunan koksib: celecoxib, valdecoxib, etoricoxib.

2.6 Ibuprofen