Kurva Kalibrasi Ibuprofen Hasil Pengujian Kecepatan Disolusi Ibuprofen Baku dan Nanopartikel dalam pH 1,2 dan 7,2

Gambar 4.5 Grafik hasil difraksi sinar-X dari ibuprofen baku Gambar 4.6 Grafik hasil difraksi sinar-X dari ibuprofen nanopartikel

4.2 Kurva Kalibrasi Ibuprofen

Hasil kurva kalibrasi ibuprofen dapat dilihat pada Gambar 4.7. Pada grafik terlihat absorbansi vs konsentrasi dari ibuprofen diperoleh harga persamaan regresi y = 0,000188 x – 0.00120 dan nilai r = 0,99980. Nilai r tidak dapat mencapai korelasi linier yang sempurna, tetapi. masih menunjukkan korelasi yang dapat diterima antara konsentrasi dan absorbansi karena r yang didapatkan hampir sempurna Shargel, et al., 2005. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Kurva kalibrasi ibuprofen

4.3. Hasil Pengujian Kecepatan Disolusi Ibuprofen Baku dan Nanopartikel dalam pH 1,2 dan 7,2

Pengaruh perbedaan kelarutan zat, ukuran partikel, bentuk kristal dan pH dapat memberikan perbedaan yang signifikan dalam hal disolusi. Pengaruh perbedaan ukuran partikel ibuprofen baku dan ibuprofen nanopartikel terhadap kecepatan disolusi, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan 4.9 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2, 3, 4 dan 5. Gambar 4.8 Hasil disolusi ibuprofen baku dan ibuprofen nanopartikel pada pH 1,2 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9 Hasil disolusi ibuprofen baku dan ibuprofen nanopartikel pada pH 7,2 Hasil pengamatan Gambar 4.8 dan 4.9 di atas terlihat jelas bahwa ibuprofen nanopartikel lebih mudah terdisolusi dibandingkan ibuprofen baku. Pada cairan lambung buatan pH 1,2 ibuprofen nanopartikel lebih cepat larut, pada menit ke-20 telah mencapai kadar 31,741 sedangkan ibuprofen baku hanya mencapai 7,92 dan diperoleh kadar puncak pada menit ke-120 untuk ibuprofen baku dan hasilnya dapat mencapai 22,77, sedangkan ibuprofen nanopartikel mencapai 48,77. Hasil ini dapat disimpulkan ibuprofen nanopartikel terdisolusi 2,14 kali ibuprofen baku, dikarenakan ukuran partikel ibuprofen nanopartikel lebih kecil sehingga tetap dapat larut dalam pH 1,2 sedangkan ibuprofen memiliki nilai pKa 4,5-4,6 Potthast, et al., 2005. Pada cairan usus buatan pH 7,2 ibuprofen nanopartikel sangat cepat terlarut pada menit ke-5 mencapai 93,58, sedangkan ibuprofen baku 61,00. Ibuprofen baku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan persen kumulatif yang hampir sama dengan ibuprofen nanopartikel yaitu pada menit ke-135 mencapai 100,26, sedangkan Universitas Sumatera Utara ibuprofen nanopartikel mencapai 101,05. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa ibuprofen nanopartikel lebih cepat terlarut didalam medium, karena kecilnya ukuran partikel yang didapatkan berdasarkan pengukuran ukuran partikel menggunakan particle size distribution. Menurut Ditjen POM 1995, ibuprofen merupakan zat yang praktis tidak larut dalam air dan termasuk senyawa model Biopharmaceutical Classification System BCS II, dimana memiliki permeabilitas yang tinggi dan memiliki kelarutan yang rendah Dahan dan Amidon, 2009. Kadar yang diperoleh pada cairan usus buatan suasana basa juga memenuhi persyaratan USP XXX 2007 yaitu kadar tidak kurang dari 80 Q dalam waktu 60 menit. Berdasarkan penelitian Jiang, et al., 2005, pengujian disolusi ibuprofen yang di larutkan dalam DEAE dextran Ddex dan diuji dalam berbagai pH 1,0; 5,8 dan 7,4, yang dilakukan hingga 40 jam, didapatkan hasil bahwa kecepatan disolusi pada pH 1,0 sangat rendah. Pada pH 5,8 dan 7,4 terjadi peningkatan kecepatan disolusi di awal pengujian, dan konsentrasi akhir yang didapat setelah 40 jam berturut-turut 60, 80 dan 90. Disimpulkan bahwa pelepasan obat yang tidak sempurna diakibatkan oleh adanya hubungan elektrostatik antara Ddex dan molekul ibuprofen, hingga pada akhirnya konsentrasi ibuprofen lebih rendah dari pada konsentrasi pelepasan yang seharusnya.

4.4 Hasil Penentuan Kadar Ibuprofen Baku dan Nanopartikel dalam Plasma