Peranan susu pada Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

2.3. Peranan susu pada Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Usia sekolah dasar 6-12 tahun merupakan puncak pertumbuhan tertinggi kedua setelah usia 0-3 tahun. Hal ini merupakan masa terpenting dalam pembentukan kualitas fisik orang dewasa. Pada saat usia sekolah, anak melakukan aktivitas fisik yang meningkat sehingga sangat diperlukan asupan zat gizi yang lengkap untuk dapat mempertahankan daya tahan tubuh serta untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan baru sehingga dapat memberi semangat dan motivasi dalam belajar Moore, 1997. Susu merupakan minuman yang bergizi tinggi karena mengandung protein yang bernilai biologi tinggi, sangat tepat untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh anak sekolah. Karenanya minum susu seharusnya minimal 2 kali sehari 2 gelas dapat memenuhi sebagian kebutuhan zat gizi anak, terutama protein, lemak, dan kalsium Almatsier, 2002. Pada masa ini terjadi peningkatan masa tulang yang pesat. Untuk itu diperlukan pangan dan kaya kalsium dan fosfor. Susu memiliki kandungan kalsium dengan kualitas dan tingkat ketercernaan yang tinggi. Black, dkk 2002 mengungkapkan bahwa anak usia 3-10 tahun yang tidak menyukai susu termasuk susu sapi pada jangka panjang akan memiliki resiko mengalami ukuran tubuh lebih pendek dan kesehatan tulang yang buruk. Black dan kawan-kawan juga menemukan bahwa anak yang tidak suka minum susu memiliki ukuran sklekton yang lebih kecil dan kandungan mineral tulang yang lebih rendah daripada ukuran sklekton dan kandungan mineral tulang anak yang meminum susu. Universitas Sumatera Utara Hal senada juga pada ditemukan oleh Kalkwarf dan koleganya yang meneliti hubungan antara asupan susu pada masa anak-anak dengan densitas tulang dan keropos tulang pada masa dewasa. Mereka menemukan bahwa asupan susu yang rendah pada masa anak-anak memiliki densitas tulang yang lebih rendah rendah dan beresiko dua kali lebih besar mengalami keropos tulang pada masa dewasa Kalkwarf, dkk, 2003. Konsumsi susu pada usia anak sekolah juga berpengaruh pada status gizi anak. Suminar 1987 menunjukkan terdapat perbedaan status gizi anak pada sekolah yang memperoleh program bantuan susu dan status gizi anak pada sekolah yang tidak memperoleh program bantuan susu. Suminar juga menemukan bahwa anak yang mendapatkan program bantuan susu asupan protein dan vitaminnya secara nyata lebih tinggi daripada asupan protein dan vitamin anak yang tidak mendapatkan program bantuan susu. Selain itu zat gizi makro, zat gizi lain yang terdapat di dalam susu berperan untuk pertumbuhan anak adalah mineral besi, seng, kalsium, iodium dan fosfor dan vitamin vitamin A, vitamin B1, vitamin B12 Kalsium dan fosfor, bersama-sama dengan vitamin D, dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan kalsium akan berdampak pada gangguan pertumbuhan tulang sebagai kerangka pembentuk tubuh. Asupan kalsium pada masa kanak-kanak diketahui berkolerasi dengan tinggi badan masa dewasa. Kelompok vitamin B vitamin B1 dan vitamin B12 mengambil peran pada tahapan proses pengubahan zat gizi makro menjadi energi Stryer, 2000. Pada proses Universitas Sumatera Utara ini, vitamin D berperan sebagai koenzim pada proses pengubahan piruvat menjadi asetil-KoA sebelum memasuki siklus Krebs. Sementara itu vitamin A, besi, seng dan iodium diketahui berperan membantu proses pertumbuhan. Penelitian di India dan Thailand menunjukkan bahwa intervensi dengan zat gizi makro energi, protein dan lemak dapat memperbaiki pertumbuhan anak sekolah yang mengalami kekurangan gizi. Beberapa program penanggulangan kekurangan zat gizi makro juga dilakukan dengan mengombinasikannya dengan pemberian vitamin A Hadi, dkk, 2000, besi Angeles, dkk, 1993 dan Seng Smith, dkk, 1999. Hadi dan kawan-kawan mengungkapkan bahwa suplementasi vitamin A secara selektif dapat memperbaiki pertumbuhan linear anak sekolah yang menderita serum retinol rendah.

2.4. Pentingnya Susu untuk Kesehatan