televisi mampu menjangkau banyak anak-anak bahkan sebelum mereka memiliki kemampuan berbicara. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk
menonton televisi daripada waktu yang mereka lewatkan disekolah dan melakukan aktivitas lain selain tidur. Anak-anak usia sekolah diperkirakan menonton televise 26
jam perminggu. Ini berarti rata-rata anak menonton iklan televisi 3 jam dalam sehari dan menonton 19000 hingga 20000 iklan komersial pertahun. Anak-anak merupakan
sasaran media promosi ini. Hasil komunikasi tersebut menghasilkan dampak kognitif, afektif atau sudah sampai kepada sasarannya.
2.10. Keluarga
Keluarga adalah lembaga wadah tempat berkumpul anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat
Nasution, 2004. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi,
preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus keluarga. Peranan ekspresif
melibatkan dukungan kepada anggota keluarga lain dalam proses pengambilan keputusan dan kebutuhan estetik atau emosi keluarga, termasuk penegakan norma
keluarga. Pemilihan warna, cirri produk, dan pengecer yang paling pas dengan kebutuhan keluarga akan menjadi hasil dari pelaksanaan peran ekspresif, bergantung
kepada jenis keputusan pembelian dan karakteristik individual dari anggota keluarga bersangkutan Setiadi, 2003.
Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak. Dalam keluarga ini orang tua bertanggung jawab
Universitas Sumatera Utara
dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga saling menghormati dan member tanpa diminta. Orang tua sebagai kordinator keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak
menentang otoritas, segera ditertibkan karena didalam keluarga terdapat aturan-aturan dan harapan-harapan. Anak-anak merasa aman walaupun tidak selalu disadari.
Diantara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi dan diupayakan untuk dipecahkan
bersama.
2.11. Teman Sebaya
Menurut kamus Webster 2005, teman sebaya dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki kesamaan satu dengan yang lain, memiliki rasa
kepemilikan terhadap kelompoknya baik itu berdasarkan umur, gender, ataupun status. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002 pengertian teman sebaya dapat
diartikan sebagai kawan, sahabat, atau orang yang bekerja bersama-sama atau berbuat. Menurut Samsunuwiyati 2005 mengatakan bahwa teman sebaya lebih
ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis. Salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan remaja adalah teman sebaya.
Teman sebaya dapat dijadikan role model dalam hal perilaku bagi anak usia remaja Narendra, 2002. Demikian juga penelitian yang di lakukan oleh Kimberly et al
2000 dari University of Pensylvania menyatakan bahwa ada hubungan yang linier antara perilaku remaja dengan kehadiran teman sebaya.
Menurut Pipes 1985, Makan menjadi sesuatu yang penting dalam berkreasi dan bersosialisasi dengan teman, bahkan pemilihan makanan terkadang harus
Universitas Sumatera Utara
disesuaikan dengan teman sebaya. Hal seperti ini yang dapat menjadi masalah bagi remaja dengan kasus penyakit kronis yang membutuhkan pola makan khusus, akan
terjadi kekhawatiran terhadap tekanan dari teman sebayanya dan resiko terasing dan terkucilkan dari teman-temannya.
Teman sebaya menjadi sumber aktualisasi diri dan standar perilaku dan menjadi lebih penting dibandingkan kedekatan emosional dengan orangtua. Tekanan teman
sebaya maupun derajat pengendalian sangat penting bagi remaja dalam memilih makanan mereka secara individual. Umumnya teman sebaya memberikan pengaruh
negatif terhadap kebiasaan makan remaja dan hal ini menimbulkan pandangan bahwa remaja dengan kebiasaan makan yang kurang baik adalah mereka yang selalu makan
menyendiri atau selalu bersama teman sebayanya sepanjang waktu Skriptiana, 2009. Ryan dan Lynch 1989 menyatakan bahwa apabila remaja merasa secara
emosional tidak begitu terikat dengan orangtuanya atau jika orangtuanya menolak mereka maka mereka lebih cenderung untuk bersama-sama dengan teman-teman
sebayanya. Hal ini menunjukkan bagi remaja yang merasa tidak aman atau kurang perhatian dari orangtuanya, mereka cenderung berusaha untuk mendapat perhatian
lebih dari temannya Dacey dan Kenny, 1997.
Universitas Sumatera Utara
2.12. Kerangka Konsep