h. Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi mikromolekul. Vitamin sangat diperlukan oleh tubuh meskipun kebutuhannya tidak banyak tetapi apabila kekurangan vitamin akan
mengakibatkan suatu penyakit tertentu dan dapat pula terjadi hiperavitamiosis bila penggunaan vitamin dalam tubuh secara berlebihan. Vitamin terdiri atas 2 jenis, yaitu
vitamin larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air Winarno, 1993.
2.2.3. Manfaat Susu
Selain bermanfaat bagi kesehatan tulang dan gigi, Menurut Khomsan 2004 susu diketahui mendatangkan manfaat untuk optimalisasi produk melatonin.
Melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pineal pada malam hari. Kehadiran melatonin akan membuat kita merasa mengantuk dan kemudian tubuh bisa
beristirahat dengan baik. Susu mengandung banyak asam amino triptofan yang merupakan salah satu bahan dasar melatonin. Sehingga dianjurkan untuk meminum
susu sebelum tidur, agar tubuh dapat beristirahat dengan baik. Selain itu, susu juga mempunyai kemampuan mengikat logam-logam yang bertebaran akibat polusi.
Dengan demikian, susu bermanfaat untuk meminimalisasi dampak keracunan logam berat yang secara tidak sengaja masuk kedalam tubuh karena lingkungan yang
terpolusi Khomsan,20033. Dalam artikel kesehatan, manfaat susu adalah sebagai berikut :
a Mencegah osteoporosis dan menjaga tulang tetap kuat. Bagi anak-anak, susu
berfungsi untuk pertumbuhan tulang yang membuat anak menjadi bertambah tinggi.
b Menurunkan tekanan darah.
Universitas Sumatera Utara
c Mencegah kerusakan gigi dan menjaga kesehatan mulut. Susu mampu
mengurangi keasaman mulut, merangsang air liur, mengurangi plak dan mencegah gigi berlubang.
d Menetralisir racun seperti logam atau timah yang mungkin terkandung dalam
makanan. e
Mencegah terjadinya kanker kolon atau kanker usus. f
Mencegah diabetes tipe 2. g
Mempercantik kulit dan membuat lebih bersinar. h
Membantu agar lebih cepat tidur. Hal ini kandungan susu akan merangsang hormon melatonin yang akan membuat tubuh mengantuk. Kumpulan Info,
2008
2.2.4. Jenis Susu
1. Full cream
Susu yang paling mudah dalam hal penyimpanan dan mudah bercampur kedalam air hangat. Mengandung 4 lemak dan umumnya banyak mengandung
vitamin A dan vitamin D. 2.
Low fat Susu rendah lemak, karena kandungan lemaknya hanya setengah dari susu full
cream. 3.
Skim Susu yang kandungan lemaknya lebih sedikit lagi, kurang dari 1.
Universitas Sumatera Utara
4. Susu Evaporasi
Yaitu susu yang telah diuapkan sebagian airnya sehingga menjadi kental. Mirip dengan susu kental manis, tetap susu jenis ini rasanya tawar.
5. Susu Pasteur
Susu yang melalui proses pasteurisasi dipanaskan 65 ˚ sampai 80˚ C selama 15
detik untuk membunuh bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit. 6.
Flavoured Sebenarnya susu full cream atau low fat yang ditambahkan rasa tertentu untuk
variasi. Misalnya susu coklat, strawberry, pisang dan rasa lainnya. Umumnya memiliki kandungan gula yang lebih banyak karena penambahan rasa.
7. Calcium Enriched
Susu yang ditambah dengan kandungan kalsium dan kandungan lemaknya telah dikurangi.
8. UHT
Singkatan dari Ultra High Temperature-Treated. Susu jenis ini adalah susu yang dipanaskan dalam suhu tinggi 140
˚C selam 2 detik yang kemudian langsung dimasukkan dalam karton kedap udara. Susu ini dapat disimpan dalam waktu lama.
9. CLA
Susu ini bermanfaat bagi yang ingin merampingkan tubuh. Kepanjangan dari CLA adalah Conjugated Linoleic Acid yang akan membantu dalam pembentukan otot
dan memperpanjang lemak Kumpulan Info, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Peranan susu pada Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Usia sekolah dasar 6-12 tahun merupakan puncak pertumbuhan tertinggi kedua setelah usia 0-3 tahun. Hal ini merupakan masa terpenting dalam pembentukan
kualitas fisik orang dewasa. Pada saat usia sekolah, anak melakukan aktivitas fisik yang meningkat sehingga sangat diperlukan asupan zat gizi yang lengkap untuk
dapat mempertahankan daya tahan tubuh serta untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan baru sehingga dapat memberi semangat dan motivasi dalam belajar Moore,
1997. Susu merupakan minuman yang bergizi tinggi karena mengandung protein yang bernilai biologi tinggi, sangat tepat untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh
anak sekolah. Karenanya minum susu seharusnya minimal 2 kali sehari 2 gelas dapat memenuhi sebagian kebutuhan zat gizi anak, terutama protein, lemak, dan
kalsium Almatsier, 2002. Pada masa ini terjadi peningkatan masa tulang yang pesat. Untuk itu diperlukan
pangan dan kaya kalsium dan fosfor. Susu memiliki kandungan kalsium dengan kualitas dan tingkat ketercernaan yang tinggi. Black, dkk 2002 mengungkapkan
bahwa anak usia 3-10 tahun yang tidak menyukai susu termasuk susu sapi pada jangka panjang akan memiliki resiko mengalami ukuran tubuh lebih pendek dan
kesehatan tulang yang buruk. Black dan kawan-kawan juga menemukan bahwa anak yang tidak suka minum susu memiliki ukuran sklekton yang lebih kecil dan
kandungan mineral tulang yang lebih rendah daripada ukuran sklekton dan kandungan mineral tulang anak yang meminum susu.
Universitas Sumatera Utara
Hal senada juga pada ditemukan oleh Kalkwarf dan koleganya yang meneliti hubungan antara asupan susu pada masa anak-anak dengan densitas tulang dan
keropos tulang pada masa dewasa. Mereka menemukan bahwa asupan susu yang rendah pada masa anak-anak memiliki densitas tulang yang lebih rendah rendah dan
beresiko dua kali lebih besar mengalami keropos tulang pada masa dewasa Kalkwarf, dkk, 2003.
Konsumsi susu pada usia anak sekolah juga berpengaruh pada status gizi anak. Suminar 1987 menunjukkan terdapat perbedaan status gizi anak pada sekolah yang
memperoleh program bantuan susu dan status gizi anak pada sekolah yang tidak memperoleh program bantuan susu. Suminar juga menemukan bahwa anak yang
mendapatkan program bantuan susu asupan protein dan vitaminnya secara nyata lebih tinggi daripada asupan protein dan vitamin anak yang tidak mendapatkan program
bantuan susu. Selain itu zat gizi makro, zat gizi lain yang terdapat di dalam susu berperan
untuk pertumbuhan anak adalah mineral besi, seng, kalsium, iodium dan fosfor dan vitamin vitamin A, vitamin B1, vitamin B12
Kalsium dan fosfor, bersama-sama dengan vitamin D, dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan kalsium akan berdampak pada gangguan
pertumbuhan tulang sebagai kerangka pembentuk tubuh. Asupan kalsium pada masa kanak-kanak diketahui berkolerasi dengan tinggi badan masa dewasa.
Kelompok vitamin B vitamin B1 dan vitamin B12 mengambil peran pada tahapan proses pengubahan zat gizi makro menjadi energi Stryer, 2000. Pada proses
Universitas Sumatera Utara
ini, vitamin D berperan sebagai koenzim pada proses pengubahan piruvat menjadi asetil-KoA sebelum memasuki siklus Krebs.
Sementara itu vitamin A, besi, seng dan iodium diketahui berperan membantu proses pertumbuhan. Penelitian di India dan Thailand menunjukkan bahwa intervensi
dengan zat gizi makro energi, protein dan lemak dapat memperbaiki pertumbuhan anak sekolah yang mengalami kekurangan gizi. Beberapa program penanggulangan
kekurangan zat gizi makro juga dilakukan dengan mengombinasikannya dengan pemberian vitamin A Hadi, dkk, 2000, besi Angeles, dkk, 1993 dan Seng Smith,
dkk, 1999. Hadi dan kawan-kawan mengungkapkan bahwa suplementasi vitamin A secara selektif dapat memperbaiki pertumbuhan linear anak sekolah yang menderita
serum retinol rendah.
2.4. Pentingnya Susu untuk Kesehatan
Susu tercantum dalam slogan Empat Sehat Lima Sempurna. Minum susu adalah penting karena susu merupakan pangan yang kaya akan zat gizi yang dibutuhkan
tubuh terutama pada masa pertumbuhan. Susu merupakan sumber kalsium, fosfor, vitamin B, dan protein yang sangat baik.
Mutu protein susu setara dengan protein daging dan telur. Protein susu sangat kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh
untuk pertumbuhan serta mempertahankan substansi tubuh seperti enzim, hormon, jaringan-jaringan organ dan otot serta membantu proses metabolisme tubuh.
Vitamin B di dalam susu yakni kelompok vitamin B kompleks berguna untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu penyediaan energi tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan kalsium dan fosfor dalam susu sangat penting untuk memelihara serta menguatkan gigi dan tulang mencegah osteoporosiskerapuhan tulang .
Membiasakan minum susu sejak usia anak-anak sampai lanjut usia adalah penting untuk menjaga kekuatan tulang Khomsan, 2004.
Sering muncul kekhawatiran bahwa minum susu dapat menimbulkan intoleransi laktosa yang mengakibatkan diare. Disadari bahwa 60 bangsa Asia
memang menderita lactose-intolerance karena enzim laktase di dalam tubuh rendah sehingga mengalami kesulitan untuk mencerna susu. Namun, bila susu selalu muncul
sebagai salah satu menu harian di meja makan, tubuh akan semakin terlatih sehingga orang dapat minum susu tanpa harus menderita diare.
Susu memang mengandung lemak, sehingga banyak orang dewasa menghindari minum susu agar tidak gemuk. Ketakutan tersebut tidak beralasan karena berdasarkan
penelitian kandungan lemak dalam susu tidak membahayakan kesehatan. Parodi telah mengidentifikasi potensi komponen lemak pada susu sapi sebagai senyawa anti-
kanker. Komponen lemak tersebut, antara lain adalah asam linoleat terkonjugasi, spingomielin, asam butirat, dan eter lipid.
2.5. Kebutuhan gizi anak usia sekolah
Williams 1993 menyatakan bahwa anak usia 7-12 tahun masuk dalam kategori praremaja. Pada periode ini pertumbuhan berjalan terus walaupun tidak
secepat waktu bayi. Pada umumnya kelompok usia ini mempunyai kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak balita, namun nafsu makan mereka
cenderung menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan Notoatmodjo, 1997. Menurut Berg 1986, anak umur 7-12 tahun biasanya banyak melakukan aktivitas diluar rumah, sehingga sering melewatkan
waktu makan. Anak yang tergolong dalam usia sekolah memerlukan makanan yang hampir
sama dengan yang dianjurkan untuk anak pra sekolah. Namun karena pertambahan berat badan dan banyaknya aktivitas yang mereka lakukan maka dibutuhkan porsi
yang lebih besar Pudjiadi, 1997. Menurut Apriadji 1986, golongan usia 10-12 tahun kebutuhan energinya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan golongan
usia 7-9 tahun karena pada usia 10-12 tahun mereka mengalami pertumbuhan lebih cepat terutama penambahan tinggi badan. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
RI 2005, kebutuhan gizi pada anak usia 10-12 tahun berbeda antara laki-laki dan perempuan terutama kebutuhan akan zat besi. Anak perempuan membutuhkan zat
besi yang lebih banyak daripada anak laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena pada usia tersebut anak perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan zat
besi yang lebih banyak. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan untuk anak usia sekolah berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI 2005 adalah seperti
dalam tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan untuk Anak Usia Sekolah
Zat Gizi Usia 7-9 tahun
Usia 10-12 tahun
Laki-laki Perempuan
Laki-laki Perempuan
Energi Kkal 1800
1800 2050
2050 Protein gr
45 45
50 50
Kalsium mg 600
600 1000
1000 BesiFe mg
10 10
13 20
Vitamin A RE 500
500 600
600 Vitamin C mg
45 45
50 50
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2005
2.6. Perilaku
2.6.1. Defenisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo 2003 perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Menurut Robert kwick 1974 perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia
Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner 1938 seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-
faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku
dibedakan menjadi dua, yaitu : 1.
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
2.6.2. Domain Perilaku